29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 11:24 AM WIB

Kedelai di Pasaran Mahal, Harga Tempe dan Tahu Merangkak Naik

SINGARAJA – Satu persatu harga pangan di pasar tradisional kini mengalami kenaikan. Kini pangan yang berbahan dasar kedelai, yakni tahu dan tempe mulai mengalami kenaikan harga.

Kenaikan harga itu dipicu kenaikan harga kedelai di pasaran. Tadinya kedelai grosir yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan tahu dan tempe, berkisar pada angka Rp 6 ribu per kilogram.

Harga grosir tertinggi, hanya berkisar di angak Rp7 ribu per kilogram. Namun kini harganya melonjak menjadi Rp 9 ribu per kilogram.

Menurut produsen tempe di Buleleng, kenaikan harga kedelai itu sudah terjadi sejak Maret lalu. Harga Rp 9 ribu per kilogram bertahan cukup lama. Kalau toh turuan, harga terendahnya hanya Rp 8.500 per kilogram.

“Kalau naik itu sehari bisa dua kali, malah tiga kali. Pagi naik harganya Rp 200, siangnya naik lagi, sorenya naik lagi. Tapi kalau turun, lama sekali.

Bisa 3 hari baru turun harganya. Itu juga turunnya sedikit-sedikit, paling Rp 50,” kata Nur Hakim, salah seorang produsen tempe di Kelurahan Kampung Baru.

Karena harga bahan dasar mengalami kenaikan, ia bersama rekan-rekan penjual tempe dan tahu pun terpaksa menaikkan harga jual.

Tempe yang tadinya dijual Rp 10 ribu satu papan, kini dijual Rp 12 ribu satu papan. Biasanya dalam satu papan, tempe yang dijual memiliki berat 1,1 kilogram.

Meski begitu, ada pula pedagang yang masih tetap menjual tempe seharga Rp 10 ribu per papan. Hanya saja, beratnya dikurangi. Hanya berkisar 800-900 gram per papan.

“Kalau dulu masih bisa jual harga Rp 10 ribu. Tapi itu waktu harga kedelainya masih di bawah sekarang. Kalau dulu-dulu kan harganya paling tinggi itu Rp 7 ribu sekilo. Sekarang nggak dapet harga segitu,” imbuhnya.

Sementara untuk harga tahu, produsen menyebut harganya kini berkisar antara Rp 45-50 ribu per ember dengan isi 250 buah tahu. Padahal tadinya harga hanya berkisar antara Rp 40-45 ribu per ember.

Selain itu pedagang juga mengurangi kapasitas produksi mereka, karena jumlah pembeli juga mengalami penurunan.  

Produsen yang biasanya memproduksi tempe hingga 100 kilogram sehari, bisa menurunkan produksi menjadi 70-80 kilogram per hari. 

SINGARAJA – Satu persatu harga pangan di pasar tradisional kini mengalami kenaikan. Kini pangan yang berbahan dasar kedelai, yakni tahu dan tempe mulai mengalami kenaikan harga.

Kenaikan harga itu dipicu kenaikan harga kedelai di pasaran. Tadinya kedelai grosir yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan tahu dan tempe, berkisar pada angka Rp 6 ribu per kilogram.

Harga grosir tertinggi, hanya berkisar di angak Rp7 ribu per kilogram. Namun kini harganya melonjak menjadi Rp 9 ribu per kilogram.

Menurut produsen tempe di Buleleng, kenaikan harga kedelai itu sudah terjadi sejak Maret lalu. Harga Rp 9 ribu per kilogram bertahan cukup lama. Kalau toh turuan, harga terendahnya hanya Rp 8.500 per kilogram.

“Kalau naik itu sehari bisa dua kali, malah tiga kali. Pagi naik harganya Rp 200, siangnya naik lagi, sorenya naik lagi. Tapi kalau turun, lama sekali.

Bisa 3 hari baru turun harganya. Itu juga turunnya sedikit-sedikit, paling Rp 50,” kata Nur Hakim, salah seorang produsen tempe di Kelurahan Kampung Baru.

Karena harga bahan dasar mengalami kenaikan, ia bersama rekan-rekan penjual tempe dan tahu pun terpaksa menaikkan harga jual.

Tempe yang tadinya dijual Rp 10 ribu satu papan, kini dijual Rp 12 ribu satu papan. Biasanya dalam satu papan, tempe yang dijual memiliki berat 1,1 kilogram.

Meski begitu, ada pula pedagang yang masih tetap menjual tempe seharga Rp 10 ribu per papan. Hanya saja, beratnya dikurangi. Hanya berkisar 800-900 gram per papan.

“Kalau dulu masih bisa jual harga Rp 10 ribu. Tapi itu waktu harga kedelainya masih di bawah sekarang. Kalau dulu-dulu kan harganya paling tinggi itu Rp 7 ribu sekilo. Sekarang nggak dapet harga segitu,” imbuhnya.

Sementara untuk harga tahu, produsen menyebut harganya kini berkisar antara Rp 45-50 ribu per ember dengan isi 250 buah tahu. Padahal tadinya harga hanya berkisar antara Rp 40-45 ribu per ember.

Selain itu pedagang juga mengurangi kapasitas produksi mereka, karena jumlah pembeli juga mengalami penurunan.  

Produsen yang biasanya memproduksi tempe hingga 100 kilogram sehari, bisa menurunkan produksi menjadi 70-80 kilogram per hari. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/