29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 1:31 AM WIB

Jadi Manager Koperasi Sedana Luwih, Sing Main-main Kelola Koperasi

DENPASAR – Kasus koperasi “oleng” alias gulung tikar terus bertambah di Bali. Tak sedikit yang berujung pidana lantaran raibnya uang anggota koperasi.

Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Bali I Gede Indra Dewa Putra beberapa waktu lalu bahkan mengusulkan agar 196 “koperasi sakit” di Bali dibubarkan.

Fakta inilah yang membuat Manager Koperasi Sedana Luwih, Banjar Pendem, Desa Dalung, Badung, I Gusti Agung Ngurah Darma Susila, SE., M.Si mengusung prinsip sing main-main (tidak main-main, red) dalam berkoperasi.

Untuk melindungi anggotanya yang kini berjumlah 593 orang, Koperasi Sedana Luwih menerapkan standar ketat.

“Syarat jadi anggota baru antara lain mendapatkan rekomendasi dari anggota aktif dan melunasi simpanan pokok dan wajib serta biaya lainnya yang

berjumlah Rp 5.500.000 plus iuran wajib per bulan 50.000. Berlaku tahun ini dan direncanakan meningkat tahun depan menjadi Rp 10 juta karena

berkoperasi tidak main- main,” ucap alumnus Program Pascasarjana Jurusan Ilmu Agama dan Budaya Universitas Hindu Indonesia (Unhi) itu, Kamis (12/9) kemarin.

Darma Susila menegaskan semakin besar modal koperasi, maka organisasi ekonomi kerakyatan itu akan semakin kuat sekaligus memberi manfaat maksimal bagi anggota.

Ketua Pengawas Puskop Jagadhita Kabupaten Badung itu tak asal ngecap. Kehadiran Koperasi Sedana Luwih yang berdiri Minggu, 4 April 2004 (izin nomor 27/diskop/XII/2004) benar-benar jadi “angin segar”.

Anggota koperasi mendapatkan manfaat dari dana sosial yang dirancang; mulai dari pendidikan TK hingga perguruan tinggi, melahirkan, menikah sampai meninggal dunia.

“Kebijakan awal, kami memberi santunan bagi anggota yang meninggal dunia sebesar Rp10 juta. Sekarang naik sampai Rp 24 juta tanpa mengurangi

saldo simpanan,” ucapnya sembari menyebut di awal pendirian koperasi anggota dikenakan biaya Rp 500 ribu dengan iuran wajib Rp 10 ribu per bulan.

Koperasi Sedana Luwih yang kini memiliki aset Rp 37 miliar juga rutin melibatkan anggotanya dalam kegiatan pelestarian lingkungan, donor darah, dan tirta yatra.

Pura-pura suci di wilayah Lombok (Nusa Tenggara Barat), Kutai (Kalimantan Timur), Banyuwangi, Malang, Kediri, Surabaya, Yogyakarta, Bandung, hingga Jakarta telah dikunjungi.

Baru-baru ini anggota koperasi juga berkesempatan menikmati wisata budaya ke Thailand. “Untuk kegiatan tirta yatra selalu ada subsidi dari lembaga yang besarnya disesuaikan dengan SHU (laba),” tegas suami Sang Ayu Putu Ambarani.

Tentang alasan pendirian Koperasi Sedana Luwih, ayah tiga anak yang secara niskala kasenengin hingga menjadi seorang pemangku dan nambanin umat sejak lulus SMA tahun 1995 itu menjawab sebagai respons dari kondisi riil di masyarakat.

“Pengalaman di lapangan banyak saudara dan teman yang ternyata kesulitan ekonomi. Membuat saya dan beberapa teman berkeinginan

untuk membantu membangun ekonomi di desa dengan konsep dari, oleh, dan untuk anggota. Yang dapat menjawab persoalan tersebut yang paling cocok adalah koperasi,” kenangnya.

Nama Sedana Luwih sambung Darma Susila diusulkan oleh Gung Aji Sumitra. “Sedana berarti uang dan luwih berarti berlimpah. Sedana luwih artinya uang yang berlimpah,” sambungnya.

Pendirian koperasi yang terletak di Jalan Raya Padang Luwih, Banjar Pendem Nomor 87, Dalung Kuta Utara itu juga tidak bisa dilepaskan dari skripsi yang disusun Darma Susila di Fakultas Ekonomi Universitas Mahasaraswati Denpasar.

“Waktu kuliah saya membuat skripsi tentang kesehatan bank terus sempat bekerja di swamitra Bank Bukopin. Jadi tahu ilmu perbankan,” ungkap pria murah senyum itu.

Ditambahkannya, 15 tahun berdiri, kehadiran Koperasi Sedana Luwih banyak memberi solusi terbaik bagi anggotanya.

Dari yang berhubungan dengan rentenir jadi berhenti ke rentenir, menjadi solusi bagi anggota yang kesulitan akses perbankan, dan tentunya SHU.

“Anggota yang selama ini kalau menabung atau meminjam di bank tidak pernah merasakan laba karena bukan sebagai pemilik

di sini mendapatkan SHU setiap tahun. Anggota yang tidak pernah diajak dharma yatra di tempat lain di koperasi inilah solusinya,” rincinya.

Menatap masa depan, Sang Manager Koperasi Sedana Luwih mengaku memiliki perencanaan strategis hingga 25 tahun.

Sing main-main, aset yang direncanakan dan dituangkan dalam rencana kerja per tahun mencapai Rp 1,2 triliun.

Guna mencapai target tersebut, Darma Susila mengaku sudah mengantongi sembilan kunci sukses berkoperasi sehingga anggota Koperasi Sedana Luwih tidak perlu “oleng” atau berpindah ke lain hati. (rba)

DENPASAR – Kasus koperasi “oleng” alias gulung tikar terus bertambah di Bali. Tak sedikit yang berujung pidana lantaran raibnya uang anggota koperasi.

Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Bali I Gede Indra Dewa Putra beberapa waktu lalu bahkan mengusulkan agar 196 “koperasi sakit” di Bali dibubarkan.

Fakta inilah yang membuat Manager Koperasi Sedana Luwih, Banjar Pendem, Desa Dalung, Badung, I Gusti Agung Ngurah Darma Susila, SE., M.Si mengusung prinsip sing main-main (tidak main-main, red) dalam berkoperasi.

Untuk melindungi anggotanya yang kini berjumlah 593 orang, Koperasi Sedana Luwih menerapkan standar ketat.

“Syarat jadi anggota baru antara lain mendapatkan rekomendasi dari anggota aktif dan melunasi simpanan pokok dan wajib serta biaya lainnya yang

berjumlah Rp 5.500.000 plus iuran wajib per bulan 50.000. Berlaku tahun ini dan direncanakan meningkat tahun depan menjadi Rp 10 juta karena

berkoperasi tidak main- main,” ucap alumnus Program Pascasarjana Jurusan Ilmu Agama dan Budaya Universitas Hindu Indonesia (Unhi) itu, Kamis (12/9) kemarin.

Darma Susila menegaskan semakin besar modal koperasi, maka organisasi ekonomi kerakyatan itu akan semakin kuat sekaligus memberi manfaat maksimal bagi anggota.

Ketua Pengawas Puskop Jagadhita Kabupaten Badung itu tak asal ngecap. Kehadiran Koperasi Sedana Luwih yang berdiri Minggu, 4 April 2004 (izin nomor 27/diskop/XII/2004) benar-benar jadi “angin segar”.

Anggota koperasi mendapatkan manfaat dari dana sosial yang dirancang; mulai dari pendidikan TK hingga perguruan tinggi, melahirkan, menikah sampai meninggal dunia.

“Kebijakan awal, kami memberi santunan bagi anggota yang meninggal dunia sebesar Rp10 juta. Sekarang naik sampai Rp 24 juta tanpa mengurangi

saldo simpanan,” ucapnya sembari menyebut di awal pendirian koperasi anggota dikenakan biaya Rp 500 ribu dengan iuran wajib Rp 10 ribu per bulan.

Koperasi Sedana Luwih yang kini memiliki aset Rp 37 miliar juga rutin melibatkan anggotanya dalam kegiatan pelestarian lingkungan, donor darah, dan tirta yatra.

Pura-pura suci di wilayah Lombok (Nusa Tenggara Barat), Kutai (Kalimantan Timur), Banyuwangi, Malang, Kediri, Surabaya, Yogyakarta, Bandung, hingga Jakarta telah dikunjungi.

Baru-baru ini anggota koperasi juga berkesempatan menikmati wisata budaya ke Thailand. “Untuk kegiatan tirta yatra selalu ada subsidi dari lembaga yang besarnya disesuaikan dengan SHU (laba),” tegas suami Sang Ayu Putu Ambarani.

Tentang alasan pendirian Koperasi Sedana Luwih, ayah tiga anak yang secara niskala kasenengin hingga menjadi seorang pemangku dan nambanin umat sejak lulus SMA tahun 1995 itu menjawab sebagai respons dari kondisi riil di masyarakat.

“Pengalaman di lapangan banyak saudara dan teman yang ternyata kesulitan ekonomi. Membuat saya dan beberapa teman berkeinginan

untuk membantu membangun ekonomi di desa dengan konsep dari, oleh, dan untuk anggota. Yang dapat menjawab persoalan tersebut yang paling cocok adalah koperasi,” kenangnya.

Nama Sedana Luwih sambung Darma Susila diusulkan oleh Gung Aji Sumitra. “Sedana berarti uang dan luwih berarti berlimpah. Sedana luwih artinya uang yang berlimpah,” sambungnya.

Pendirian koperasi yang terletak di Jalan Raya Padang Luwih, Banjar Pendem Nomor 87, Dalung Kuta Utara itu juga tidak bisa dilepaskan dari skripsi yang disusun Darma Susila di Fakultas Ekonomi Universitas Mahasaraswati Denpasar.

“Waktu kuliah saya membuat skripsi tentang kesehatan bank terus sempat bekerja di swamitra Bank Bukopin. Jadi tahu ilmu perbankan,” ungkap pria murah senyum itu.

Ditambahkannya, 15 tahun berdiri, kehadiran Koperasi Sedana Luwih banyak memberi solusi terbaik bagi anggotanya.

Dari yang berhubungan dengan rentenir jadi berhenti ke rentenir, menjadi solusi bagi anggota yang kesulitan akses perbankan, dan tentunya SHU.

“Anggota yang selama ini kalau menabung atau meminjam di bank tidak pernah merasakan laba karena bukan sebagai pemilik

di sini mendapatkan SHU setiap tahun. Anggota yang tidak pernah diajak dharma yatra di tempat lain di koperasi inilah solusinya,” rincinya.

Menatap masa depan, Sang Manager Koperasi Sedana Luwih mengaku memiliki perencanaan strategis hingga 25 tahun.

Sing main-main, aset yang direncanakan dan dituangkan dalam rencana kerja per tahun mencapai Rp 1,2 triliun.

Guna mencapai target tersebut, Darma Susila mengaku sudah mengantongi sembilan kunci sukses berkoperasi sehingga anggota Koperasi Sedana Luwih tidak perlu “oleng” atau berpindah ke lain hati. (rba)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/