DENPASAR – Setelah mengalami stagnasi selama setahun terakhir, sektor properti residensial (baik pasar primer maupun sekunder) di Bali mulai menunjukkan indikasi pemulihan.
Hal ini tercermin dari hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Primer Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Bali triwulan II tahun 2018 ini.
Indeks harga properti residensial primer (IHPR) pada triwulan II tercatat sebesar 185,44 lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 185,23.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Causa Iman Karana mengatakan, peningkatan terutama terjadi pada rumah tipe kecil.
Sedangkan tipe rumah menengah dan besar masih belum menunjukkan peningkatan. Indikasi akselerasi juga terjadi pada pasar properti residensial sekunder.
Pertumbuhan harga rumah sekunder di wilayah Denpasar dan sekitarnya mengalami kenaikan dari rata-rata 0,28 persen (yoy) pada triwulan sebelumnya, menjadi 0,74 persen (yoy) pada triwulan II tahun ini.
“Harga properti residensial di pasar primer triwulan III nanti juga diprediksi akan meningkat,” ujar Causa Iman Karana kemarin.
Dia mengungkapkan, berdasar tipe rumah, perkiraan peningkatan secara tahunan maupun triwulanan didorong pada tipe kecil dengan tingkat pertumbuhan sebesar 0,04 persen (yoy) atau 3,94 persen (qtq).
Lalu diikuti tipe menengah sebesar 0,01 persen (yoy) atau 1,25 persen (qtq) dan tipe besar 0,01 persen (yoy) atau 0,69 persen (qtq).
Optimisme responden SHPR primer terhadap perkiraan peningkatan tersebut seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi Bali secara keseluruhan.
“Kebijakan relaksasi Loan to Value (LTV) juga memberi pengaruh,” kata pria yang akrab disapa Pak Cik ini.
Pulihnya sektor properti residensial juga tercermin pada peningkatan penyaluran kredit perbankan untuk kepemilikan rumah tinggal kredit pemilikan rumah (KPR), apartemen dan ruko pada dua bulan terakhir.
Kredit KPR pada periode Mei dan Juni 2018 masing-masing tumbuh sebesar 6,12 persen (yoy) dan 6,64 persen (yoy).
“Secara nominal posisi penyaluran kredit tercatat sebesar Rp 9,70 Miliar pada Mei 2018, dan sebesar Rp 9,75 Miliar pada Juni 2018,” sebutnya.
Dari sisi suku bunga, penurunan dan rendahnya suku bunga acuan BI seven days Repo Rate sampai dengan awal Mei 2018 diikuti oleh tren penurunan suku bunga KPR.
Pada Mei 2017, rata-rata tertimbang suku bunga KPR tercatat sebesar 11,7 persen untuk rumah tipe kecil (sampai dengan tipe 21) dan 11,05 persen untuk rumah tipe besar (di atas tipe 70).
Penurunan ini terus berlanjut hingga rata-rata tertimbang suku bunga KPR per Juni 2018 menjadi sebesar 10,8 persen untuk rumah tipe kecil (sampai dengan tipe 21) dan 10,4 persen untuk rumah tipe besar (di atas tipe 70).
Ditambahkan, rasio NPL KPR apartemen dan ruko terjaga pada kisaran sebesar 2,64 persen hingga bulan Juni 2018.
Kondisi ini dibarengi dengan kebijakan pelonggaran kebijakan LTV/FTV yang berlaku pada Agustus 2018 diyakini dapat menstimulasi pertumbuhan KPR yang mulai menunjukkan tendensi peningkatan.
“Membaiknya kondisi perekonomian Bali secara keseluruhan, sektor properti diperkirakan akan kembali bergairah,” pungkasnya.