DENPASAR – Gabungan Pengusaha Rumah Potong Unggas (Garpu) Pinsar Broiler (PB) Bali memprediksi adanya peningkatan permintaan daging ayam menjelang Nyepi tahun ini.
Peningkatan yang diprediksi hingga 5 persen ini karena mengacu dari perayaan Nyepi tahun sebelumnya.
Ketua Garbu PB Bali Sang Putu Sudarsana mengatakan, peningkatan permintaan daging ayam baru akan terjadi pada H-3 sampai 4 perayaan Nyepi.
Peningkatan permintaan selain untuk kebutuhan konsumsi masyarakat Bali untuk keperluan hari Nyepi, juga ada peningkatan permintaan dari pihak hotel.
“Jadi prediksi kami 5 persen dari pasokan normal,” ujarnya. Produksi ayam potong di Bali dalam satu hari normalnya mencapai 180 ribu ekor.
Dengan adanya Nyepi, biasanya meningkat sekitar 200 ekor ayam potong. Diakui, peningkatan permintaan daging ayam saat Nyepi tidak sebesar pada perayaan hari keagamaan lainnya.
Ini karena, selain pemotongan daging ayam juga dibantu dengan peningkatan konsumsi daging babi. “Konsumsi daging ayam kan tidak terlalu banyak seperti pada hari raya besar lainnya,” katanya.
Peningkatan ini biasanya berlangsung hingga H-2 perayaan Nyepi. Namun di saat perayaan ngembak geni, satu hari setelah perayaan Nyepi, permintaan atau konsumsi daging ayam akan mengalami penurunan.
Dari biasanya 180 ribu ekor, diprediksi akan turun hingga 100 ribu ekor saja. “Karena masakan masih yang kemarin. Selain itu, hari Nyepi kan banyak juga yang keluar Bali,” terang Sudarsana.
Kondisi harga daging ayam saat ini masih cukup tinggi. Ditingkat pemotong, untuk daging hidup, per kilogram memiliki harga sekitar Rp 20 ribu.
Sementara untuk daging siap konsumsi memiliki harga Rp 28 ribu. “Di Pasar harganya sekitar Rp 35 ribu,” jelas dia. Apakah peningkatan harga juga menjadi pemicu kecilnya permintaan? Sudarsana menampik.
Menurutnya, selain menjadi salah satu kebutuhan, kondisi ini juga sudah menjadi siklus tahunan saat perayaan Nyepi tiba.(