RadarBali.com – Aktivitas tambang pasir dan batu di Kecamatan Selat, Karangasem otomatis berhenti pasca status Gunung Agung naik dari Siaga menjadi Awas.
Kondisi ini secara otomatis membuat pengiriman pasir ke pemasok pasir dan batu di kabupaten/kota di Bali terhenti. Jika berlangsung lama, dipastikan proyek pemerintah maupun swasta terancam.
Ni Wayan Sukani, pemasok pasir dan batu di wilayah Desa Gunaksa, Kecamatan Dawan, Klungkung, mengungkapkan, pengiriman pasir dan batu saat ini cukup terbatas.
Karena itu, harga pasir melambung tinggi. Jika sebelumnya dia menjual pasir hanya Rp 1 juta – Rp 1,2 juta per truk, saat ini harganya mencapai Rp 2 juta per truk.
“Karena terbatas, saya beli dapatnya mahal. Jadi jualnya juga mahal,” katanya. Sayangnya, sejak kemarin kondisi tersebut semakin parah.
Saat ini tidak ada satu pun truk yang mengantarkan pasir maupun batu ke tempat usahanya. Biasanya, per hari sedikitnya 15 truk pasir hilir mudik di tempat usahanya yang dirintis sejak 11 tahun lalu itu.
“Yang memasok pasir ke tempat saya itu warga lokal di Kecamatan Selat. Sekarang sudah tidak ada lagi yang datang dan katanya alat-alat beratnya sudah ditarik semua dari galian C di Selat,” katanya.
Dengan kondisi ini, pasokan dipastikan terhenti sejak kemarin. Karena itu, dia mengaku tidak lagi menerima pesanan pengiriman pasir maupun batu ke proyek-proyek.
Saat ini, hanya pesanan batu dan pasir sebelum-sebelumnya saja yang masih dilayani pengirimannya.
“Sekarang pasirnya sisa sekitar 15 truk saja. Dua hari saja sudah habis ini. Kalau untuk batunya sudah habis,” ungkapnya.
Dia mengaku bingung mencari nafkah di mana kalau kondisi seperti ini terus berlangsung dalam waktu cukup lama.
Apalagi, saat ini ada 22 orang yang bekerja dengannya. “Saya bingung ini mau kerja apa kalau tidak ada pasir dan batu terus menerus. Sumber pasir di Bali hanya di Karangasem. Kalau beli dari Jawa tidak mungkin karena harganya pasti mahal sekali,” tandasnya.