RadarBali.com – Bali masih jadi magnet investor asing untuk menanamkan modalnya di tanah air. Kabar terbaru, konsorsium warga Tiongkok yang bermukim di London, Inggris tertarik menanamkan investasi di Bali.
Ketertarikan konsorsium Tiongkok tersebut untuk menanam investasi Jalan tol Denpasar-Buleleng.
Keseriusan investasi tersebut setelah pihak investor menggelar pertemuan selama tiga kali sepanjang bulan Oktober tahun ini.
Kadis Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Pemprov Bali IB Made Parwata mengatakan,
pembangunan jalan tol yang menghubungkan Canggu – Buleleng – Karangasem dan beberapa daerah lainnya ini memiliki total panjang ruas 204 kilometer.
“Nilai investasinya mencapai Rp 3 sampai 3,5 triliun,” ujar IB Made Parwata saat ditemui Jawa Pos Radar Bali, kemarin (24/10) usai melakukan pertemuan dengan investor.
Konsorsium warga Tiongkok yang tinggal di London ini berjumlah lebih dari 12 orang. Dengan memiliki keuangan yang cukup banyak, mereka memilih Bali menjadi lokasi investasi.
Rata-rata mereka yang akan menanam modal sudah cukup berpengalaman dalam investasi tol. “Dananya kan cukup banyak, kalau mereka bawa Ke Tiongkok otomatis dananya tidak bisa keluar lagi,” kata Parwata.
Sejauh ini, para investor tersebut belum memiliki nama perusahaan. Nanti ketika sudah mengajukan di awal, mereka maka wajib membuat sebuah PT, dan itu merupakan persyaratan utama.
“Nanti PT yang dibuat harus taat hukum di Indonesia,” jelas Parwata. Pria asal Klungkung ini menjelaskan,
proyek jalan tol ini sudah lama digagas PT Jasamarga dengan menyerahkan proyek tersebut kepada PT Waskita Karya (persero).
Namun, untuk membangun tol tersebut PT Waskita Karya tidak memiliki dana. “Yang jelas saham asing di jalan tol itu tidak boleh lebih dari 67 persen,
sisanya itu saham milik pengusaha dalam negeri. Sisa saham 33 persen mungkin bisa dimiliki PT Waskita atau lainnya,” beber Parwata.
Tahapan yang harus dilalui bagi warga asing yang akan melakukan investasi di Indonesia adalah mencari izin prinsip dari Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia (BKPMRI).
Dari izin tersebut sebagai rujukan untuk mencari izin lainnya seperti amdal, pembebasan lahan dan lainnya.
“Kalau memang dia serius 2018 sudah bisa mulai dibangun. Karena aturan sekarang tidak seribet dulu,” ucap dia.
Diakuinya, saat ini banyak sekali warga Tiongkok yang tertarik untuk melakukan investasi di Bali. Hanya saja, realisasinya sangat kecil.
Hal ini diakibatkan investor asal Tiongkok sangat hati-hati dan terlalu banyak pertimbangan dalam melakukan investasi.
“Kalau investor Eropa lebih cepat,” tukasnya. Tahun ini, target pusat untuk Bali di bidang investasi mencapai Rp 12,4 triliun.
Dan, di semester satu sudah mencapai 64 persen. Pihaknya sangat optimis bisa tercapai. “Kalau dihitung di triwulan ketiga sekarang mungkin sudah 90 persen lebih,” klaimnya.
“ Kebanyakan investasi bergerak di bidang pariwisata,” pungkasnya