RadarBali.com – Pinsar Layer Bali (LB) menggelar pertemuan dengan sejumlah anggota kemarin.
Pertemuan yang dihadiri 17 anggota dan pengurus ini, membahas harga telur di Bali dan NTB yang merosot.
Sehingga pihak Pisar LB selaku asosiasi perlu untuk menyamakan persepsi dalam penyatuan harga jual sehingga harga telur di Bali dan NTB bisa stabil dan menciptakan pasar yang sehat.
Sang Made Raka, Bendahara Umum Pinsar Layer Bali mengatakan, saat ini harga telur di pasaran Bali dan NTB dari penjual satu dan penjual lainnya berbeda.
Saat ini harga telur antara Rp 1.000 hingga Rp 1.200 per butir. “Tapi murah dan tingginya harga kan tergantung tuntutan pasar.
Namun namanya bisnis kadang ada yang jual murah sehingga barangnya cepat habis. Kalau yang mahal masih. Kalau harga Rp 1.000 per butir sangat murah,” paparnya.
Dari 350 anggota Layer Bali ini diharapkan mampu menyamakan persepsi harga. Ketika terjadi kenaikan, dia berharap kenaikan tersebut berlaku secara bersamaan.
NTB yang juga menjadi pangsa pasar dari peternak ayam petelur juga diharapkan demikian. “Memang agak susah, karena menyangkut bisnis dan punya kepentingan. Tapi kami berharap bisa, nanti akan dirapatkan lagi untuk penyatuan harga,” imbuhnya.
Kondisi harga telur di pasaran yang tengah anjlok, terjadi sejak dua minggu lalu. Apakah ini dampak dari aktivitas Gunung Agung? Pria asal Bangli ini belum berani memastikan.
Ke depan dia merencanakan untuk penjualan telur di Bali dengan sistem kiloan atau timbangan. Sehingga mempermudah mengatur harga antara satu pedagang dengan pedagang lainnya.
Harga telur disepakati berdasarkan jenisnya Telur Kecil, Sedang dan Besar. “Jadi penjualan dengan sistem timbangan ini seperti di Jawa dan beberapa daerah lainnya. Tapi masih ada yang sepakat dan ada yang tidak. Nanti dirapatkan lagi,” pungkasnya.