33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 12:58 PM WIB

Anomali, Banjir Produksi saat Pandemi, Peternak Ayam Bali Pakrimik

DENPASAR – Peternak ayam Bali mengeluhkan produksi ayam yang masih tinggi. Padahal, serapan ayam di pasar turun.

Kondisi ini membuat peternak kalangan mandiri kelimpungan. Mulai dari kerugian hingga serapan ayam di tingkat peternak yang terjual murah. Jauh dari ongkos produksi.

Mewakili peternak mandiri Bali yang mengatasnamakan peternak rakyat Bali, Ketut Yahya Kurniadi menuturkan, permasalahan banjirnya produksi ayam broiler di tingkat peternak terjadi sejak pandemi covid-19.

Produksi ayam yang sebelumnya berada di angka 200 ribu per hari, turun 50 persen. Menjadi 100 ribu ekor perhari.

“Totalnya seluruh produksi ayam di Bali itu rata-rata 200 ribu ekor per hari. Karena covid-19 turun 50 persen menjadi 100 ribu ekor,” tutur Ketut Kurniadi.

Dari produksi 100 ribu ekor itu, lanjut Kurniadi, merupakan produksi ayam dari berbagai macam perusahaan peternak.

Mulai dari kemitraan, mandiri dan peternak kecil. Yang membuat dirinya heran, di tengah penurunan produksi, di pasaran justru masih terbilang tinggi.

Yakni di angka 140 ribu ekor per hari. Sehingga ada kelebihan 40 ribu ekor. “Dengan 100 ribu ekor saja sudah susah ayam di tingkat peternak terserap dengan baik.

Saat ini ayam di peternak dihargai murah. Hanya Rp 8000 perkilogram, sementara ongkos produksi Rp 18 ribu. Makanya ayam kami tidak kami beri makan. Sampai kurus karena kami kalah di ongkos,” kata Yahya.

Pihaknya berharap, di tengah masa sulit ini harus ada komitmen untuk mengurangi produksi ayam.

Duduk bersama dengan sejumlah pihak terkait mulai peternak mandiri, peternak mitra, integrator dan steak holder lainnya untuk mengurangi produksi bersama-sama.

“Kami berharap pemerintah ikut turun, produksi day old chicken (doc) ditata. Kami tidak ingin menang-menangan di sini, yang penting sama-sama

bisa bertahan dalam situasi seperti saat ini,” imbuh pria yang juga menjabat sebagai Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Broiler Bali ini.

Kurniadi menambahkan, jika situasi ini dibiarkan dan berlanjut, maka akan terjadi adu kekuatan modal. Dan tentunya dalam hal ini, peternak mandiri yang akan kelabakan.

“Kami tidak berharap itu terjadi. Karena kami sadar kami akan semakin terhimpit. Intinya kami ingin solusi yang terbaik bersama-sama,” tukasnya.

DENPASAR – Peternak ayam Bali mengeluhkan produksi ayam yang masih tinggi. Padahal, serapan ayam di pasar turun.

Kondisi ini membuat peternak kalangan mandiri kelimpungan. Mulai dari kerugian hingga serapan ayam di tingkat peternak yang terjual murah. Jauh dari ongkos produksi.

Mewakili peternak mandiri Bali yang mengatasnamakan peternak rakyat Bali, Ketut Yahya Kurniadi menuturkan, permasalahan banjirnya produksi ayam broiler di tingkat peternak terjadi sejak pandemi covid-19.

Produksi ayam yang sebelumnya berada di angka 200 ribu per hari, turun 50 persen. Menjadi 100 ribu ekor perhari.

“Totalnya seluruh produksi ayam di Bali itu rata-rata 200 ribu ekor per hari. Karena covid-19 turun 50 persen menjadi 100 ribu ekor,” tutur Ketut Kurniadi.

Dari produksi 100 ribu ekor itu, lanjut Kurniadi, merupakan produksi ayam dari berbagai macam perusahaan peternak.

Mulai dari kemitraan, mandiri dan peternak kecil. Yang membuat dirinya heran, di tengah penurunan produksi, di pasaran justru masih terbilang tinggi.

Yakni di angka 140 ribu ekor per hari. Sehingga ada kelebihan 40 ribu ekor. “Dengan 100 ribu ekor saja sudah susah ayam di tingkat peternak terserap dengan baik.

Saat ini ayam di peternak dihargai murah. Hanya Rp 8000 perkilogram, sementara ongkos produksi Rp 18 ribu. Makanya ayam kami tidak kami beri makan. Sampai kurus karena kami kalah di ongkos,” kata Yahya.

Pihaknya berharap, di tengah masa sulit ini harus ada komitmen untuk mengurangi produksi ayam.

Duduk bersama dengan sejumlah pihak terkait mulai peternak mandiri, peternak mitra, integrator dan steak holder lainnya untuk mengurangi produksi bersama-sama.

“Kami berharap pemerintah ikut turun, produksi day old chicken (doc) ditata. Kami tidak ingin menang-menangan di sini, yang penting sama-sama

bisa bertahan dalam situasi seperti saat ini,” imbuh pria yang juga menjabat sebagai Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Broiler Bali ini.

Kurniadi menambahkan, jika situasi ini dibiarkan dan berlanjut, maka akan terjadi adu kekuatan modal. Dan tentunya dalam hal ini, peternak mandiri yang akan kelabakan.

“Kami tidak berharap itu terjadi. Karena kami sadar kami akan semakin terhimpit. Intinya kami ingin solusi yang terbaik bersama-sama,” tukasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/