27.3 C
Jakarta
30 April 2024, 6:33 AM WIB

Keran Impor Dibuka, Faktanya Harga Garam Beryodium Masih Tinggi

RadarBali.com – Hujan yang sejak beberapa minggu ini hampir tidak pernah mengguyur Kabupaten Klungkung membuat panen garam para petani garam di Kabupaten Klungkung mengalami peningkatan.

Kondisi ini jelas mempengaruhi harga garam di pasaran yang berangsur-angsur turun ke harga normal.

Sayangnya penurunan harga garam hanya terjadi pada garam lokal, sedangkan harga garam beryodium masih bertahan di harga tertingginya.

Salah seorang pedagang garam lokal di Pasar Galiran, Klungkung, Rasa saat ditemui ketika sedang berjualan, Senin (18/9) menuturkan, hujan yang beberapa minggu ini sudah tidak mengguyur Klungkung membuat hasil panen garam para petani garam di Kabupaten Klungkung kembali normal.

Sejak sebulan lalu, harga garam lokal yang sempat berkisar Rp 30 ribu per kilogram, kini kembali ke harga normalnya di kisaran harga Rp 10 ribu per kilogram.

“Dulu waktu musim hujan saya sampai tidak bisa jualan garam karena gak ada pasokan garam selain itu harganya juga sampai Rp 30 ribu. Sekarang garamnya sudah melimpah. Per harinya saya bisa dapat jualan sekitar 10 kilogram garam,” bebernya.

Sayangnya, melimpahnya garam lokal ditambah dibukanya impor garam dari Australia yang dilakukan Pemerintah Pusat belum mampu membuat harga garam beryodium kembali normal.

Menurut salah seorang pedagang bumbu dapur di Pasar Galiran, Desak, meski saat ini pasokan garam beryodium sudah sangat lancar namun harga garam beryodium masih berada di kisaran Rp 55 ribu – Rp 60 ribu per bal yang terdiri dari 40 sachet.

Pasalnya harga itu terbilang sangat tinggi jika dibandingkan harga sebelumnya yang hanya Rp 20 ribu – Rp 25 ribu per bal.

“Kalau ecerannya, sekarang saya jual Rp 2 ribu per sachet. Kalau sebelumnya hanya Rp 1.000 per sachet,” ungkapnya.

Dengan harga garam semahal itu, menurutnya, tak jarang membuat para pembeli mengurungkan diri untuk memberi garam beryodium. Dan kini lebih memilih untuk membeli garam lokal Kusamba.

RadarBali.com – Hujan yang sejak beberapa minggu ini hampir tidak pernah mengguyur Kabupaten Klungkung membuat panen garam para petani garam di Kabupaten Klungkung mengalami peningkatan.

Kondisi ini jelas mempengaruhi harga garam di pasaran yang berangsur-angsur turun ke harga normal.

Sayangnya penurunan harga garam hanya terjadi pada garam lokal, sedangkan harga garam beryodium masih bertahan di harga tertingginya.

Salah seorang pedagang garam lokal di Pasar Galiran, Klungkung, Rasa saat ditemui ketika sedang berjualan, Senin (18/9) menuturkan, hujan yang beberapa minggu ini sudah tidak mengguyur Klungkung membuat hasil panen garam para petani garam di Kabupaten Klungkung kembali normal.

Sejak sebulan lalu, harga garam lokal yang sempat berkisar Rp 30 ribu per kilogram, kini kembali ke harga normalnya di kisaran harga Rp 10 ribu per kilogram.

“Dulu waktu musim hujan saya sampai tidak bisa jualan garam karena gak ada pasokan garam selain itu harganya juga sampai Rp 30 ribu. Sekarang garamnya sudah melimpah. Per harinya saya bisa dapat jualan sekitar 10 kilogram garam,” bebernya.

Sayangnya, melimpahnya garam lokal ditambah dibukanya impor garam dari Australia yang dilakukan Pemerintah Pusat belum mampu membuat harga garam beryodium kembali normal.

Menurut salah seorang pedagang bumbu dapur di Pasar Galiran, Desak, meski saat ini pasokan garam beryodium sudah sangat lancar namun harga garam beryodium masih berada di kisaran Rp 55 ribu – Rp 60 ribu per bal yang terdiri dari 40 sachet.

Pasalnya harga itu terbilang sangat tinggi jika dibandingkan harga sebelumnya yang hanya Rp 20 ribu – Rp 25 ribu per bal.

“Kalau ecerannya, sekarang saya jual Rp 2 ribu per sachet. Kalau sebelumnya hanya Rp 1.000 per sachet,” ungkapnya.

Dengan harga garam semahal itu, menurutnya, tak jarang membuat para pembeli mengurungkan diri untuk memberi garam beryodium. Dan kini lebih memilih untuk membeli garam lokal Kusamba.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/