29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 1:34 AM WIB

Daya Serap Buah Lokal Rendah, HKTI Usul Bangun Pasar Induk Buah

DENPASAR – Untuk mempermudah sistem distribusi hasil pertanian terutama bagi petani lokal di Bali, Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Bali mengusulkan agar ada pasar induk yang menjual semua hasil pertanian buah lokal.

Pasar Induk Buah menjadi hal penting mengingat serapan buah lokal di Bali masih rendah. Ironisnya, rantai distribusi buah dari petani ke hotel cukup panjang.

Ketua HKTI Bali I Nyoman Suparta mengatakan, Bali memiliki kondisi yang lebih spesifik ketimbang daerah lain. Di mana, konsumen tidak hanya dari warga lokal, tapi juga wisatawan asing.

“Bayangkan saja serapan buah lokal di Bali ke hotel dan restoran sangat rendah. Dari 100 persen hanya 40 persen saja yang diserap, 60 persen masih dari luar,” ujar Nyoman Suparta.

Menurut Suparta, kondisi ini terjadi lantaran petani tidak memiliki gairah untuk memproduksi lebih banyak buah lokal.

Petani lokal kurang bergairah lantaran tidak ada kepastian harga serta distribusi yang pasti. Karena itu, petani lokal akan berfikir ulang ketika akan meningkatkan produksinya.

“Jadi petani di Bali masih bingung pasar distribusinya,” bebernya. “Takutnya ketika produksi meningkat, tapi pasarnya tidak jelas, akan rugi. Kalau sudah koneksi jelas, petani kita akan lebih semangat,” jelasnya.

Untuk itu, HKTI Bali memberikan usulan untuk membuat Pasar Induk Buah di Bali. Dengan begitu, sistem pemasaran produk akan lebih pasti dan menjanjikan bagi petani. 

DENPASAR – Untuk mempermudah sistem distribusi hasil pertanian terutama bagi petani lokal di Bali, Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Bali mengusulkan agar ada pasar induk yang menjual semua hasil pertanian buah lokal.

Pasar Induk Buah menjadi hal penting mengingat serapan buah lokal di Bali masih rendah. Ironisnya, rantai distribusi buah dari petani ke hotel cukup panjang.

Ketua HKTI Bali I Nyoman Suparta mengatakan, Bali memiliki kondisi yang lebih spesifik ketimbang daerah lain. Di mana, konsumen tidak hanya dari warga lokal, tapi juga wisatawan asing.

“Bayangkan saja serapan buah lokal di Bali ke hotel dan restoran sangat rendah. Dari 100 persen hanya 40 persen saja yang diserap, 60 persen masih dari luar,” ujar Nyoman Suparta.

Menurut Suparta, kondisi ini terjadi lantaran petani tidak memiliki gairah untuk memproduksi lebih banyak buah lokal.

Petani lokal kurang bergairah lantaran tidak ada kepastian harga serta distribusi yang pasti. Karena itu, petani lokal akan berfikir ulang ketika akan meningkatkan produksinya.

“Jadi petani di Bali masih bingung pasar distribusinya,” bebernya. “Takutnya ketika produksi meningkat, tapi pasarnya tidak jelas, akan rugi. Kalau sudah koneksi jelas, petani kita akan lebih semangat,” jelasnya.

Untuk itu, HKTI Bali memberikan usulan untuk membuat Pasar Induk Buah di Bali. Dengan begitu, sistem pemasaran produk akan lebih pasti dan menjanjikan bagi petani. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/