29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 3:06 AM WIB

Hujan Berlanjut, Harga Garam Kasar Melonjak

DENPASAR – Hujan yang mulai intens turun sejak bulan November tahun lalu hingga ini membuat harga garam kasar melonjak.

Selain dihadapkan dengan kondisi peningkatan harga bahan baku, pengolah garam di Kawasan Suwung juga dihadapkan sulitnya mendapat bahan baku.

Kondisi ini terjadi lantaran produksi di sejumlah daerah yang menurun akibat musim hujan.

Salah seorang pemilik industri rumahan olahan garam di Kawasan Suwung, Hijriyah, 35, mengaku normalnya dia membeli garam krosok di harga Rp 2000 rupiah per kilogram.

Namun, sejak beberapa bulan lalu harganya naik menjadi Rp 2.500 per kilogram. “Itu per kilogram masih belum ongkos transportasi. Bisa di harga Rp 3.500,” ujar Hijriyah.

Untuk satu karung garam dengan berat mencapai 30 kilogram, dia menjual di kisaran harga Rp 175 ribu hingga Rp 200.000.

“Itu garam yang sudah siap digunakan. Produksi garam juga agak turun, biasanya sampai 1 ton per hari, sekarang hanya 500 kilogram, bahkan di bawah itu,” jelasnya.

Kondisi ini terjadi lantaran daerah pemasok garam lagi musim hujan. “Agar produksi tetap, saya memesan bahan baku garam di Lombok Timur dan Bima” katanya.

Garam yang dia produksi biasanya selain digunakan untuk memasak, juga digunakan untuk kebutuhan spa, sablon, dan produksi telur asin. Pemasarannya baru sebatas di wilayah Denpasar.

DENPASAR – Hujan yang mulai intens turun sejak bulan November tahun lalu hingga ini membuat harga garam kasar melonjak.

Selain dihadapkan dengan kondisi peningkatan harga bahan baku, pengolah garam di Kawasan Suwung juga dihadapkan sulitnya mendapat bahan baku.

Kondisi ini terjadi lantaran produksi di sejumlah daerah yang menurun akibat musim hujan.

Salah seorang pemilik industri rumahan olahan garam di Kawasan Suwung, Hijriyah, 35, mengaku normalnya dia membeli garam krosok di harga Rp 2000 rupiah per kilogram.

Namun, sejak beberapa bulan lalu harganya naik menjadi Rp 2.500 per kilogram. “Itu per kilogram masih belum ongkos transportasi. Bisa di harga Rp 3.500,” ujar Hijriyah.

Untuk satu karung garam dengan berat mencapai 30 kilogram, dia menjual di kisaran harga Rp 175 ribu hingga Rp 200.000.

“Itu garam yang sudah siap digunakan. Produksi garam juga agak turun, biasanya sampai 1 ton per hari, sekarang hanya 500 kilogram, bahkan di bawah itu,” jelasnya.

Kondisi ini terjadi lantaran daerah pemasok garam lagi musim hujan. “Agar produksi tetap, saya memesan bahan baku garam di Lombok Timur dan Bima” katanya.

Garam yang dia produksi biasanya selain digunakan untuk memasak, juga digunakan untuk kebutuhan spa, sablon, dan produksi telur asin. Pemasarannya baru sebatas di wilayah Denpasar.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/