29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 2:02 AM WIB

WASPADA! Wisata Berkedok “Zero Dollar Tour” Ancam Penerimaan Pajak

DENPASAR – Maraknya praktik wisata berkedok “Zero Dollar Tour” mulai menuai sorotan para pelaku pariwisata.

Bahkan, maraknya paket tour “nol dollar” itu juga dinilai bisa mengangcam pendapatan devisa.

 

Kok bisa?

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Causa Iman Karana, dikonfirmasi Jumat (14/9) mencontohkan, bila dibandingkan dengan pengeluaran wisman Tiongkok di Thailand, pengeluaran wisman Tiongkok di Indonesia dinilai masih sangat rendah.

Dikatakan, belanja wisman Tiongkok di Indonesia secara rata-rata sebesar USD 965, lebih rendah dibanding pengeluaran wisman Tiongkok di Thailand yang mencapai USD 2.026 pada tahun 2017.

 

Sementara itu, pengeluaran wisman Tiongkok di Indonesia juga masih lebih rendah disbanding rata-rata pengeluaran wisman di Indonesia yang sebesar USD 1.170.

Hal ini menyebabkan adanya lost opportunity sekitar USD 205 per wisman. Jika potensi tersebut dikalikan total wisman Tiongkok yang datang ke Indonesia sepanjang periode 2014- 2017, maka total lost opportunity akan mencapai USD 260 juta.

“Salah satu penyebab tidak optimalnya penerimaan devisa negara dari kedatangan wisatawan Tiongkok adalah adanya praktek pemasaran Zero dollar Tour yang ditawarkan oleh agen perjalanan wisata.

Melalui paket wisata tersebut, agen wisata menawarkan harga paket wisata yang sangat murah, bahkan hanya senilai biaya tiket perjalanan,” papar Causa Iman Karana.

 

Namun demikian, wisatawan yang mengambil paket wisata tersebut harus mengikuti jadwal tour yang telah ditetapkan oleh agen wisata.

 

Lewat hal tersebutlah agen wisata menerapkan praktek monopoli dimana wisatawan diharuskan untuk berbelanja di tempat-tempat yang sudah ditentukan oleh agen wisata.

Tempat berbelanja tersebut sudah terafiliasi dengan agen wisata yang menawarkan paket “Zero Dollar Tour” sehingga harga barang-barang yang ditawarkan jauh lebih tinggi dan dengan metode pembayaran non tunai.

 

Hal ini tidak hanya merugikan wisatawan, tetapi juga merugikan negara yang dikunjungi oleh wisatawan karena kehilangan potensi pajak.

Demikian halnya para pelaku pariwisata di Bali, praktek “Zero Dollar Tour” juga sudah banyak dipraktekkan di Bali, sebagaimana dipraktekkan di Thailand dan Vietnam.

Oleh karena itu, kata Causa, perlu upaya untuk memberantas praktek tersebut sehingga tidak ada lost opportunity dari penerimaan devisa wisman Tiongkok.

“Upaya yang bisa dilakukan untuk memberantas praktek tersebut bisa mengacu pada upaya yang sudah dilakukan oleh pemerintah Thailand,” pungkas Causa

DENPASAR – Maraknya praktik wisata berkedok “Zero Dollar Tour” mulai menuai sorotan para pelaku pariwisata.

Bahkan, maraknya paket tour “nol dollar” itu juga dinilai bisa mengangcam pendapatan devisa.

 

Kok bisa?

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Causa Iman Karana, dikonfirmasi Jumat (14/9) mencontohkan, bila dibandingkan dengan pengeluaran wisman Tiongkok di Thailand, pengeluaran wisman Tiongkok di Indonesia dinilai masih sangat rendah.

Dikatakan, belanja wisman Tiongkok di Indonesia secara rata-rata sebesar USD 965, lebih rendah dibanding pengeluaran wisman Tiongkok di Thailand yang mencapai USD 2.026 pada tahun 2017.

 

Sementara itu, pengeluaran wisman Tiongkok di Indonesia juga masih lebih rendah disbanding rata-rata pengeluaran wisman di Indonesia yang sebesar USD 1.170.

Hal ini menyebabkan adanya lost opportunity sekitar USD 205 per wisman. Jika potensi tersebut dikalikan total wisman Tiongkok yang datang ke Indonesia sepanjang periode 2014- 2017, maka total lost opportunity akan mencapai USD 260 juta.

“Salah satu penyebab tidak optimalnya penerimaan devisa negara dari kedatangan wisatawan Tiongkok adalah adanya praktek pemasaran Zero dollar Tour yang ditawarkan oleh agen perjalanan wisata.

Melalui paket wisata tersebut, agen wisata menawarkan harga paket wisata yang sangat murah, bahkan hanya senilai biaya tiket perjalanan,” papar Causa Iman Karana.

 

Namun demikian, wisatawan yang mengambil paket wisata tersebut harus mengikuti jadwal tour yang telah ditetapkan oleh agen wisata.

 

Lewat hal tersebutlah agen wisata menerapkan praktek monopoli dimana wisatawan diharuskan untuk berbelanja di tempat-tempat yang sudah ditentukan oleh agen wisata.

Tempat berbelanja tersebut sudah terafiliasi dengan agen wisata yang menawarkan paket “Zero Dollar Tour” sehingga harga barang-barang yang ditawarkan jauh lebih tinggi dan dengan metode pembayaran non tunai.

 

Hal ini tidak hanya merugikan wisatawan, tetapi juga merugikan negara yang dikunjungi oleh wisatawan karena kehilangan potensi pajak.

Demikian halnya para pelaku pariwisata di Bali, praktek “Zero Dollar Tour” juga sudah banyak dipraktekkan di Bali, sebagaimana dipraktekkan di Thailand dan Vietnam.

Oleh karena itu, kata Causa, perlu upaya untuk memberantas praktek tersebut sehingga tidak ada lost opportunity dari penerimaan devisa wisman Tiongkok.

“Upaya yang bisa dilakukan untuk memberantas praktek tersebut bisa mengacu pada upaya yang sudah dilakukan oleh pemerintah Thailand,” pungkas Causa

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/