29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 10:32 AM WIB

Produksi Melimpah, Petani Hidroponik Gianyar Terkendala Pemasaran

GIANYAR – Petani hidroponik I Wayan Rudika, kini menikmati panen sayur pakcoy. Sayur itu dikembangkan di rumahnya di Banjar Palak, Desa Sukawati, Kecamatan Sukawati.

Namun, hasil panen Rudika terkendala pemasaran. Rudika mengaku hasil panen sangat berpengaruh baginya.

Karena untuk lokasi penjualan sayur pakcoy tersebut tidak dapat ia tentukan secara khusus. “Jadi harus bawa ke warung-warung yang menjual sayur hijau,” jelasnya.

Untuk harganya tergolong rendah. “Kalau 1 kilogram sayur, pengepul ambil di saya Rp 6 ribu. Tapi mereka jual lagi kadang Rp 15 ribu,” ujarnya. Jadi pengepul yang memperoleh untung berlipat.

Padahal, kata dia, kualitas sayurnya bagus tanpa menggunakan obat. “Ini alami semuanya dampak dari green house hamanya tidak bisa masuk,” ujarnya.

Mengenai proses produksi, dia memakai lahan di rumahnya, seluas 10 x 5 meter. Dengan alat yang dimiliki, panen dilakukan setiap 25 hari sekali.

“Enaknya ya bisa mengatur waktu kapan mau panen. Karena dari bibit, peremajaan, hingga pindah cabutnya itu bebas kami yang atur,” paparnya.

Pembuatan hidroponik itu diakui belajar dari seorang temannya dan mencari cara membuat dari youtube.

Sebanyak 100 pipa dengan panjangnya empat meter dipergunakan untuk proses menanam sayur itu mulai pembibitan.

Untuk mesinnya, dia hanya menggunakan mesin kolam ikan atau aquarium biasa. “Kalau menggunakan sistem ini kita tinggal cek airnya saja satu hari sekali,” paparnya.

Hal penting yang diperhatikan, kondisi sayur harus dicek. Jangan sampai dicari hama. “Selain itu ada juga pada pupuk, karena saya pemula dan memang bukan orang pertanian jadi pupuk yang digunakan itu kadang tidak sesuai,” pungkasnya.

GIANYAR – Petani hidroponik I Wayan Rudika, kini menikmati panen sayur pakcoy. Sayur itu dikembangkan di rumahnya di Banjar Palak, Desa Sukawati, Kecamatan Sukawati.

Namun, hasil panen Rudika terkendala pemasaran. Rudika mengaku hasil panen sangat berpengaruh baginya.

Karena untuk lokasi penjualan sayur pakcoy tersebut tidak dapat ia tentukan secara khusus. “Jadi harus bawa ke warung-warung yang menjual sayur hijau,” jelasnya.

Untuk harganya tergolong rendah. “Kalau 1 kilogram sayur, pengepul ambil di saya Rp 6 ribu. Tapi mereka jual lagi kadang Rp 15 ribu,” ujarnya. Jadi pengepul yang memperoleh untung berlipat.

Padahal, kata dia, kualitas sayurnya bagus tanpa menggunakan obat. “Ini alami semuanya dampak dari green house hamanya tidak bisa masuk,” ujarnya.

Mengenai proses produksi, dia memakai lahan di rumahnya, seluas 10 x 5 meter. Dengan alat yang dimiliki, panen dilakukan setiap 25 hari sekali.

“Enaknya ya bisa mengatur waktu kapan mau panen. Karena dari bibit, peremajaan, hingga pindah cabutnya itu bebas kami yang atur,” paparnya.

Pembuatan hidroponik itu diakui belajar dari seorang temannya dan mencari cara membuat dari youtube.

Sebanyak 100 pipa dengan panjangnya empat meter dipergunakan untuk proses menanam sayur itu mulai pembibitan.

Untuk mesinnya, dia hanya menggunakan mesin kolam ikan atau aquarium biasa. “Kalau menggunakan sistem ini kita tinggal cek airnya saja satu hari sekali,” paparnya.

Hal penting yang diperhatikan, kondisi sayur harus dicek. Jangan sampai dicari hama. “Selain itu ada juga pada pupuk, karena saya pemula dan memang bukan orang pertanian jadi pupuk yang digunakan itu kadang tidak sesuai,” pungkasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/