SINGARAJA – Besarnya potensi ekspor membuat komoditas manggis Buleleng makin diminati.
Bahkan sejumlah petani di kawasan Bali utara ini mulai melirik dengan menanam manggis organik di lahan mereka.
Seperti dibenarkan Kabid Hortikultura Dinas Pertanian Buleleng, I Gede Subudi.
Menurutnya, minat petani di Desa Sepang mengembangkan komoditas unggulan ini memang cukup besar.
Rencananya pemerintah akan memberikan bantuan bibit sebanyak 300 pohon serta pupuk organik sebanyak enam ton.
Ditambahkan, kebun di Desa Sepang akan diproyeksikan menjadi kebun untuk memenuhi pasar ekspor.
Sehingga proses pembibitan hingga pemeliharaan akan menggunakan sistem organik.
Selain itu bangsal pasca-panen juga akan disiapkan, sehingga proses ekspor lebih mudah.
“Kebunnya akan kami registrasi dulu. Nanti juga full organik. Karena untuk pasar ekspor memang harus organik sepenuhnya.
Biasanya juga akan ada pengecekan dari Balai Karantina, sebelum ekspor,” jelas Subudi.
Menurutnya, pasar ekspor buah manggis masih terbuka sangat lebar.
Dijelaskan, untuk periode November 2017-Maret 2018 saja, komoditas manggis yang diekspor mencapai 400 ton.
Buah itu diserap eksportir buah di Bali, serta ada juga yang diserap eksportir dari Jawa Barat.
Ekspor buah juga memberikan hasil yang signifikan bagi para petani. Biasanya buah manggis kualitas ekspor jika dijual di pasar lokal hanya laku Rp 25 ribu hingga Rp 30 ribu per kilogram.
Namun bila dijual di Tiongkok, harganya bisa mencapai 35 Yuan Tiongkok atau setara dengan Rp 74 ribu.
“Pasarnya masih terbuka lebar sekali. Sekarang sudah ada dua eksportir yang menyerap manggis kita di Buleleng.
Tapi itu juga masih kurang. Memang kebutuhan buah manggis dan buah naga di Tiongkok itu sangat tinggi,” tukasnya.