AMLAPURA – Pandemi Covid 19 ternyata berdampak langsung kepada para petani bunga. Di antaranya adalah petani bunga pacah atau Pacar Galuh di Banjar Saren Kauh, Desa Bebandem, Bebandem, Karangasem.
Ketut Juwet salah satu petani setempat mengeluhkan harga bunga pacah belakangan ini yang murah.
“Bunga pacah sekarang ini murah,” keluh Ketut Juwet. Untuk diketahui bunga Pacah merupakan sarana utama untuk canang yang biasanya dijual para pedagang canang di pasar-pasar tradisional.
Sebelumnya harga bunga pacah diakui sudah turun sebelum covid. Begitu pandemi, harga semakin terpuruk.
Di mana satu kresek perah besar diperkirakan seberat 8 kg dijual seharga Rp 15 ribu. Ini juga jika dekat hari raya seperti purnama, tilem dan kajeng kliwon.
Sementara jika tidak ada rainan atau hari raya, harganya hanya Rp 10 ribu sampai Rp 15 ribu per tiga kresek atau seberat 12 kg.
“Kalau tidak hari raya lebih parah lagi,” imbuhnya. Selama ini petani bunga memang mengandalkan hari raya.
Mereka juga memetik bunga tersebut jelang hari raya agar harga lebih mahal. Namun, karena pandemi beberapa upacara agama juga dibatasi sehingga bunga tidak laku lantaran kebutuhan atau permintaan bunga menurun.
Sementara saat hari raya besar seperti jelang Galungan dan Kuningan bunga pacah bisa mencapai Rp 40 ribu sampai 50 ribu per dua kresek atau 8 kg.
Juwet sendiri mengaku petani bunga pacah adalah profesi utamanya saat ini. Dari hasil bertani, dia mencukupi kebutuhan keluarga sehari-hari.
Dia juga mengontrak lahan untuk ditanami bunga. Dengan harga seperti sekarang ini petani merugi.
Sekali tanam sampai habis masa panen kontrakan lahan senilai Rp 1,8 juta. “Ya kadang rugi sampai habis penan belum nutupi biayanya,” ujarnya.
Untuk membayar kontrakan tidak mampu sehingga dia harus meminjam modal. Saat ini, dia memiliki lahan bunga Pacar Galuh seluas 15 are dan saat ini masih berusia 21 hari.