33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 12:55 PM WIB

Terkena Dampak Shortcut, Pasar Candi Kuning Tabanan Kini Sepi Pembeli

TABANAN – Keberadaan shorcut Singaraja-Mengwitani yang melintasi kawasan wilayah Bedugul berdampak serius pada perekonomian ratusan pedagang di Pasar Candikuning.

Sejak diresmikan 30 Desember 2019 lalu, pendapatan pedagang di pasar tersebut menurun drastis. Kondisi ini pun mengancam target pendapatan pasar dibawah pengelolaan Dinas Perdagangan Tabanan ini.

Salah seorang pedagang pasar mengatakan, kondisi ini terjadi sejak awal Januari lalu hingga saat ini.

Pedagang makanan ringan dan juga beberapa oleh-oleh kerajinan khas Bali ini mendapatkan pendapatan yang sangat jauh dari biasanya sebelum keberadaan shortcut diresmikan.

“Jualan dari 7 pagi sampai sore, dapat jualanya tidak sampai Rp100 ribu. Semua pedagang mengeluh,” tuturnya.

Kondisi ini  dibenarkan Kabid Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Tabanan, Ni Wayan Primayani.

Menurutnya, sejak shorcut sepanjang 1,1 kilometer itu resmi beroperasi, bus pariwisata dan juga beberapa pengunjung dan transportasi agen travel tidak lagi singgah untuk berbelanja di Pasar Candikuning.

“Sepi sekali. Coba lihat kondisinya. Tidak ada bus yang datang. Pendapatan pedagang turun drastis,” tuturnya.

Biasanya, kata Prima, bus-bus pariwisata atau beberapa kendaraan travel tersebut usai melakukan aktivitas wisata akan mampir ke pasar Candikuning.

Namun, untuk saat ini semenjak ada shortcut ini, kendaraan pariwisata atau orang yang habis berwisata dari arah Singaraja itu malas untuk datang berkunjung ke pasar Candikuning lagi.

“Karena kan muter lagi dia setelah keluar dari shortcut. Untuk menuju pasar Candikuning jadi males,” kata Prima.

Kondisi ini juga berdampak pada penurunan pemasukan retribusi ke daerah. Rata-rata sebelum shortcut beroperasi, pemasukan ke daerah dalam satu bulan mencapai Rp 10 juta.

Namun sejak Januari 2020 pemasukan dari pasar Candikuning turun menjadi Rp 9 juta dan di bulan Februari hanya sampai Rp 7,9 juta.

“Untuk tahun ini karena target PAD meningkat. Otomatis target yang kita pasang di Candikuning juga meningkat sama dengan pasar lain di Tabanan. Untuk Candikuning tahun ini kami targetkan Rp 224 juta,” terangnya.

Pihak Disperindag Tabanan juga ragu capaian target tahun ini yang mencapai Rp 6 miliar untuk 12 pasar di Tabanan dan 1 pasar senggol Tabanan bisa terwujud.

“Karena PAD meningkat kami ditarget naik juga. Dari 12 pasar dan satu pasar senggol di Tabana tahun ini targetnya Rp 6 miliar,” ucap Prima.

Disinggung soal optimisme, ia pun ragu dengan target tersebut bisa terpenuhi. Selain permasalahan di pasar Candikuning, permasalahan juga muncul pada pasar Baturiti.

Pasar yang baru saja selesai direvitalisasi dan kini sudah dimanfaatkan belum bisa ditarik retribusi mengingat hingga saat ini prosesnya belum dihibahkan.

“Sehingga kami tidak bisa pungut retribusi 250 pedagang yang ada di sana. Kemungkinan dalam satu tahun ini,” tutupnya. 

TABANAN – Keberadaan shorcut Singaraja-Mengwitani yang melintasi kawasan wilayah Bedugul berdampak serius pada perekonomian ratusan pedagang di Pasar Candikuning.

Sejak diresmikan 30 Desember 2019 lalu, pendapatan pedagang di pasar tersebut menurun drastis. Kondisi ini pun mengancam target pendapatan pasar dibawah pengelolaan Dinas Perdagangan Tabanan ini.

Salah seorang pedagang pasar mengatakan, kondisi ini terjadi sejak awal Januari lalu hingga saat ini.

Pedagang makanan ringan dan juga beberapa oleh-oleh kerajinan khas Bali ini mendapatkan pendapatan yang sangat jauh dari biasanya sebelum keberadaan shortcut diresmikan.

“Jualan dari 7 pagi sampai sore, dapat jualanya tidak sampai Rp100 ribu. Semua pedagang mengeluh,” tuturnya.

Kondisi ini  dibenarkan Kabid Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Tabanan, Ni Wayan Primayani.

Menurutnya, sejak shorcut sepanjang 1,1 kilometer itu resmi beroperasi, bus pariwisata dan juga beberapa pengunjung dan transportasi agen travel tidak lagi singgah untuk berbelanja di Pasar Candikuning.

“Sepi sekali. Coba lihat kondisinya. Tidak ada bus yang datang. Pendapatan pedagang turun drastis,” tuturnya.

Biasanya, kata Prima, bus-bus pariwisata atau beberapa kendaraan travel tersebut usai melakukan aktivitas wisata akan mampir ke pasar Candikuning.

Namun, untuk saat ini semenjak ada shortcut ini, kendaraan pariwisata atau orang yang habis berwisata dari arah Singaraja itu malas untuk datang berkunjung ke pasar Candikuning lagi.

“Karena kan muter lagi dia setelah keluar dari shortcut. Untuk menuju pasar Candikuning jadi males,” kata Prima.

Kondisi ini juga berdampak pada penurunan pemasukan retribusi ke daerah. Rata-rata sebelum shortcut beroperasi, pemasukan ke daerah dalam satu bulan mencapai Rp 10 juta.

Namun sejak Januari 2020 pemasukan dari pasar Candikuning turun menjadi Rp 9 juta dan di bulan Februari hanya sampai Rp 7,9 juta.

“Untuk tahun ini karena target PAD meningkat. Otomatis target yang kita pasang di Candikuning juga meningkat sama dengan pasar lain di Tabanan. Untuk Candikuning tahun ini kami targetkan Rp 224 juta,” terangnya.

Pihak Disperindag Tabanan juga ragu capaian target tahun ini yang mencapai Rp 6 miliar untuk 12 pasar di Tabanan dan 1 pasar senggol Tabanan bisa terwujud.

“Karena PAD meningkat kami ditarget naik juga. Dari 12 pasar dan satu pasar senggol di Tabana tahun ini targetnya Rp 6 miliar,” ucap Prima.

Disinggung soal optimisme, ia pun ragu dengan target tersebut bisa terpenuhi. Selain permasalahan di pasar Candikuning, permasalahan juga muncul pada pasar Baturiti.

Pasar yang baru saja selesai direvitalisasi dan kini sudah dimanfaatkan belum bisa ditarik retribusi mengingat hingga saat ini prosesnya belum dihibahkan.

“Sehingga kami tidak bisa pungut retribusi 250 pedagang yang ada di sana. Kemungkinan dalam satu tahun ini,” tutupnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/