28.6 C
Jakarta
10 Desember 2024, 18:10 PM WIB

Pertalite Naik Rp 200 Tanpa Sosialisasi, Konsumen Protes Pertamina

DENPASAR – PT Pertamina (Persero) diam-diam menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis pertalite Rp 200 rupiah per liter.

Kenaikan harga pertalite resmi diterapkan pada Sabtu (24/3) lalu. Naiknya harga tersebut berlaku untuk seluruh Wilayah Indonesia.

Harga pertalite sebelum naik Rp 7.600 per liter, kini menjadi Rp 7.800 per liter. “Ya, naik sejak Sabtu kemarin, naik Rp 200 dari harga sebelumnya,” ujar salah satu petugas SPBU di Jalan Gatot Soebroto.

Pantauan Jawa Pos Radar Bali di salah satu SPBU Kawasan Jalan Gatot Soebroto Barat, kenaikan itu mendapat protes konsumen.

Mereka menyayangkan kenaikan harga itu tidak disosialisasikan sebelumnya. Salah seorang konsumen pertalite Evie Yuhana mengaku

meski kenaikannya hanya Rp 200 per liter namun ini cukup terasa ketika dikalikan dalam pembelian jumlah banyak.

Bisa-bisa uang belanjaan tergerus hanya untuk BBM. “Kalau saya meski kecil sih terasa, terlebih saya punya dua kendaraan di rumah.

Untuk bekerja rata-rata dua hari sekali beli Pertalite, kalau dikalikan dua ratus rupiah dalam sebulan lumayan banyak,” tutur Evie.

Dia sendiri mengaku sebenarnya lebih suka membeli premium. Disamping harganya murah dan juga kenaikan ditentukan oleh pemerintah bukan dari PT Pertamina.

“Ketimbang Pertalite saya lebih memilih premium, karena harganya murah. Toh motor juga sama-sama bisa jalan,” bebernya.

“Tapi susahnya minta ampun mau cari premium di Denpasar, kecuali cari di Kios atau eceran,” kata perempuan yang bekerja di Kementerian Agama ini.

Senada dengan Heru, ia mengaku keberatan dengan kenaikan Pertalite tersebut. Terlebih ia yang bekerja sebagai sales dan harus berkeliling menjajakan produk perusahaannya sangat boros dalam pemakaian bahan bakar.

“Satu hari saya selalu isi bensin minimal Rp 20 ribu, karena kerja saya di Jalan. Sebenarnya tidak setuju, tapi kita bisa apa, karena kita juga butuh. Ya pasrah,” tuturnya.

Di Jakarta, Vice President Corporate Communication Pertamina, Adiatma Sardjito, menyatakan penyesuaian harga BBM jenis Pertalite merupakan dampak dari harga minyak mentah dunia yang terus naik.

Pada saat yang sama, nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Kedua faktor penentu kenaikan harga BBM mengharuskan perubahan harga.

Saat ini harga minyak mentah sudah hampir menyentuh angka US$ 65 per barel. “Ditambah nilai rupiah juga menunjukkan kecenderungan melemah,” ujar Adiatma Sardjito dalam keterangan tertulisnya.

Menurut Adiatma, Pertamina sudah berupaya untuk bertahan dengan harga saat ini agar tidak membebani masyarakat.

Namun, harga bahan baku yang meningkat tajam, mengharuskan harga BBM naik di konsumen akhir.

“Ini pilihan berat, tapi kami tetap mempertimbangkan konsumen, dengan memberikan BBM berkualitas terbaik dengan harga terbaik di kelasnya,” kata dia. 

DENPASAR – PT Pertamina (Persero) diam-diam menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis pertalite Rp 200 rupiah per liter.

Kenaikan harga pertalite resmi diterapkan pada Sabtu (24/3) lalu. Naiknya harga tersebut berlaku untuk seluruh Wilayah Indonesia.

Harga pertalite sebelum naik Rp 7.600 per liter, kini menjadi Rp 7.800 per liter. “Ya, naik sejak Sabtu kemarin, naik Rp 200 dari harga sebelumnya,” ujar salah satu petugas SPBU di Jalan Gatot Soebroto.

Pantauan Jawa Pos Radar Bali di salah satu SPBU Kawasan Jalan Gatot Soebroto Barat, kenaikan itu mendapat protes konsumen.

Mereka menyayangkan kenaikan harga itu tidak disosialisasikan sebelumnya. Salah seorang konsumen pertalite Evie Yuhana mengaku

meski kenaikannya hanya Rp 200 per liter namun ini cukup terasa ketika dikalikan dalam pembelian jumlah banyak.

Bisa-bisa uang belanjaan tergerus hanya untuk BBM. “Kalau saya meski kecil sih terasa, terlebih saya punya dua kendaraan di rumah.

Untuk bekerja rata-rata dua hari sekali beli Pertalite, kalau dikalikan dua ratus rupiah dalam sebulan lumayan banyak,” tutur Evie.

Dia sendiri mengaku sebenarnya lebih suka membeli premium. Disamping harganya murah dan juga kenaikan ditentukan oleh pemerintah bukan dari PT Pertamina.

“Ketimbang Pertalite saya lebih memilih premium, karena harganya murah. Toh motor juga sama-sama bisa jalan,” bebernya.

“Tapi susahnya minta ampun mau cari premium di Denpasar, kecuali cari di Kios atau eceran,” kata perempuan yang bekerja di Kementerian Agama ini.

Senada dengan Heru, ia mengaku keberatan dengan kenaikan Pertalite tersebut. Terlebih ia yang bekerja sebagai sales dan harus berkeliling menjajakan produk perusahaannya sangat boros dalam pemakaian bahan bakar.

“Satu hari saya selalu isi bensin minimal Rp 20 ribu, karena kerja saya di Jalan. Sebenarnya tidak setuju, tapi kita bisa apa, karena kita juga butuh. Ya pasrah,” tuturnya.

Di Jakarta, Vice President Corporate Communication Pertamina, Adiatma Sardjito, menyatakan penyesuaian harga BBM jenis Pertalite merupakan dampak dari harga minyak mentah dunia yang terus naik.

Pada saat yang sama, nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Kedua faktor penentu kenaikan harga BBM mengharuskan perubahan harga.

Saat ini harga minyak mentah sudah hampir menyentuh angka US$ 65 per barel. “Ditambah nilai rupiah juga menunjukkan kecenderungan melemah,” ujar Adiatma Sardjito dalam keterangan tertulisnya.

Menurut Adiatma, Pertamina sudah berupaya untuk bertahan dengan harga saat ini agar tidak membebani masyarakat.

Namun, harga bahan baku yang meningkat tajam, mengharuskan harga BBM naik di konsumen akhir.

“Ini pilihan berat, tapi kami tetap mempertimbangkan konsumen, dengan memberikan BBM berkualitas terbaik dengan harga terbaik di kelasnya,” kata dia. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/