26.7 C
Jakarta
25 November 2024, 2:15 AM WIB

Beras Hitam Unggulan Tabanan; Kaya Nutrisi, Cocok Bagi Pasien Diabetes

TABANAN – Beras hitam kini menjadi salah satu jenis beras yang banyak diminati oleh masyarakat untuk dikonsumsi.

Sebab kandungan nutrisi pada beras ini sangat tinggi. Bahkan, sangat cocok jika dikonsumsi pada orang yang memiliki penyakit gula darah.

Nah, di Tabanan memang beras hitam sudah lama dikembangkan. Tapi sayangnya ditengah pandemi Covid-19 konsumsi beras hitam turun drastis. Sepinya industri pariwisata jadi penyebab.

Salah satu petani sekaligus pengusaha beras hitam asal Desa Bengkel, Kediri, Tabanan, I Made Merta Suteja, mengakui hasil produksi beras hitam sangat menurun.

Penurunan ini diakibatkan oleh daya beli dan konsumsi masyarakat yang rendah ditengah pandemi.

“Kalau dulu kami dalam sebulan 500 kilogram beras hitam laku terjual dengan harga Rp 30 ribu per kilogram. Sekarang hanya mampu terjual paling 100 kilogram per bulan,” kata Suteja.

Turunnya daya beli masyarakat dijelaskan Suteja, sebagai seorang petani beras terpaksa memperkecil luas areal tanam padi hitam.

Jika dulunya 5 hektare luasan areal tanam kini tinggal menjadi 1 hektar.  Kemudian menggantikan luas lahan padi hitam menjadi beras biasa (putih).

“Ini kami lakukan selain agar tetap bertahan sebagai petani. Juga melihat perkembangan pasar. Karena dominan beras biasa yang masih laku terjual di pasar untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat,” ungkapnya.

Suteja mengaku sejauh ini padi hitam yang pihaknya kembangkan bersama dengan petani lainnya dengan jenis padi hitam varietas jaliteng. Karena hasilnya lebih tinggi dan varietas ini tahan terhadap serangan hama penyakit.

“Hanya saja kendala kita saat ini lagi-lagi pemasaran yang cukup sulit ditengah pandemi Covid-19. Produksi beras hitam hanya bisa laku terjual

di koperasi dan kantin-kantin rumah sakit. Itu pun tak seberapa. Baru berada di koperasi kantin RS Sanglah Denpasar,” terang Suteja.

Melihat kondisi Covid-19 yang masih berkepanjangan, sebagai seorang petani dirinya lebih dominan mengembangkan padi biasa. Untuk beras hitam tetap, namun lebih kecil luasan areal tanamnya.

“Kalau pariwisata sudah normal baru kami tanam kembali padi hitam dengan luas areal yang lebih besar. Karena pemasaran beras hitam juga berada di hotel, rumah makan dan restaurant,” pungkasnya.

TABANAN – Beras hitam kini menjadi salah satu jenis beras yang banyak diminati oleh masyarakat untuk dikonsumsi.

Sebab kandungan nutrisi pada beras ini sangat tinggi. Bahkan, sangat cocok jika dikonsumsi pada orang yang memiliki penyakit gula darah.

Nah, di Tabanan memang beras hitam sudah lama dikembangkan. Tapi sayangnya ditengah pandemi Covid-19 konsumsi beras hitam turun drastis. Sepinya industri pariwisata jadi penyebab.

Salah satu petani sekaligus pengusaha beras hitam asal Desa Bengkel, Kediri, Tabanan, I Made Merta Suteja, mengakui hasil produksi beras hitam sangat menurun.

Penurunan ini diakibatkan oleh daya beli dan konsumsi masyarakat yang rendah ditengah pandemi.

“Kalau dulu kami dalam sebulan 500 kilogram beras hitam laku terjual dengan harga Rp 30 ribu per kilogram. Sekarang hanya mampu terjual paling 100 kilogram per bulan,” kata Suteja.

Turunnya daya beli masyarakat dijelaskan Suteja, sebagai seorang petani beras terpaksa memperkecil luas areal tanam padi hitam.

Jika dulunya 5 hektare luasan areal tanam kini tinggal menjadi 1 hektar.  Kemudian menggantikan luas lahan padi hitam menjadi beras biasa (putih).

“Ini kami lakukan selain agar tetap bertahan sebagai petani. Juga melihat perkembangan pasar. Karena dominan beras biasa yang masih laku terjual di pasar untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat,” ungkapnya.

Suteja mengaku sejauh ini padi hitam yang pihaknya kembangkan bersama dengan petani lainnya dengan jenis padi hitam varietas jaliteng. Karena hasilnya lebih tinggi dan varietas ini tahan terhadap serangan hama penyakit.

“Hanya saja kendala kita saat ini lagi-lagi pemasaran yang cukup sulit ditengah pandemi Covid-19. Produksi beras hitam hanya bisa laku terjual

di koperasi dan kantin-kantin rumah sakit. Itu pun tak seberapa. Baru berada di koperasi kantin RS Sanglah Denpasar,” terang Suteja.

Melihat kondisi Covid-19 yang masih berkepanjangan, sebagai seorang petani dirinya lebih dominan mengembangkan padi biasa. Untuk beras hitam tetap, namun lebih kecil luasan areal tanamnya.

“Kalau pariwisata sudah normal baru kami tanam kembali padi hitam dengan luas areal yang lebih besar. Karena pemasaran beras hitam juga berada di hotel, rumah makan dan restaurant,” pungkasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/