BANYUPOH – Demam batu akik memang sudah reda. Tapi bukan berarti batu akik khas Pulaki terabaikan begitu saja.
Batu akik Pulaki masih digemari, meski penggemarnya sudah tak sebanyak dulu. Turunnya pamor batu akik juga menyebabkan omzet para perajin batu akik mengalami penurunan.
Desa Banyupoh di Kecamatan Gerokgak, adalah salah satu desa penghasil batu akik. Lokasinya yang dekat Desa Pulaki membuat desa ini dikenal menghasilkan batu akik khas Pulaki.
Terutama batu akik kresnadana yang dikenal langka nan bertuah. Meski demam akik sudah reda, banyak warga yang masih menggantungkan hidupnya pada penjualan batu mulia.
Tengok saja di areal parkir Pura Melanting. Masih banyak stand yang menjual batu akik berbagai jenis. Para perajin juga masih berproduksi seperti biasa, meski hasilnya tak secerah dulu.
Salah seorang perajin adalah Komang Sugiartha. Warga Banjar Dinas Melanting, Desa Banyupoh ini sudah menggeluti bisnis jual beli batu akik sejak tahun 2002 silam.
Ia pun merasakan pasang surut bisnis batu akik. Termasuk saat bisnis sedang cekak seperti saat ini.
“Dua tahun lalu waktu masih demam batu akik, sebulan itu saya bisa jualan Rp 15 juta sampai Rp 20 juta. Sekarang bisa jualan Rp 500 ribu sebulan saja sudah syukur,” kata pria yang akrab disapa Koming itu.
Meski sudah tidak menjadi trend, ia masih tetap memproduksi batu akik. Biasanya ia mencari bahan di sepanjang Tukad Banyupoh hingga wilayah Pangkung Jahe.
Banyak bahan mentah batu akik yang bertebaran. Bila bukan ahli, batu-batu itu hanya dilihat sebagai batu sungai biasa. Sesekali ia naik ke atas bukit. Itu pun belum tentu membuahkan hasil.
Meski trend batu akik terjun bebas, masih banyak orang yang mencari batu akik. “Ada saja yang cari. Biasanya yang dicari itu jenis tapak dara,
bebed, panca warna, dan badar. Kadang yang tabur emas masih dicari. Tapi itu sulit dicari dan langka, jadi harganya agak mahal,” jelasnya.
Menurut Koming, batu akik yang paling banyak dicari ialah batu badar. Batu itu salah satu batu khas pulaki. Kebanyakan batu badar yang dicari ialah badar hitam dan badar abu-abu.
Sebab harganya relatif murah. Ada pula badar besi, badar hijau, dan badar tabur emas. Namun ketiga jenis itu langka yang membuat harganya relatif mahal.
Ada pula jenis batu kresnadana. Batu mulia ini diminati kalangan elite. Permintaannya juga relatif stabil dengan harga yang lumayan mahal.
Satu batu permata kresnadana, bisa dijual hingga Rp 5 juta. Biasanya batu kresnadana semahal itu memiliki warna hitam pekat.
Tapi jika disinari, akan berwarna hijau dengan taburan emas di dalamnya. “Kresnadana itu sangat langka dan tidak bisa sembarangan. Susah dicari. Banyak yang yakin itu bertuah.
Terutama untuk kewibawaan. Kalau kresnadana permintaananya stabil, harganya juga stabil, tapi ya itu tadi. Langka,” tandas Koming.