RadarBali.com – Kondisi industri patung di Bali tengah mengalami penurunan dari segi penjualan. Bahkan turis domestik pun jarang membeli patung.
Padahal, sebelumnya patung menjadi koleksi utama wisatawan dan jadi pendapatan alternative masyarakat Bali dari sektor seni dan budaya.
Salah seorang pengusaha patung, Kadek Indah mengakui, sejak memasuki tahun 2017 terjadi penurunan permintaan patung antara 10 persen hingga 20 persen.
Ia yang telah menekuni usaha patung sejak 1997 lalu itu menjual kerajinan patung yang berbahan baku kayu, resin dan silver.
“Memang ada penurunan, beberapa patung yang saya jual sekarang, rata-rata lakunya antara dua sampai tiga minggu,” tuturnya ditemui di kios miliknya yang berlokasi di Pasar Kumbasari.
Dia mengungkapkan, saat ini beberapa wisatawan baik asing maupun domestik yang datang ke Bali sudah beralih ke barang lain untuk dijadikan oleh-oleh.
Meski demikian Indah tidak menampik jika permintaan patung grosiran tetap ada dari pelanggannya di luar negeri meski tidak seramai dulu.
“Untuk pasar luar negeri, permintaan bentuk patung Budha dan Ganesha yang paling banyak dipesan. Biasanya ordernya 100 patung turun jadi 80 patung,” ujar Indah.
Dia menambahkan, untuk penjualan patung eceran di Pasar Kumbasari sangat sedikit. Beruntung dia memiliki pelanggan yang terbiasa memesan dari luar negeri.
Sehingga ia tetap memproduksi patung meski tidak banyak. “Kadang dalam sebulan ada 2 pelanggan pesan grosir. Biasanya sampai lima pemesanan grosir,” imbuhnya