29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 2:40 AM WIB

Ini Tujuan Dinas Peternakan Gagas Program Sapi Bali Bersertifikat

DENPASAR – Kepala Bidang Pembibitan dan Produksi Dinas Peternakan Provinsi Bali Nata Kusuma mengungkapkan, keberadaan sapi-sapi saat ini tidak terseleksi dengan baik.

Jadi pembibitan yang ada hanya sekadar layak bibit, bukan pada pembibitan yang mengedepankan kualitas.

Melalui program sapi bersertifikat, silsilah sapi akan terekam mulai dari beber bobotnya. Dengan demikian, tiada ada lagi hubungan kawin antar sedarah.

Ketika sudah ada sertifikasi, bibit yang dihasilkan akan sangat bagus. Karena kualitas sapi tergantung pada silsilah keluarga.

“Walaupun beberapa kali melahirkan akan bagus hasilnya. Berat badannya juga meningkat,” terang Nata Kusuma.

Nata menambahkan, pembibitan dengan melakukan seleksi ini juga akan berpengaruh kepada harga. Saat ini harga sapi Bali tidak lebih dari Rp 20 juta.

Jika dibandingkan dengan sapi impor untuk sapi perah misalnya tingkat perbandingan harganya mencapai 4 kali lipat dari sapi lokal.

“Kalau harga sapi impor dengan kualitas bagus bisa sampai Rp 100 juta  per ekor. Kami berharap harga sapi Bali meningkat minimal bisa mendekati sampai harga Rp 80 juta,” kata mantan Kabid Keswan ini.

Dia pun telah melakukan konsep agar sapi-sapi dengan kualitas bagus tidak dipotong. Sementara sapi dengan kualitas bagus diperkenankan untuk dipotong.

Pihaknya pun akan membentuk tim terlebih dahulu. Tim ini yang nanti akan melakukan pendataan dengan mendatangi kelompok-kelompok ternak yang tersebar di Seluruh Bali.

“Jangan kita bermimpi punya bibit sapi banyak. Karena di Bali terkendala lahan dan juga pakan. Kalau itu dipaksakan ini akan berpengaruh pada hasil. Hanya mengejar kuantitas bukan kualitas,” pungkasnya

DENPASAR – Kepala Bidang Pembibitan dan Produksi Dinas Peternakan Provinsi Bali Nata Kusuma mengungkapkan, keberadaan sapi-sapi saat ini tidak terseleksi dengan baik.

Jadi pembibitan yang ada hanya sekadar layak bibit, bukan pada pembibitan yang mengedepankan kualitas.

Melalui program sapi bersertifikat, silsilah sapi akan terekam mulai dari beber bobotnya. Dengan demikian, tiada ada lagi hubungan kawin antar sedarah.

Ketika sudah ada sertifikasi, bibit yang dihasilkan akan sangat bagus. Karena kualitas sapi tergantung pada silsilah keluarga.

“Walaupun beberapa kali melahirkan akan bagus hasilnya. Berat badannya juga meningkat,” terang Nata Kusuma.

Nata menambahkan, pembibitan dengan melakukan seleksi ini juga akan berpengaruh kepada harga. Saat ini harga sapi Bali tidak lebih dari Rp 20 juta.

Jika dibandingkan dengan sapi impor untuk sapi perah misalnya tingkat perbandingan harganya mencapai 4 kali lipat dari sapi lokal.

“Kalau harga sapi impor dengan kualitas bagus bisa sampai Rp 100 juta  per ekor. Kami berharap harga sapi Bali meningkat minimal bisa mendekati sampai harga Rp 80 juta,” kata mantan Kabid Keswan ini.

Dia pun telah melakukan konsep agar sapi-sapi dengan kualitas bagus tidak dipotong. Sementara sapi dengan kualitas bagus diperkenankan untuk dipotong.

Pihaknya pun akan membentuk tim terlebih dahulu. Tim ini yang nanti akan melakukan pendataan dengan mendatangi kelompok-kelompok ternak yang tersebar di Seluruh Bali.

“Jangan kita bermimpi punya bibit sapi banyak. Karena di Bali terkendala lahan dan juga pakan. Kalau itu dipaksakan ini akan berpengaruh pada hasil. Hanya mengejar kuantitas bukan kualitas,” pungkasnya

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/