29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 2:04 AM WIB

Ekonomi Bali Seret karena Kehilangan Devisa Rp 9,7 T per Bulan

DENPASAR – Provinsi Bali mengalami kontraksi ekonomi paling hebat jika dibandingkan provinsi lain di Indonesia. Bahkan, terparah se-Indonesia, dengan pertumbuhan minus 12 persen. Hal ini karena Bali sangat bergantung pada sektor pariwisata.

Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) dalam sebuah acara di Gianyar Bali pada Kamis (12/11).

Cok Ace bahkan menyebut, 54 persen PDRB (produk domestik regional bruto) Bali bersumber dari sektor ini. Sehingga di masa pandemi, Bali kehilangan potensi devisa hingga Rp9,7 triliun setiap bulan.

“Bali sangat terpuruk karena ketergantungan pada sektor pariwisata. Sementara daerah lain lebih tahan,” ucapnya.

Menurut Cok Ace, hal ini perlu dijadikan bahan evaluasi untuk menggenjot sektor alternatif selain pariwisata.

Salah satu sektor alternatif yang menurutnya harus digarap lebih serius adalah pertanian. Untuk menggairahkan sektor pertanian, ia mendorong pemanfaatan teknologi.

“Penerapan teknologi di bidang pertanian sangat penting untuk menarik minat generasi muda menekuni sektor ini,” imbuhnya.

Dengan demikian, ke depan ia berharap sektor pertanian bisa memberi kontribusi yang sama besar dengan pariwisata.

“Jika kedua sektor ini bisa dijadikan lokomotif perekonomian secara imbang, saya yakin kita tak akan menghadapi keterpurukan seperti ini,” sebut ketua PHRI Bali ini.

DENPASAR – Provinsi Bali mengalami kontraksi ekonomi paling hebat jika dibandingkan provinsi lain di Indonesia. Bahkan, terparah se-Indonesia, dengan pertumbuhan minus 12 persen. Hal ini karena Bali sangat bergantung pada sektor pariwisata.

Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) dalam sebuah acara di Gianyar Bali pada Kamis (12/11).

Cok Ace bahkan menyebut, 54 persen PDRB (produk domestik regional bruto) Bali bersumber dari sektor ini. Sehingga di masa pandemi, Bali kehilangan potensi devisa hingga Rp9,7 triliun setiap bulan.

“Bali sangat terpuruk karena ketergantungan pada sektor pariwisata. Sementara daerah lain lebih tahan,” ucapnya.

Menurut Cok Ace, hal ini perlu dijadikan bahan evaluasi untuk menggenjot sektor alternatif selain pariwisata.

Salah satu sektor alternatif yang menurutnya harus digarap lebih serius adalah pertanian. Untuk menggairahkan sektor pertanian, ia mendorong pemanfaatan teknologi.

“Penerapan teknologi di bidang pertanian sangat penting untuk menarik minat generasi muda menekuni sektor ini,” imbuhnya.

Dengan demikian, ke depan ia berharap sektor pertanian bisa memberi kontribusi yang sama besar dengan pariwisata.

“Jika kedua sektor ini bisa dijadikan lokomotif perekonomian secara imbang, saya yakin kita tak akan menghadapi keterpurukan seperti ini,” sebut ketua PHRI Bali ini.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/