SINGARAJA – Perekonomian di Buleleng terancam mengalami deflasi pada akhir tahun 2018 ini. Hingga kini angka inflasi di Kabupaten Buleleng berada di bawah angka satu persen.
Jauh di bawah target inflasi sebesar empat persen yang ditetapkan oleh pemerintah. Data di Bagian Ekonomi dan Pembangunan (Ekbang) Setda Buleleng, angka inflasi di Buleleng mencapai 0,97 persen hingga September 2018.
Sementara pada bulan November, terjadi deflasi sebesar 0,04 persen. Sehingga secara kumulatif inflasi hingga November 2018 ada pada pangka 0,93 persen.
Dalam sisa dua bulan terakhir, pemerintah mengklaim akan berusaha menjaga inflasi tetap terkendali. Apabila mengalami deflasi pada tahun ini, maka tak menutup kemungkinan daya beli akan menurun.
Kabag Ekbang Setda Buleleng, Desak Putu Rupadi mengatakan, angka inflasi saat ini masih terbilang terkendali.
“Jadi kami rasa angka itu masih bagus, masih terkendali. Saat rapat koordinasi TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah) se-Indonesia juga pemerintah pusat berterima kaish, karena inflasinya masih terkendali,” kata Rupadi.
Dalam sisa waktu dua bulan kedepan, Rupadi mengaku masih mengatur strategi untuk mengendalikan inflasi. Ia berharap inflasi akan terkendali dan tetap berada di bawah target empat persen.
Menurutnya, angka inflasi di akhir tahun nanti berpotensi cukup tinggi. Sebab ada hari raya Galungan dan Kuningan, Natal, serta Tahun Baru.
Tiga hari besar itu berpotensi memicu inflasi yang terbilang tinggi. Merujuk tahun 2017 lalu, inflasi pada bulan November mencapai 1,8 persen, sementara pada Desember mencapai 1,12 persen.
Artinya terjadi inflasi 2,92 persen hanya dalam waktu dua bulan. “Kami masih lihat, yang agak rawan di Desember.
Kami akan kerjasama dengan PD Pasar melakukan operasi pasar. Rencananya hingga ke desa-desa, supaya sebarannya lebih luas dan efektif,” katanya.
Untuk diketahui, inflasi di Kabupaten Buleleng banyak dipicu oleh sektor makanan dan minuman, termasuk bahan makanan pokok. Salah satunya cabai dan bawang.