SINGARAJA – Masa pandemi umumnya membuat warga menahan rencana mereka mengajukan kredit untuk ekspansi usaha.
Namun, Bank Rakyat Indonesia (BRI) menganggap masih ada peluang penyaluran kredit pada masa pandemi ini.
Mereka optimistis bahwa penyaluran kredit di masa pandemi akan membantu menggerakkan perekonomian dari sektor riil.
Saat ini perusahaan plat merah itu tengah menggencarkan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Super Mikro. Kredit ini diberikan pada para pengusaha rumah tangga, untuk meningkatkan modal usaha maupun ekspansi usaha.
Plafon kredit yang disalurkan berkisar antara angka Rp 2 juta hingga Rp 10 juta. “Ini pinjaman tanpa agunan dengan subsidi bunga dari pemerintah.
Jadi, sampai Desember tahun ini, bunganya nol persen. Untuk selanjutnya akan mengikuti bunga KUR, atau mungkin ada kebijakan baru lagi dari pemerintah,” kata Pimpinan Cabang BRI Singaraja Yogie Harris Nainggolan.
Menurut Yogie, kredit tersebut khusus menyusur sektor usaha rumah tangga. Sektor ini biasanya menggunakan modal sendiri.
Mereka jarang mencari kredit pada pihak perbankan. Karena skala usahanya masih terbatas. Namun, kini perbankan menyasar industry ini.
Mereka didorong mengambil kredit untuk menggerakkan usaha mereka lebih luas lagi. Sehingga memberikan dampak ikutan yang besar bagi perekonomian warga setempat.
“Harapan kami setelah dapat kredit, usaha mereka berkembang. Ketika usaha berkembang, kan butuh tambahan tenaga kerja.
Kalau sudah merekrut tenaga kerja, ini kan memberikan dampak ekonomi juga. Karena kami lihat pada masa pandemi ini, sektor usaha rumah tangga masih tetap bergerak dan masih tahan banting,” imbuhnya.
Upaya pendekatan itu pun berbuah manis. Yogie mengklaim angka penyaluran kredit pada Semester I 2020 mengalami kenaikan hingga Rp 18 miliar.
Salah satu yang mendongkrak kenaikan kredit adalah sektor KUR Super Mikro. Lebih lanjut Yogie mengatakan, pada sektor kredit lainnya, diakui ada penurunan.
Para debitur bahkan mengajukan restrukturisasi pembayaran pada perusahaan. Sehingga perusahaan pun memberikan relaksasi kredit pada para debitur.
“Kondisi debitur kami macam-macam. Saat ini yang mengajukan restrukturisasi kebanyakan yang terkait dengan sektor pariwisata.
Kami tetap berikan relaksasi dengan tetap memperhatikan kondisi cash flow keuangan debitur kami,” demikian Yogie.