28.2 C
Jakarta
17 September 2024, 2:48 AM WIB

Belum Juga Pasar Dibuka, Pemilik Toko-Kios Sudah Siap Over Kontrak

SINGARAJA – Sejumlah pemilik toko dan kios di Pasar Banyuasri sudah bersiap mengontrakkan toko milik mereka. Padahal Pasar Banyuasri hasil revitalisasi, belum lagi dibuka.

Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Pasar Argha Nayottama Buleleng mengaku belum menerima pemberitahuan dari pedagang terkait rencana tersebut.

Hal itu terungkap saat Perumda Pasar melakukan pengundian kios dan lapak dagangan, pagi kemarin (18/3).

Dalam proses pengundian itu, terlihat sejumlah warga yang melihat-lihat bangunan toko. Ternyata ada beberapa toko yang sudah siap dikontrakkan oleh pemegang hak lama.

Salah seorang pedagang mengaku sudah menerima kunci toko secara langsung, tanpa harus melalui proses pengundian.

Dulunya dia memang memiliki hak untuk membuka sekaligus mengelola toko di sisi barat Pasar Banyuasri.

“Sekarang saya mau kontrakkan saja. saya sudah tua, capek jualan. Katanya boleh saja dikontrakkan, yang penting dipakai usaha,” kata pedagang yang mengaku bernama Made.

Dirut Perumda Pasar Argha Nayottama Buleleng Made Agus Yudiarsana mengaku pemilik hak sah-sah saja mengontrakkan toko, kios, ataupun lapak yang ia miliki.

Hanya saja proses kontrak itu harus diketahui oleh pihak pertama. Dalam  hal ini Perumda Pasar. Sebab ada biaya administrasi sebesar 2,5 persen dari nilai kontrak yang akan dikenakan pada para pihak.

“Kalau mengacu aturan kami di Perumda Pasar, boleh-boleh saja. Sepanjang sepengetahuan kami. Khusus di pasar baru ini, kami belum dapat informasi begitu.

Mungkin karena belum resmi beroperasi. Tapi kalau suatu ketika itu ada, ya menurut aturan kami, boleh-boleh saja,” ujarnya.

Sementara itu Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana mengatakan, para pedagang dipersilahkan segera menempati lapak yang menjadi hak mereka.

Ia mengaku mendapat aspirasi dari para pedagang, agar ongkos sewa dapat ditekan selama masa pandemi. Hanya saja ia belum bisa mengamini aspirasi dari pedagang.

“Ini akan kami evaluasi. Karena ini masalah uang, harus didiskusikan dulu. Tidak bisa tergesa-gesa biar tidak jadi masalah. Tapi sementara ini jalan saja dulu, nanti dievaluasi.

Yang jelas biaya yang dikenakan ini, jauh di bawah dari nilai apraisal. Kalau apraisal kan minta Rp 125 ribu per hari untuk toko,

kita sudah kenakan Rp 25 ribu per hari. Buat saya yang penting pasar ini bisa memutar ekonomi saja dulu,” tegasnya.

Sekadar diketahui, revitalisasi Pasar Banyuasri merupakan salah satu proyek prestisius di Buleleng. Revitalisasi pasar itu menelan dana sebanyak Rp 159,5 miliar.

Pasar itu kini menampung 184 kios, 92 ruko, dan 804 lapak pedagang. Tarif yang akan dibebankan pada para pedagang pun bervariasi.

Untuk ruko di Jalan Ahmad Yani dikenakan pungutan harian sebesar Rp 25 ribu, ruko di terminal dan Jalan Lingga sebesar Rp 20 ribu,

tarif di jalan Samudra sebesar Rp 15 ribu, los sebesar Rp 5 ribu, kios Rp 7 ribu, dan pasar tumpah senilai Rp 7 ribu.

SINGARAJA – Sejumlah pemilik toko dan kios di Pasar Banyuasri sudah bersiap mengontrakkan toko milik mereka. Padahal Pasar Banyuasri hasil revitalisasi, belum lagi dibuka.

Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Pasar Argha Nayottama Buleleng mengaku belum menerima pemberitahuan dari pedagang terkait rencana tersebut.

Hal itu terungkap saat Perumda Pasar melakukan pengundian kios dan lapak dagangan, pagi kemarin (18/3).

Dalam proses pengundian itu, terlihat sejumlah warga yang melihat-lihat bangunan toko. Ternyata ada beberapa toko yang sudah siap dikontrakkan oleh pemegang hak lama.

Salah seorang pedagang mengaku sudah menerima kunci toko secara langsung, tanpa harus melalui proses pengundian.

Dulunya dia memang memiliki hak untuk membuka sekaligus mengelola toko di sisi barat Pasar Banyuasri.

“Sekarang saya mau kontrakkan saja. saya sudah tua, capek jualan. Katanya boleh saja dikontrakkan, yang penting dipakai usaha,” kata pedagang yang mengaku bernama Made.

Dirut Perumda Pasar Argha Nayottama Buleleng Made Agus Yudiarsana mengaku pemilik hak sah-sah saja mengontrakkan toko, kios, ataupun lapak yang ia miliki.

Hanya saja proses kontrak itu harus diketahui oleh pihak pertama. Dalam  hal ini Perumda Pasar. Sebab ada biaya administrasi sebesar 2,5 persen dari nilai kontrak yang akan dikenakan pada para pihak.

“Kalau mengacu aturan kami di Perumda Pasar, boleh-boleh saja. Sepanjang sepengetahuan kami. Khusus di pasar baru ini, kami belum dapat informasi begitu.

Mungkin karena belum resmi beroperasi. Tapi kalau suatu ketika itu ada, ya menurut aturan kami, boleh-boleh saja,” ujarnya.

Sementara itu Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana mengatakan, para pedagang dipersilahkan segera menempati lapak yang menjadi hak mereka.

Ia mengaku mendapat aspirasi dari para pedagang, agar ongkos sewa dapat ditekan selama masa pandemi. Hanya saja ia belum bisa mengamini aspirasi dari pedagang.

“Ini akan kami evaluasi. Karena ini masalah uang, harus didiskusikan dulu. Tidak bisa tergesa-gesa biar tidak jadi masalah. Tapi sementara ini jalan saja dulu, nanti dievaluasi.

Yang jelas biaya yang dikenakan ini, jauh di bawah dari nilai apraisal. Kalau apraisal kan minta Rp 125 ribu per hari untuk toko,

kita sudah kenakan Rp 25 ribu per hari. Buat saya yang penting pasar ini bisa memutar ekonomi saja dulu,” tegasnya.

Sekadar diketahui, revitalisasi Pasar Banyuasri merupakan salah satu proyek prestisius di Buleleng. Revitalisasi pasar itu menelan dana sebanyak Rp 159,5 miliar.

Pasar itu kini menampung 184 kios, 92 ruko, dan 804 lapak pedagang. Tarif yang akan dibebankan pada para pedagang pun bervariasi.

Untuk ruko di Jalan Ahmad Yani dikenakan pungutan harian sebesar Rp 25 ribu, ruko di terminal dan Jalan Lingga sebesar Rp 20 ribu,

tarif di jalan Samudra sebesar Rp 15 ribu, los sebesar Rp 5 ribu, kios Rp 7 ribu, dan pasar tumpah senilai Rp 7 ribu.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/