29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 3:16 AM WIB

Kesulitan Pemasaran, Luas Lahan Padi Beras Merah di Munduk Menyusut

BANJAR – Luas areal tanam padi lokal beras merah Munduk, terus mengalami penyusutan. Luas lahan tanam yang tadinya mencapai 75 hektare, kini hanya tinggal 35 hektare saja.

Sisanya sudah beralih fungsi menjadi padi hibrida. Kesulitan akses pemasaran, menyebabkan petani memilih beralih ke padi jenis lain.

Padi beras merah Munduk sebenarnya memiliki keunikan. Kondisi bulir padi lebih gemuk. Saat ditanak menjadi nasi, kualitasnya pun lebih pulen.

Sayangnya sejak beberapa bulan terakhir, prospek jual beli beras merah tak lagi menjanjikan. Sehingga petani memilih beralih ke beras hibrida. Selain itu masa tanam juga lebih pendek ketimbang menanam beras merah.

Kepala Dinas Pertanian Buleleng I Made Sumiarta saat dihubungi pada Minggu (14/6) tak menmpik kondisi tersebut.

Sumiarta menyebut, pandemi membuat petani beras merah juga terdampak. Pembeli beras merah terus menurun secara drastis.

Sumiarta mengaku dirinya sudah mengumpulkan para kelian subak di Desa Munduk pada Sabtu (13/6) lalu.

Pihaknya berupaya menyerap aspirasi petani, sehingga mereka tak mengalami kerugian selama masa pandemi. Salah satu masalah yang dikemukakan ialah sulitnya akses pasar.

Solusinya, pemerintah akan menggandeng Perusahaan Daerah (PD) Swatantra untuk menyerap hasil panen petani. Sehingga petani tak kesulitan saat musim panen tiba.

“Sekarang masih ada lagi 35 hektare dengan estimasi panen 35 ton. Ini kan harus dicarikan pasarnya. Kalau dulu memang banyak terserap,

karena industri pariwisata bergeliat. Saat kondisi pandemi seperti ini, memang ikut terdampak petani beras merah kita,” katanya.

Menurutnya PD Swatantra sudah siap menyerap beras petani, apabila pasar dalam kondisi lesu. “Kalau petani punya pembeli dengan

harga lebih tinggi, ya tidak masalah. Tapi kalau pasar sedang lesu, PD Swatantra sudah siap menyerap,” imbuhnya.

Sementara itu, Dirut PD Swatantra I Gede Bobi Suryanto mengatakan, perusahaan daerah siap menyerap hasil panen petani.

Bobi Suryanto menyanggupi perusahaan akan membeli beras dengan harga terendah Rp 21 ribu per kilogram. Sehingga petani tak perlu khawatir hasil panennya tak terserap pasar.

“Kami siap beli beras hasil panen petani. Apalagi beras merah Munduk ini kan ikon Buleleng, salah satu beras dengan kualitas terbaik yang hanya ada di Bali.

Supaya petani tidak beralih, kami siap beli dengan kepastian harga dan kepastian waktu pembayaran,” tegas Bobi.

BANJAR – Luas areal tanam padi lokal beras merah Munduk, terus mengalami penyusutan. Luas lahan tanam yang tadinya mencapai 75 hektare, kini hanya tinggal 35 hektare saja.

Sisanya sudah beralih fungsi menjadi padi hibrida. Kesulitan akses pemasaran, menyebabkan petani memilih beralih ke padi jenis lain.

Padi beras merah Munduk sebenarnya memiliki keunikan. Kondisi bulir padi lebih gemuk. Saat ditanak menjadi nasi, kualitasnya pun lebih pulen.

Sayangnya sejak beberapa bulan terakhir, prospek jual beli beras merah tak lagi menjanjikan. Sehingga petani memilih beralih ke beras hibrida. Selain itu masa tanam juga lebih pendek ketimbang menanam beras merah.

Kepala Dinas Pertanian Buleleng I Made Sumiarta saat dihubungi pada Minggu (14/6) tak menmpik kondisi tersebut.

Sumiarta menyebut, pandemi membuat petani beras merah juga terdampak. Pembeli beras merah terus menurun secara drastis.

Sumiarta mengaku dirinya sudah mengumpulkan para kelian subak di Desa Munduk pada Sabtu (13/6) lalu.

Pihaknya berupaya menyerap aspirasi petani, sehingga mereka tak mengalami kerugian selama masa pandemi. Salah satu masalah yang dikemukakan ialah sulitnya akses pasar.

Solusinya, pemerintah akan menggandeng Perusahaan Daerah (PD) Swatantra untuk menyerap hasil panen petani. Sehingga petani tak kesulitan saat musim panen tiba.

“Sekarang masih ada lagi 35 hektare dengan estimasi panen 35 ton. Ini kan harus dicarikan pasarnya. Kalau dulu memang banyak terserap,

karena industri pariwisata bergeliat. Saat kondisi pandemi seperti ini, memang ikut terdampak petani beras merah kita,” katanya.

Menurutnya PD Swatantra sudah siap menyerap beras petani, apabila pasar dalam kondisi lesu. “Kalau petani punya pembeli dengan

harga lebih tinggi, ya tidak masalah. Tapi kalau pasar sedang lesu, PD Swatantra sudah siap menyerap,” imbuhnya.

Sementara itu, Dirut PD Swatantra I Gede Bobi Suryanto mengatakan, perusahaan daerah siap menyerap hasil panen petani.

Bobi Suryanto menyanggupi perusahaan akan membeli beras dengan harga terendah Rp 21 ribu per kilogram. Sehingga petani tak perlu khawatir hasil panennya tak terserap pasar.

“Kami siap beli beras hasil panen petani. Apalagi beras merah Munduk ini kan ikon Buleleng, salah satu beras dengan kualitas terbaik yang hanya ada di Bali.

Supaya petani tidak beralih, kami siap beli dengan kepastian harga dan kepastian waktu pembayaran,” tegas Bobi.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/