SINGARAJA – Komoditas talas kuning mulai dilirik pemerintah.
Komoditas ini diyakini bisa menggantikan beras sebagai makanan pokok, atau minimal menjadi makanan pendamping.
Sejumlah petani pun mulai mengembangkan komoditas ini.
Kepala Dinas Pertanian Buleleng, Nyoman Genep mengatakan, potensi talas kuning sebenarnya cukup menjanjikan. Dari segi gizi, komoditas ini mengandung karbohidrat dan protein. Sehingga bisa digantikan sebagai panganan pengganti beras.
Dari harga jual juga cukup menjanjikan. “Satu kilogram talas kuning itu bisa laku Rp 10 ribu. Pemasarannya juga relatif tidak ada kendala. Karena komoditas ini bisa dijadikan makanan kering maupun basah. Malah bisa jadi makanan pokok selain beras,” kata Genep.
Menurutnya nilai ekonomis talas bukan hanya terletak pada bagian umbi saja. bagian pelapah daunnya pun bisa memiliki nilai ekonomi. Sebab bisa digunakan sebagai bahan makanan, obat, maupun pembungkus makanan. Bila difermentasi juga bisa dijadikan sebagai pakan ternak maupun ikan.
“Keunggulannya kan tanaman ini bisa ditanam di lahan yang agak berair sampai kering. Artinya kalau musim hujan cocok, musim kemarau juga bisa. Jadi sangat cocok dengan kondisi geografis di Buleleng,” jelas Genep.
Pengembangan demplot talas kuning tahap pertama dilakukan di Subak Babakan, Desa Sambangan. Diharapkan melalui pengembangan talas kuning di lahan seluas 1 hektar ini, bisa mendorong petani kembali melirik potensi talas.
Sebab petani mulai beralih pada komoditas lain. Hal itu menyebabkan ketersedian pangan non beras menjadi berkurang.
Nantinya Kelompok Wanita Tani (KWT) juga akan didorong mengolah talas kuning. Sehingga memiliki nilai tambah dalam hal pemasaran, ketimbang dijual dalam bentuk umbi.