28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 5:34 AM WIB

Dilirik Investor, 40 Hektare Sawah di Kampung Turis Ubud Dipertahankan

GIANYAR – Subak Mija Bija Ambengan yang berlokasi di Banjar Ambengan, Desa Sayan, Kecamatan Ubud, seluas 40 hektare berada di lokasi strategis pariwisata.

Anggota subak berusaha mempertahankan subak supaya tetap asri. Pekaseh Subak Bija Kelod, Dewa Ketut Dharma Yuda, menyatakan dari 40 hektare sawah yang masih asri itu terdiri dua subak.

Yaitu Subak Bija Kaja dan Subak Bija Kelod. “Ini luasnya 40 hektare dari dua subak, namun lengkapnya bermama Subak Mija Bija Ambengan

dengan anggota sekitar 150 orang. Masing-masing pemilik juga ada yang memiliki 10 hingga 25 are,” ujar Dewa Ketut Dharma Yuda kemarin.

Pihaknya berusaha mempertahankan areal sawah dengan kesepakatan sesama anggota subak. “Kami hanya ada aturan siapa yang akan membangun dan siap

untuk kompensasinya. Kalau pararem maupun aturan untuk larangan membangun memang tidak ada di subak kami,” jelasnya.

Sampai saat ini, areal persawahan masih menghasilkan padi. Dan beberapa pemilik sawah ada yang menanam palawija.

Apabila dilirik oleh investor, dari subak tetap ingin melestarikan. Namun dia menyampaikan kembali lagi tergantung dari pemilik lahan.

“Kalau itu dilarang kan tanah milik. Ketika itu memang tidak ada pilihan lagi, ya diserahkan kembali ke anggota subak bagaimana jalan keluarnya, selaku pengurus tidak  bisa memutuskan sendiri tanpa anggota,” imbuhnya.

Sementara itu, Perbekel Desa Sayan, I Made Andika menjelaskan di areal sawah juga ada pembangunan. Namun pembangunan yang dimaksud, adalah jalan usaha tani berupa pavingisasi.

Jalur persawahan itu, selain untuk pertanian, juga sebagai jogging track, bersepeda, dan sebagainya.

“Sebagian besar warga subak sangat setuju tetapi dalam hal ini. Boleh membangun tempat tinggal, pondok wisata, hotel di lahan kering (tegalan, red),” ujarnya.

Perbekel menambahkan, areal yang seluas 40 hektare tersebut memang dilirik oleh investor untuk dibuat akomodasi pariwisata.

Hanya saja lokasi itu telah adaya komitmen untuk tetap dipertahankan sebagai persawahan tanpa dibangun beton.

Sebab komitmen yang ada adalah pemerataan pembangunan pariwisata, sehingga di banjar setempat dibuat obyek desa wisata.

“Intinya  saya ingin menggugah masyarakat biar teguh pada komitmen.  Karena saat ini banyak investor yang mau menjajah di sana,

kasihan warga pemilik lahan akan jadi korban. Selain itu komitmen yang telah dibuat di depan forum juga akan sia-sia,” pungkasnya. 

GIANYAR – Subak Mija Bija Ambengan yang berlokasi di Banjar Ambengan, Desa Sayan, Kecamatan Ubud, seluas 40 hektare berada di lokasi strategis pariwisata.

Anggota subak berusaha mempertahankan subak supaya tetap asri. Pekaseh Subak Bija Kelod, Dewa Ketut Dharma Yuda, menyatakan dari 40 hektare sawah yang masih asri itu terdiri dua subak.

Yaitu Subak Bija Kaja dan Subak Bija Kelod. “Ini luasnya 40 hektare dari dua subak, namun lengkapnya bermama Subak Mija Bija Ambengan

dengan anggota sekitar 150 orang. Masing-masing pemilik juga ada yang memiliki 10 hingga 25 are,” ujar Dewa Ketut Dharma Yuda kemarin.

Pihaknya berusaha mempertahankan areal sawah dengan kesepakatan sesama anggota subak. “Kami hanya ada aturan siapa yang akan membangun dan siap

untuk kompensasinya. Kalau pararem maupun aturan untuk larangan membangun memang tidak ada di subak kami,” jelasnya.

Sampai saat ini, areal persawahan masih menghasilkan padi. Dan beberapa pemilik sawah ada yang menanam palawija.

Apabila dilirik oleh investor, dari subak tetap ingin melestarikan. Namun dia menyampaikan kembali lagi tergantung dari pemilik lahan.

“Kalau itu dilarang kan tanah milik. Ketika itu memang tidak ada pilihan lagi, ya diserahkan kembali ke anggota subak bagaimana jalan keluarnya, selaku pengurus tidak  bisa memutuskan sendiri tanpa anggota,” imbuhnya.

Sementara itu, Perbekel Desa Sayan, I Made Andika menjelaskan di areal sawah juga ada pembangunan. Namun pembangunan yang dimaksud, adalah jalan usaha tani berupa pavingisasi.

Jalur persawahan itu, selain untuk pertanian, juga sebagai jogging track, bersepeda, dan sebagainya.

“Sebagian besar warga subak sangat setuju tetapi dalam hal ini. Boleh membangun tempat tinggal, pondok wisata, hotel di lahan kering (tegalan, red),” ujarnya.

Perbekel menambahkan, areal yang seluas 40 hektare tersebut memang dilirik oleh investor untuk dibuat akomodasi pariwisata.

Hanya saja lokasi itu telah adaya komitmen untuk tetap dipertahankan sebagai persawahan tanpa dibangun beton.

Sebab komitmen yang ada adalah pemerataan pembangunan pariwisata, sehingga di banjar setempat dibuat obyek desa wisata.

“Intinya  saya ingin menggugah masyarakat biar teguh pada komitmen.  Karena saat ini banyak investor yang mau menjajah di sana,

kasihan warga pemilik lahan akan jadi korban. Selain itu komitmen yang telah dibuat di depan forum juga akan sia-sia,” pungkasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/