26.2 C
Jakarta
22 November 2024, 3:13 AM WIB

Pemkab Klungkung Jalin Kerja Sama Jaga Stabilitas Harga Rumput Laut

SEMARAPURA – Sempat ditinggalkan, warga Kecamatan Nusa kembali menggeluti budidaya rumput laut. Apalagi saat pandemi Covid-19 yang berdampak pada sepinya kunjungan wisatawan, banyak dari warga Nusa Penida yang sebelumnya bergelut di sektor pariwisata kini menggeluti budidaya rumput laut untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. 

Melihat hal itu, Pemkab Klungkung akhirnya menjalin kerja sama dengan perusahaan yang bergelut di usaha rumput laut agar bisa menciptakan kestabilan harga rumput laut di Nusa Penida.

Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta mengatakan, langkah kerja sama itu dicetuskan sebagai bentuk kepedulian dan upaya pemerintah dalam menjaga kesejahteraan warga utamanya para petani di tengah Pandemi Covid-19. Sektor pariwisata yang beberapa tahun belakangan menjadi sektor utama mata pencaharian di Kecamatan Nusa Penida, telah mengalami keterpurukan akibat pandemi covid-19. 

“Kondisi itu akhirnya membuat warga kembali menekuni budidaya rumput laut. Hanya saja akhirnya berdampak pada terjadinya fluktuasi harga,” ujarnya.

Kerja sama ini menurutnya berkaitan dengan standar rumput laut, penyediaan rumput laut dan distribusi pembelian rumput laut. “Semoga dengan ini akan dapat meningkatkan pemasaran dan menjaga kestabilan harga rumput laut, sehingga berdampak pada pendapatan dan kesejahteraan petani rumput laut,” tandasnya.

Sementara itu, sebelumnya Perbekel Lembongan, Ketut Gede Arjaya, mengungkapkan, budidaya rumput laut mulai bangkit kembali sejak tahun 2018 setelah hasil demplot rumput laut Pemkab Klungkung menunjukkan kondisi perairan Lembongan masih baik untuk budidaya rumput laut. Walau begitu, masih tidak banyak warga Lembongan yang tertarik untuk melakukan budidaya rumput laut lantaran pada saat itu pendapatan dari sektor pariwisata dan sektor pendukungnya cukup lumayan.

“Kami coba berkomunikasi dengan masyarakat dan mendata kembali siapa saja masyarakat yang mau kembali membudidaya rumput laut. Memang ada beberapa wilayah atau dusun yang warganya antusias. Namun tidak sebanyak dulu (sebelum pariwisata berkembang di Nusa Penida),” ujarnya.

Barulah akhir Maret 2020 lalu, budidaya rumput laut mulai dilirik sebagian besar warga Desa Lembongan. Bahkan dia mengklaim, sekitar 90 persen warga Lembongan saat ini telah menggeluti profesi sebagai pembudidaya rumput laut. Itu lantaran wabah virus korona membuat sektor pariwisata lumpuh total. Sehingga untuk bisa bertahan hidu, warganya harus mencari peluang pendapatan lain. 

“Masyarakat yang dulu ke pariwisata dan juga pertukangan dan nelayan sekarang kembali membudidayakan rumput laut. Sekarang perairan Nusa Lembongan-Ceningan pada dengan budidaya rumput laut,” katanya.

Hanya saja menurutnya harga rumput laut di Nusa Penida cukup fluktuasi. Normalnya, pengepul memberikan harga rata-rata sekitar Rp 14 ribu per kg. Namun Agustus lalu, harga rumput laut hanya berkisar Rp 9 ribu- Rp 10 ribu per kg. Ekspor rumput laut yang terhambat pasalnya menjadi penyebab hal itu terjadi. 

SEMARAPURA – Sempat ditinggalkan, warga Kecamatan Nusa kembali menggeluti budidaya rumput laut. Apalagi saat pandemi Covid-19 yang berdampak pada sepinya kunjungan wisatawan, banyak dari warga Nusa Penida yang sebelumnya bergelut di sektor pariwisata kini menggeluti budidaya rumput laut untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. 

Melihat hal itu, Pemkab Klungkung akhirnya menjalin kerja sama dengan perusahaan yang bergelut di usaha rumput laut agar bisa menciptakan kestabilan harga rumput laut di Nusa Penida.

Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta mengatakan, langkah kerja sama itu dicetuskan sebagai bentuk kepedulian dan upaya pemerintah dalam menjaga kesejahteraan warga utamanya para petani di tengah Pandemi Covid-19. Sektor pariwisata yang beberapa tahun belakangan menjadi sektor utama mata pencaharian di Kecamatan Nusa Penida, telah mengalami keterpurukan akibat pandemi covid-19. 

“Kondisi itu akhirnya membuat warga kembali menekuni budidaya rumput laut. Hanya saja akhirnya berdampak pada terjadinya fluktuasi harga,” ujarnya.

Kerja sama ini menurutnya berkaitan dengan standar rumput laut, penyediaan rumput laut dan distribusi pembelian rumput laut. “Semoga dengan ini akan dapat meningkatkan pemasaran dan menjaga kestabilan harga rumput laut, sehingga berdampak pada pendapatan dan kesejahteraan petani rumput laut,” tandasnya.

Sementara itu, sebelumnya Perbekel Lembongan, Ketut Gede Arjaya, mengungkapkan, budidaya rumput laut mulai bangkit kembali sejak tahun 2018 setelah hasil demplot rumput laut Pemkab Klungkung menunjukkan kondisi perairan Lembongan masih baik untuk budidaya rumput laut. Walau begitu, masih tidak banyak warga Lembongan yang tertarik untuk melakukan budidaya rumput laut lantaran pada saat itu pendapatan dari sektor pariwisata dan sektor pendukungnya cukup lumayan.

“Kami coba berkomunikasi dengan masyarakat dan mendata kembali siapa saja masyarakat yang mau kembali membudidaya rumput laut. Memang ada beberapa wilayah atau dusun yang warganya antusias. Namun tidak sebanyak dulu (sebelum pariwisata berkembang di Nusa Penida),” ujarnya.

Barulah akhir Maret 2020 lalu, budidaya rumput laut mulai dilirik sebagian besar warga Desa Lembongan. Bahkan dia mengklaim, sekitar 90 persen warga Lembongan saat ini telah menggeluti profesi sebagai pembudidaya rumput laut. Itu lantaran wabah virus korona membuat sektor pariwisata lumpuh total. Sehingga untuk bisa bertahan hidu, warganya harus mencari peluang pendapatan lain. 

“Masyarakat yang dulu ke pariwisata dan juga pertukangan dan nelayan sekarang kembali membudidayakan rumput laut. Sekarang perairan Nusa Lembongan-Ceningan pada dengan budidaya rumput laut,” katanya.

Hanya saja menurutnya harga rumput laut di Nusa Penida cukup fluktuasi. Normalnya, pengepul memberikan harga rata-rata sekitar Rp 14 ribu per kg. Namun Agustus lalu, harga rumput laut hanya berkisar Rp 9 ribu- Rp 10 ribu per kg. Ekspor rumput laut yang terhambat pasalnya menjadi penyebab hal itu terjadi. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/