RadarBali.com – Kondisi perekonomian yang belum normal membawa dampak pada penghasilan pelaku usaha di Bali.
Beberapa pelaku usaha yang bergerak di sektor usaha mikro kecil menengah (UMKM) serta ritel, mengalami penurunan penghasilan.
Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Bali AA Ngurah Alit Wiraputra, Selasa (18/7) kemarin mengakui, semester I 2017, kondisi ekonomi Bali belum bergerak normal, bahkan cenderung memprihatinkan.
Inflasi tinggi. Pendapatan masyarakat tetap. Di lain sisi, pendapatan UMKM justru turun.
“Pendapatan pengusaha UMKM tidak pasti. Kadang sesuai target, kadang tidak. Kondisi ini jelas berbahaya,” ujar Alit Wiraputra.
Dengan kondisi ini, dia meminta harus ada perhatian pemerintah terkait ketidakpastian pendapatan masyarakat saat ini.
Sebelumnya ada harapan di saat libur sekolah dan liburan panjang mengalami peningkatan, namun kondisi tersebut ternyata tidak menjamin.
Padahal, tingkat kunjungan meningkat. Pendapatan UMKM saat masa liburan panjang hanya meningkat 15 persen saja.
“Harapannya UMKM ini kan bisa bertahan dalam tiga bulan. Namun, baru sebulan sudah anjlok lagi,” katanya.
Ketua DPD Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Bali I Gusti Ketut Sumardayasa meyakini kondisi ritel di Bali mengalami peningkatan.
Mengingat saat ini banyak ritel yang mengkonversi dari konvensional beralih ke sistem online. Namun dia tidak membantah, ada juga sebagian ritel yang mengalami penurunan.
“Seharusnya memang ada kajian dari pihak BPS soal ini. Kalau pantauan di lapangan secara pasti ritel di Bali meningkat,” sebutnya.
Dia meminta pemerintah mencegah inflasi. “Yang terpenting saat ini adalah bagaimana pelaku usaha bisa tetap optimis agar terus menggeliat dan bisa bersaing dengan asing,” pungkasnya