27.3 C
Jakarta
30 April 2024, 6:50 AM WIB

Beternak Sapi Sekadar Sambilan, Ini Saran Disnak Bali…

DENPASAR – Produktivitas sapi Bali tergolong bagus. Wajar kalau peminat sapi Bali cukup tinggi. Sepanjang 2018, kuota pengiriman sapi Bali mencapai 47.632 ekor.

Pengiriman terbanyak terjadi di bulan Juli. Lantas, apakah ada dampak over kuota pengiriman sapi Bali ini bagi kesejahteraan peternak?

Menurut Kabid Produksi dan Pembibitan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Bali IGA Nata Kesuma, peternak sapi di Bali mayoritas tidak berdasar skala usaha.

Jadi, beternak sapi yang dilakukan hanya sekadar sambilan. Namun, ada dampak ekonomis secara tidak langsung yang didapat para peternak.

“Modelnya investasi, jadi selama enam bulan dijual. Dan, jumlahnya juga tidak banyak. Ketika ada upacara, sapi tersebut dijual tanpa mengambil uang tabungan,” terangnya.

Pria asal Tulikup Gianyar ini menambahkan, di Bali sendiri untuk mengembangkan ternak sapi dengan skala usaha masih terkendala beberapa hal.

Misalnya dari segi lahan yang terbatas, selain itu dari segi pakan juga tidak begitu maksimal. Sehingga Bali sangat cocok dalam pembibitan.

Terlebih dengan bibit sapi yang bersertifikat untuk menghasilkan bibit unggul yang berdampak pada kualitas daging yang bagus.

Diakui, sapi Bali memang cukup diminati di luar daerah Bali. Ini mengingat dari kualitas daging jauh lebih bagus ketimbang ras sapi lainnya.

Bahkan, untuk kebutuhan regular setiapbulan, rata-rata digunakan untuk produkolahan,seperti sosis, dan juga bakso. 

DENPASAR – Produktivitas sapi Bali tergolong bagus. Wajar kalau peminat sapi Bali cukup tinggi. Sepanjang 2018, kuota pengiriman sapi Bali mencapai 47.632 ekor.

Pengiriman terbanyak terjadi di bulan Juli. Lantas, apakah ada dampak over kuota pengiriman sapi Bali ini bagi kesejahteraan peternak?

Menurut Kabid Produksi dan Pembibitan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Bali IGA Nata Kesuma, peternak sapi di Bali mayoritas tidak berdasar skala usaha.

Jadi, beternak sapi yang dilakukan hanya sekadar sambilan. Namun, ada dampak ekonomis secara tidak langsung yang didapat para peternak.

“Modelnya investasi, jadi selama enam bulan dijual. Dan, jumlahnya juga tidak banyak. Ketika ada upacara, sapi tersebut dijual tanpa mengambil uang tabungan,” terangnya.

Pria asal Tulikup Gianyar ini menambahkan, di Bali sendiri untuk mengembangkan ternak sapi dengan skala usaha masih terkendala beberapa hal.

Misalnya dari segi lahan yang terbatas, selain itu dari segi pakan juga tidak begitu maksimal. Sehingga Bali sangat cocok dalam pembibitan.

Terlebih dengan bibit sapi yang bersertifikat untuk menghasilkan bibit unggul yang berdampak pada kualitas daging yang bagus.

Diakui, sapi Bali memang cukup diminati di luar daerah Bali. Ini mengingat dari kualitas daging jauh lebih bagus ketimbang ras sapi lainnya.

Bahkan, untuk kebutuhan regular setiapbulan, rata-rata digunakan untuk produkolahan,seperti sosis, dan juga bakso. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/