28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 5:47 AM WIB

Ditolak Umat, PLN Sebut Siap Geser Menara Jawa Bali Crossing

GEROKGAK – PLN rupanya masih ingin meneruskan rencana pembangunan menara Jawa-Bali Crossing (JBC).

Meski mendapat penolakan dari lembaga umat, PLN menyatakan tetap berupaya merealisasikan pembangunan, sesuai dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL).

Perseroan juga menyatakan siap menggeser menara, apabila memang opsi itu yang diminta oleh umat.

Pihak PLN Unit Pelaksana Pekerjaan (UPP) Ring II, melakukan pengecekan lokasi pembangunan menara Bali Crossing, di Taman Nasional Bali Barat (TNBB).

Menara berjarak sekitar 300 meter dari Pura Dang Kahyangan Segara Rupek. Lokasinya sekitar 30 meter, arah timur jalan berbatu menuju Pura Segara Rupek.

Rencananya menara akan dibangun dengan ketinggian 376 meter. Menara itu menghubungkan kabel transmisi sepanjang 2,68 kilometer, yang membentang di atas Selat Bali.

Kabel itu mengalirkan pasokan listrik dari PLTU Paiton. PLN menyebut kapasitas listrik yang dialirkan melalui menara Bali Crossing, mencapai 2.800 megawatt.

Kepala UPP Ring 2, Indrayoga Suharto menyatakan, pihak PLN telah berupaya melengkapi perizinan yang dibutuhkan.

PLN disebut telah mengantongi izin penetapan lokasi di wilayah Jawa Timur, izin amdal dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), hingga izin memasang kabel di atas Selat Bali dari Kementerian Perhubungan.

“Khusus di sisi Bali, kami masih berusaha dapat penetapan lokasi dari pemerintah daerah,” kata Indrayoga.

Indra menyatakan, saat ini PLN sedang mencari solusi terbaik atas kondisi yang ada. Kalau toh ada keberatan, Indra menyatakan PLN menghormati hal tersebut.

Namun pihaknya ingin mendapat masukan, solusi apa yang harus diambil PLN untuk mengatasi masalah tersebut.

Pasalnya kondisi kelistrikan di Bali dalam kondisi krisis dan diprediksi akan mengalami defisit pada tahun 2021 mendatang.

“Kalau lokasi yang saat ini memang masih ada keberatan, kami ingin mendapat masukan. Sebaiknya dimana kami harus membangun.

Atau, dengan model apa kami harus membangun. Supaya (kebutuhan) listrik di Bali ini bisa teratasi dengan baik,” katanya. 

GEROKGAK – PLN rupanya masih ingin meneruskan rencana pembangunan menara Jawa-Bali Crossing (JBC).

Meski mendapat penolakan dari lembaga umat, PLN menyatakan tetap berupaya merealisasikan pembangunan, sesuai dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL).

Perseroan juga menyatakan siap menggeser menara, apabila memang opsi itu yang diminta oleh umat.

Pihak PLN Unit Pelaksana Pekerjaan (UPP) Ring II, melakukan pengecekan lokasi pembangunan menara Bali Crossing, di Taman Nasional Bali Barat (TNBB).

Menara berjarak sekitar 300 meter dari Pura Dang Kahyangan Segara Rupek. Lokasinya sekitar 30 meter, arah timur jalan berbatu menuju Pura Segara Rupek.

Rencananya menara akan dibangun dengan ketinggian 376 meter. Menara itu menghubungkan kabel transmisi sepanjang 2,68 kilometer, yang membentang di atas Selat Bali.

Kabel itu mengalirkan pasokan listrik dari PLTU Paiton. PLN menyebut kapasitas listrik yang dialirkan melalui menara Bali Crossing, mencapai 2.800 megawatt.

Kepala UPP Ring 2, Indrayoga Suharto menyatakan, pihak PLN telah berupaya melengkapi perizinan yang dibutuhkan.

PLN disebut telah mengantongi izin penetapan lokasi di wilayah Jawa Timur, izin amdal dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), hingga izin memasang kabel di atas Selat Bali dari Kementerian Perhubungan.

“Khusus di sisi Bali, kami masih berusaha dapat penetapan lokasi dari pemerintah daerah,” kata Indrayoga.

Indra menyatakan, saat ini PLN sedang mencari solusi terbaik atas kondisi yang ada. Kalau toh ada keberatan, Indra menyatakan PLN menghormati hal tersebut.

Namun pihaknya ingin mendapat masukan, solusi apa yang harus diambil PLN untuk mengatasi masalah tersebut.

Pasalnya kondisi kelistrikan di Bali dalam kondisi krisis dan diprediksi akan mengalami defisit pada tahun 2021 mendatang.

“Kalau lokasi yang saat ini memang masih ada keberatan, kami ingin mendapat masukan. Sebaiknya dimana kami harus membangun.

Atau, dengan model apa kami harus membangun. Supaya (kebutuhan) listrik di Bali ini bisa teratasi dengan baik,” katanya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/