32.5 C
Jakarta
8 Desember 2024, 16:11 PM WIB

CSR Pertamina

Kreatif, Sampah Sisa Upakakara Dijadikan Briket Bioarang

BADUNG, Radar Bali – Olah limbah canang dan banten sisa upakara, PT Pertamina Patra Niaga Regional Jatimbalinus DPPU Ngurah Rai hasilkan bioarang pada program TPS3R Kedonganan Ngardi Resik.

Gandeng Pascasarjana, Magister Perencanaan dan Pengelolaan Lingkungan, Universitas Mahasaraswati Denpasar, Pertamina DPPU Ngurah Rai adakan pelatihan pengolahan limbah ini dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia di TPS3R Kedonganan Ngardi Resik yang telah dilaksanakan pada Agustus lalu.

Pelatihan diberikan langsung oleh Prof. Dr. Ir. I Ketut Widnyana, M.Si. dan tim yang merupakan ahli ilmu penyakit tumbuhan dan pengelolaan sumber daya hayati pertanian.

Kegiatan pelatihan tersebut merupakan program berkelanjutan dari implementasi rencana kerja tahunan program CSR Pertamina DPPU Ngurah Rai tahun 2022 pada masa awal pengembangan pengolahan sampah di TPS3R Kedonganan Ngardi Resik yang baru diresmikan pada bulan Februari awal tahun ini.

Pelatihan ini dilakukan karena sebagian besar sampah di TPS3R Kedonganan Ngardi Resik adalah sampah canang, banten dan berbagai sisa upakara lain yang setiap hari dilakukan oleh masyarakat di Bali pada umumnya.

Bahan utama canang dan banten upakara yaitu janur kelapa yang potensial dikembangkan menjadi briket bioarang sebagai media pembakaran. Pelatihan ini bertujuan agar jumlah residu yang dihasilkan dari sampah masyarakat semakin sedikit yang dibuang ke TPA, bahkan nilainya akan meningkat karena briket yang dihasilkan dapat dijual kepada pengelola cafe seafood di Kedonganan dan Jimbaran sebagai bahan bakar.

“Kami Desa Adat Kedonganan mengucapkan terima kasih kepada Pertamina DPPU Ngurah Rai yang terus melakukan pendampingan dan memberikan dukungan anggaran dan fasilitator yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan pelatihan ini.

Demikian pula kepada Prof. Dr. I Ketut Widnyana, M.Si dan tim yang telah membimbing karyawan TPS3R Ngardi Resik untuk meningkatkan kualitas mereka, disampaikan ucapan terima kasih. Ke depan kami tetap berharap agar program peningkatan SDM ini berkelanjutan”, terang Bendesa Adat Kedonganan, I Wayan Mertha.

“Kami mewakili PT Pertamina Patra Niaga DPPU Ngurah Rai berkomitmen mendukung program besar Waste Management System di Desa Adat Kedonganan salah satunya melalui pengelolaan sampah organik yang berkelanjutan dan bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakat di TPS3R Kedonganan Ngardi Resik.

Sampah organik ini diolah menjadi briket bioarang yang bisa dipakai para pengusaha seafood disana. Setelah ini kami akan melakukan uji laboratorium pada briket bioarang untuk mengetahui kandungan kalor untuk memaksimalkan kualitas produksinya”, jelas Operation Head Pertamina DPPU Ngurah Rai, Dicky Abdul Hakim.

Prof. Dr. Ir. I Ketut Widnyana, M.Si. menjelaskan bahwa sampah dari sisa persembahyangan di pura-pura di Bali merupakan masalah yang belum teratasi sampai saat ini.

Tumpukan sampah sisa upacara tersebut perlu penanganan yang cepat agar tidak kenimbulkan kesan yang tidak baik terhadap keindahan dan kesucian. Pura yang merupakan tempat mendekatkan diri umat Hindu kepada Hyang Widhi.

Solusi yang paling potensial adalah dengan memanfaatkan sampah tersebut menjadi briket, sebab sampah tersebut yang terdiri dari bekas canang, bambu, tempurung kelapa dan daun kelapa mempunyai kandungan resin yang cukup tinggi sehingga mudah dibakar.

Briket dapat dibuat dengan cara sederhana dengan terlebih dahulu diarangkan. Briket yang dibuat dapat dimanfaatkan kembali ke pengelola pura sebagai bahan bakar memasak pada saat ada upacara ataupun disalurkan ke konsumen lainnya seperti restoran dan usaha lain yang membutuhkan.

“Kami dari TPS3R Kedonganan Ngardi Resik mengucapkan kasih kepada Pertamina DPPU Ngurah Rai yang telah memberikan perhatian dan pendampingan kepada kelompok. Kami jadi memiliki arah pengembangan TPS3R Kedonganan Ngardi Resik selain meningkatkan kebersihan lingkungan juga kedepannya dapat memberikan keuntungan ekonomi bagi anggota kelompok”, ujar I Wayan Widiantara, Ketua Program TPS3R Kedonganan Ngardi Resik.

Area Manager Comm., Rel. & CSR PT Pertamina Patra Niaga Regional Jatimbalinus, Deden Mochammad Idhani menjelaskan pelaksanaan program CSR Pertamina sejalan dengan penerapan Environment, Social & Governance (ESG) dan Sustainability Development Goals (SDGs).

Pertamina selalu berupaya seimbang dalam menjalankan bisnis perusahaan. Demi menjaga kesinambungan bisnis perusahaan, Pertamina juga berupaya mengembangkan program CSR terutama di sekitar wilayah operasional perusahaan.

“Program TPS3R Kedonganan Ngardi Resik merupakan program CSR Pertamina dalam upaya pengembangan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) perusahaan.

Tahun ini, program ini sudah memasuki tahun kedua pendampingan. Semoga program ini kedepannya dapat membantu dalam upaya peningkatan perekonomian masyarakat, khususnya di Kelurahan Kedonganan”, tutup Deden. (mar/han)

BADUNG, Radar Bali – Olah limbah canang dan banten sisa upakara, PT Pertamina Patra Niaga Regional Jatimbalinus DPPU Ngurah Rai hasilkan bioarang pada program TPS3R Kedonganan Ngardi Resik.

Gandeng Pascasarjana, Magister Perencanaan dan Pengelolaan Lingkungan, Universitas Mahasaraswati Denpasar, Pertamina DPPU Ngurah Rai adakan pelatihan pengolahan limbah ini dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia di TPS3R Kedonganan Ngardi Resik yang telah dilaksanakan pada Agustus lalu.

Pelatihan diberikan langsung oleh Prof. Dr. Ir. I Ketut Widnyana, M.Si. dan tim yang merupakan ahli ilmu penyakit tumbuhan dan pengelolaan sumber daya hayati pertanian.

Kegiatan pelatihan tersebut merupakan program berkelanjutan dari implementasi rencana kerja tahunan program CSR Pertamina DPPU Ngurah Rai tahun 2022 pada masa awal pengembangan pengolahan sampah di TPS3R Kedonganan Ngardi Resik yang baru diresmikan pada bulan Februari awal tahun ini.

Pelatihan ini dilakukan karena sebagian besar sampah di TPS3R Kedonganan Ngardi Resik adalah sampah canang, banten dan berbagai sisa upakara lain yang setiap hari dilakukan oleh masyarakat di Bali pada umumnya.

Bahan utama canang dan banten upakara yaitu janur kelapa yang potensial dikembangkan menjadi briket bioarang sebagai media pembakaran. Pelatihan ini bertujuan agar jumlah residu yang dihasilkan dari sampah masyarakat semakin sedikit yang dibuang ke TPA, bahkan nilainya akan meningkat karena briket yang dihasilkan dapat dijual kepada pengelola cafe seafood di Kedonganan dan Jimbaran sebagai bahan bakar.

“Kami Desa Adat Kedonganan mengucapkan terima kasih kepada Pertamina DPPU Ngurah Rai yang terus melakukan pendampingan dan memberikan dukungan anggaran dan fasilitator yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan pelatihan ini.

Demikian pula kepada Prof. Dr. I Ketut Widnyana, M.Si dan tim yang telah membimbing karyawan TPS3R Ngardi Resik untuk meningkatkan kualitas mereka, disampaikan ucapan terima kasih. Ke depan kami tetap berharap agar program peningkatan SDM ini berkelanjutan”, terang Bendesa Adat Kedonganan, I Wayan Mertha.

“Kami mewakili PT Pertamina Patra Niaga DPPU Ngurah Rai berkomitmen mendukung program besar Waste Management System di Desa Adat Kedonganan salah satunya melalui pengelolaan sampah organik yang berkelanjutan dan bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakat di TPS3R Kedonganan Ngardi Resik.

Sampah organik ini diolah menjadi briket bioarang yang bisa dipakai para pengusaha seafood disana. Setelah ini kami akan melakukan uji laboratorium pada briket bioarang untuk mengetahui kandungan kalor untuk memaksimalkan kualitas produksinya”, jelas Operation Head Pertamina DPPU Ngurah Rai, Dicky Abdul Hakim.

Prof. Dr. Ir. I Ketut Widnyana, M.Si. menjelaskan bahwa sampah dari sisa persembahyangan di pura-pura di Bali merupakan masalah yang belum teratasi sampai saat ini.

Tumpukan sampah sisa upacara tersebut perlu penanganan yang cepat agar tidak kenimbulkan kesan yang tidak baik terhadap keindahan dan kesucian. Pura yang merupakan tempat mendekatkan diri umat Hindu kepada Hyang Widhi.

Solusi yang paling potensial adalah dengan memanfaatkan sampah tersebut menjadi briket, sebab sampah tersebut yang terdiri dari bekas canang, bambu, tempurung kelapa dan daun kelapa mempunyai kandungan resin yang cukup tinggi sehingga mudah dibakar.

Briket dapat dibuat dengan cara sederhana dengan terlebih dahulu diarangkan. Briket yang dibuat dapat dimanfaatkan kembali ke pengelola pura sebagai bahan bakar memasak pada saat ada upacara ataupun disalurkan ke konsumen lainnya seperti restoran dan usaha lain yang membutuhkan.

“Kami dari TPS3R Kedonganan Ngardi Resik mengucapkan kasih kepada Pertamina DPPU Ngurah Rai yang telah memberikan perhatian dan pendampingan kepada kelompok. Kami jadi memiliki arah pengembangan TPS3R Kedonganan Ngardi Resik selain meningkatkan kebersihan lingkungan juga kedepannya dapat memberikan keuntungan ekonomi bagi anggota kelompok”, ujar I Wayan Widiantara, Ketua Program TPS3R Kedonganan Ngardi Resik.

Area Manager Comm., Rel. & CSR PT Pertamina Patra Niaga Regional Jatimbalinus, Deden Mochammad Idhani menjelaskan pelaksanaan program CSR Pertamina sejalan dengan penerapan Environment, Social & Governance (ESG) dan Sustainability Development Goals (SDGs).

Pertamina selalu berupaya seimbang dalam menjalankan bisnis perusahaan. Demi menjaga kesinambungan bisnis perusahaan, Pertamina juga berupaya mengembangkan program CSR terutama di sekitar wilayah operasional perusahaan.

“Program TPS3R Kedonganan Ngardi Resik merupakan program CSR Pertamina dalam upaya pengembangan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) perusahaan.

Tahun ini, program ini sudah memasuki tahun kedua pendampingan. Semoga program ini kedepannya dapat membantu dalam upaya peningkatan perekonomian masyarakat, khususnya di Kelurahan Kedonganan”, tutup Deden. (mar/han)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/