28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 4:27 AM WIB

Pasar Menjanjikan, Komoditi Kopi Robusta Makin Serius Digarap

BUSUNGBIU – Komoditas kopi Buleleng kini makin dikenal. Terutama kopi robusta. Komoditas kopi ini memiliki konsumen yang loyal, dan ceruk pasar yang luas.

Pemerintah pun makin serius menggarap potensi pertanian dan pemasaran komoditas ini. Saat ini luas lahan pertanian kopi di Buleleng mencapai 11.033,87 hektare.

Seluas 9.422,87 hektare diantaranya merupakan lahan pertanian kopi robusta, dan 1.611 hektare sisanya merupakan lahan pertanian arabika.

Hampir seluruh kecamatan di Buleleng, terdapat populasi pohon robusta. Hanya di Kecamatan Buleleng dan Gerokgak saja, kopi robusta tak ditemukan.

Lahan pertanian kopi robusta paling luas ada di Kecamatan Busungbiu, dengan luas lahan mencapai 4.546,75 hektare.

Saking luasnya kebun pertanian kopi di wilayah tersebut, banyak muncul merk kopi lokal. Salah satunya di Desa Pucaksari.

Petani di desa setempat yang tergabung dalam Kelompok Tani (Poktan) Kutul Amerta Rahayu mengembangkan produk kopi yang dinamakan Kopi Kutul Robusta.

Ketua Poktan Kutul Amerta Rahayu I Nyoman Cindrayama mengatakan, petani setempat sebenarnya sudah mengembangkan kopi secara turun temurun.

Cindramaya sendiri mendapat “warisan” tanaman kopi dari orang tuanya. Pohon kopi yang ada di kebunnya, disebut berasal dari tahun 1980-an.

“Kebetulan ada yang berminat dengan kopi yang kami tanam. Akhirnya kami memberanikan diri lebih serius. Sekalian kami menanam, produksi juga. Untuk pemasaran masih dibantu pihak ketiga,” kata Cindrayama.

Menurutnya, dalam setahun, para petani di kelompoknya menghasilkan biji kopi hingga dua ton per hektare. Minimal hanya satu ton per hektare.

Saat ini Cindrayama menyebut ada 24 orang petani yang tergabung di kelompoknya, dengan luas panen 100 hektare. Sehingga produksi biji kopi minimal sebanyak 100 ton setahun.

Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan Perindustrian Koperasi dan UMKM Buleleng Dewa Made Sudiarta mengatakan, seiring dengan makin tumbuhnya kedai-kedai kopi, konsumsi terhadap kopi robusta Buleleng juga kian tumbuh.

Pemerintah pun berencana makin serius menggarap potensi pasar tersebut. Rencananya pemerintah akan memfasilitasi pengurusan izin para petani yang mau memproduksi kopi dari biji hingga berbentuk bubuk.

Dengan izin-izin yang lengkap, Sudiarta meyakini kopi robusta Buleleng bisa dipasarkan lebih luas.

“Kopi robusta ini memang spesifik pasarnya. Tapi ceruk pasarnya sangat potensial. Apalagi kopi robusta Buleleng, khususnya yang di Pucaksari ini sudah

punya segmen tersendiri. Kami akan upayakan sehingga kopi-kopi Buleleng ini bisa dipasarkan lebih luas lagi,” ujar Sudiarta. 

BUSUNGBIU – Komoditas kopi Buleleng kini makin dikenal. Terutama kopi robusta. Komoditas kopi ini memiliki konsumen yang loyal, dan ceruk pasar yang luas.

Pemerintah pun makin serius menggarap potensi pertanian dan pemasaran komoditas ini. Saat ini luas lahan pertanian kopi di Buleleng mencapai 11.033,87 hektare.

Seluas 9.422,87 hektare diantaranya merupakan lahan pertanian kopi robusta, dan 1.611 hektare sisanya merupakan lahan pertanian arabika.

Hampir seluruh kecamatan di Buleleng, terdapat populasi pohon robusta. Hanya di Kecamatan Buleleng dan Gerokgak saja, kopi robusta tak ditemukan.

Lahan pertanian kopi robusta paling luas ada di Kecamatan Busungbiu, dengan luas lahan mencapai 4.546,75 hektare.

Saking luasnya kebun pertanian kopi di wilayah tersebut, banyak muncul merk kopi lokal. Salah satunya di Desa Pucaksari.

Petani di desa setempat yang tergabung dalam Kelompok Tani (Poktan) Kutul Amerta Rahayu mengembangkan produk kopi yang dinamakan Kopi Kutul Robusta.

Ketua Poktan Kutul Amerta Rahayu I Nyoman Cindrayama mengatakan, petani setempat sebenarnya sudah mengembangkan kopi secara turun temurun.

Cindramaya sendiri mendapat “warisan” tanaman kopi dari orang tuanya. Pohon kopi yang ada di kebunnya, disebut berasal dari tahun 1980-an.

“Kebetulan ada yang berminat dengan kopi yang kami tanam. Akhirnya kami memberanikan diri lebih serius. Sekalian kami menanam, produksi juga. Untuk pemasaran masih dibantu pihak ketiga,” kata Cindrayama.

Menurutnya, dalam setahun, para petani di kelompoknya menghasilkan biji kopi hingga dua ton per hektare. Minimal hanya satu ton per hektare.

Saat ini Cindrayama menyebut ada 24 orang petani yang tergabung di kelompoknya, dengan luas panen 100 hektare. Sehingga produksi biji kopi minimal sebanyak 100 ton setahun.

Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan Perindustrian Koperasi dan UMKM Buleleng Dewa Made Sudiarta mengatakan, seiring dengan makin tumbuhnya kedai-kedai kopi, konsumsi terhadap kopi robusta Buleleng juga kian tumbuh.

Pemerintah pun berencana makin serius menggarap potensi pasar tersebut. Rencananya pemerintah akan memfasilitasi pengurusan izin para petani yang mau memproduksi kopi dari biji hingga berbentuk bubuk.

Dengan izin-izin yang lengkap, Sudiarta meyakini kopi robusta Buleleng bisa dipasarkan lebih luas.

“Kopi robusta ini memang spesifik pasarnya. Tapi ceruk pasarnya sangat potensial. Apalagi kopi robusta Buleleng, khususnya yang di Pucaksari ini sudah

punya segmen tersendiri. Kami akan upayakan sehingga kopi-kopi Buleleng ini bisa dipasarkan lebih luas lagi,” ujar Sudiarta. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/