26.1 C
Jakarta
12 Desember 2024, 5:08 AM WIB

Penjualan Kain Tenun Rangrang Turun Drastis, Ini Pemicunya

RadarBali.com – Penjualan kain tenun rangrang khas Nusa Penida beberapa tahun kurang bergairah. Jika biasanya bisa terjual 1.000 pcs per bulan, saat ini hanya mampu 100 pcs.

Perajin tenun rangrang Ni Luh Nusantari mengatakan, banyaknya pesaing serta munculnya kain rangrang tembakan menjadi pemicu penjualan kain rangrang turun drastis.

“Saat ini banyak kain rangrang jenis print buatan pabrik yang beredar,  harganya jauh lebih murah,” ujar Ni Luh Nusantari.

Pesatnya penjualan kain tenun dari daerah lain seperti kain tenun ikat dari Lombok ikut memperparah nasib kain tenun rangrang.

“Yang lain makin dikenal, kita yang malah redup,” bebernya. Dalam kondisi seperti itu, dia mengaku tidak bisa menjual kain tenunnya dengan harga pantas.

Satu buah kain tenung rangrang dihargai mulai Rp 150 ribu hingga Rp 1,5 juta. “Kalau dihitung harga penjualan tidak sebanding dengan pengerjaannya saat ini,” bebernya.

“Karena banyak yang kami produksi, terpaksa harus kami jual dengan harga murah agar bisa laku di pasaran,” beber Nusantari.

Menurutnya, menenun adalah pekerjaan satu-satunya yang bisa dikerjakan sebagian penduduk Nusa Penida. Karena itu, meski sedikit untung,  tetap dikerjakan masyarakat.

“Sekaligus untuk menjaga warisan budaya leluhur kami. Jadi, tetap harus dipertahankan,” katanya.

RadarBali.com – Penjualan kain tenun rangrang khas Nusa Penida beberapa tahun kurang bergairah. Jika biasanya bisa terjual 1.000 pcs per bulan, saat ini hanya mampu 100 pcs.

Perajin tenun rangrang Ni Luh Nusantari mengatakan, banyaknya pesaing serta munculnya kain rangrang tembakan menjadi pemicu penjualan kain rangrang turun drastis.

“Saat ini banyak kain rangrang jenis print buatan pabrik yang beredar,  harganya jauh lebih murah,” ujar Ni Luh Nusantari.

Pesatnya penjualan kain tenun dari daerah lain seperti kain tenun ikat dari Lombok ikut memperparah nasib kain tenun rangrang.

“Yang lain makin dikenal, kita yang malah redup,” bebernya. Dalam kondisi seperti itu, dia mengaku tidak bisa menjual kain tenunnya dengan harga pantas.

Satu buah kain tenung rangrang dihargai mulai Rp 150 ribu hingga Rp 1,5 juta. “Kalau dihitung harga penjualan tidak sebanding dengan pengerjaannya saat ini,” bebernya.

“Karena banyak yang kami produksi, terpaksa harus kami jual dengan harga murah agar bisa laku di pasaran,” beber Nusantari.

Menurutnya, menenun adalah pekerjaan satu-satunya yang bisa dikerjakan sebagian penduduk Nusa Penida. Karena itu, meski sedikit untung,  tetap dikerjakan masyarakat.

“Sekaligus untuk menjaga warisan budaya leluhur kami. Jadi, tetap harus dipertahankan,” katanya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/