28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 5:03 AM WIB

Selangkah Lagi, Buah Naga Buleleng Tembus Pasar Tiongkok

KUBUTAMBAHAN – Komoditas buah naga di Kabupaten Buleleng, diyakini mampu menembus pasar ekspor. Terutama ke Tiongkok.

Saat ini buah naga hasil budidaya petani Buleleng, tinggal selangkah lagi agar bisa menembus pasar ekspor.

Rencananya dalam beberapa pekan kedepan, otoritas karantina dan pertanian dari Tiongkok akan kembali mendatangi kebun buah naga milik Wayan Kantra, petani asal Desa Bulian, Kubutambahan.

Otoritas karantina akan melakukan pengecekan akhir, terkait kondisi lahan dan buah yang dihasilkan petani.

Kepala Dinas Pertanian Buleleng I Made Sumiarta mengatakan, tahapan untuk menembus pasar ekspor memang cukup panjang.

Untuk ekspor komoditas buah naga ke Tiongkok misalnya, petani harus melakukan persiapan tak kurang dari 4 tahun. Sementara masa verifikasi dari otoritas karantina dan pertanian Tiongkok, memakan waktu selama tiga tahun.

“Dalam tiga tahun itu, minimal ada tiga kali verifikasi dari otoritas mereka. Nah minggu-minggu ini, otoritas karantina Tiongkok akan datang lagi melakukan verifikasi akhir.

Terutama kondisi lahan dan buah. Sebab semua proses budidayanya harus organik, baru bisa masuk pasar ekspor,” kata Sumiarta.

Apabila hasil verifikasi itu menyatakan kebun petani Buleleng memenuhi syarat, maka selanjutnya akan dilakukan penandatanganan nota kesepahaman antara kedua negara.

Sehingga proses ekspor bisa berjalan dengan baik, berdasarkan kesepakatan dan perlindungan kedua negara.

Sumiarta menyebut, untuk ekspor dari kebun milik Wayan Kantra, diproyeksikan mencapai 100 ton per tahun.

“Disana luas lahannya itu 13 hektare. Produksinya antara 600-700 ton per tahun. Minimal 100 ton itu sudah pasti diekspor. Bisa saja lebih besar,” jelasnya.

Selain di Desa Bulian, rencananya pemerintah juga akan mengajukan verifikasi ekspor pada kebun buah naga yang ada di Desa K

alisada.

Di sana terdapat kebun buah naga seluas tiga hektare yang telah dikelola secara organik. Selain itu pemerintah juga mendorong

agar lahan tidur di Desa Pemuteran dapat dimanfaatkan sebagai kebun buah naga yang berorientasi pasar ekspor.

KUBUTAMBAHAN – Komoditas buah naga di Kabupaten Buleleng, diyakini mampu menembus pasar ekspor. Terutama ke Tiongkok.

Saat ini buah naga hasil budidaya petani Buleleng, tinggal selangkah lagi agar bisa menembus pasar ekspor.

Rencananya dalam beberapa pekan kedepan, otoritas karantina dan pertanian dari Tiongkok akan kembali mendatangi kebun buah naga milik Wayan Kantra, petani asal Desa Bulian, Kubutambahan.

Otoritas karantina akan melakukan pengecekan akhir, terkait kondisi lahan dan buah yang dihasilkan petani.

Kepala Dinas Pertanian Buleleng I Made Sumiarta mengatakan, tahapan untuk menembus pasar ekspor memang cukup panjang.

Untuk ekspor komoditas buah naga ke Tiongkok misalnya, petani harus melakukan persiapan tak kurang dari 4 tahun. Sementara masa verifikasi dari otoritas karantina dan pertanian Tiongkok, memakan waktu selama tiga tahun.

“Dalam tiga tahun itu, minimal ada tiga kali verifikasi dari otoritas mereka. Nah minggu-minggu ini, otoritas karantina Tiongkok akan datang lagi melakukan verifikasi akhir.

Terutama kondisi lahan dan buah. Sebab semua proses budidayanya harus organik, baru bisa masuk pasar ekspor,” kata Sumiarta.

Apabila hasil verifikasi itu menyatakan kebun petani Buleleng memenuhi syarat, maka selanjutnya akan dilakukan penandatanganan nota kesepahaman antara kedua negara.

Sehingga proses ekspor bisa berjalan dengan baik, berdasarkan kesepakatan dan perlindungan kedua negara.

Sumiarta menyebut, untuk ekspor dari kebun milik Wayan Kantra, diproyeksikan mencapai 100 ton per tahun.

“Disana luas lahannya itu 13 hektare. Produksinya antara 600-700 ton per tahun. Minimal 100 ton itu sudah pasti diekspor. Bisa saja lebih besar,” jelasnya.

Selain di Desa Bulian, rencananya pemerintah juga akan mengajukan verifikasi ekspor pada kebun buah naga yang ada di Desa K

alisada.

Di sana terdapat kebun buah naga seluas tiga hektare yang telah dikelola secara organik. Selain itu pemerintah juga mendorong

agar lahan tidur di Desa Pemuteran dapat dimanfaatkan sebagai kebun buah naga yang berorientasi pasar ekspor.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/