29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 11:12 AM WIB

Peluang, Tak Terpengaruh Covid-19, Bisnis Jamur Tiram Menjanjikan

TABANAN – Pandemi Covid-19 tak berpengaruh banyak dengan budidaya jamur tiram. Bahkan, petani jamur tiram Tabanan mengalami peningkatan oder.

Salah satunya yang dialami petani jamur tiram asal Banjar Puluk-puluk, Desa Tengkudak, Penebel, Tabanan, I Made Putra Wijaya.

Putra Wijaya mengungkapkan, disaat bisnis lain mengalami kolaps bahkan cenderung gulung tikar akibat resesi ekonomi, bisnis jamur tiram yang dia geluti sejak dua tahun ini justru banjir pesanan.

 “Situasi saat ini saya justru bersyukur karena pandemi Covid-19 ini tidak ada pengaruhnya.  Justru permintaan meningkat,” tutur I Made Putra Wijaya.

Hal yang tetap ia jalankan yakni pemasaran. Ia memaksimalkan pemasaran dengan berbagai macam media, baik online maupun konvensional. “Intinya giat memasarkan,” imbuhnya.

Putra Wijaya sendiri mengembangkan usaha jamur yang memiliki nama latin Pleurotus ostreatus ini karena terinspirasi dari salah seorang tentangganya yang lebih dulu menggeluti usaha ini.

Saat itu, ia mencoba mengembangbiakan 500 bag log atau media tanam. “Oleh penjualnya juga diberikan pemahaman bagaimana cara yang benar menggeluti usaha budidaya jamur tiram ini,” katanya.

Alasan Putra Wijaya memilih budidaya jamur karena dari segi perawatan tidak terlalu ribet meski diakui modal yang dikeluarkan di awal juga lumayan banyak.

Dengan menyediakan rumah jamur berukuran 4 x 8 meter itu, dia mulai fokus menyelami budidaya jamur tiram.

“Untuk perawatan jamurnya hanya perlu mengawasi suhu ruangan saja, jangan sampai lebih dari 25 derajat celcius, karena akan menghambat pertumbuhan

jamur dan jamur yang sudah bermekaran akan cepat kering. Sehingga biasanya saya menggunakan metode penyemprotan dengan membasahi

lantai dan menyemprotkan air ke baglog jamur dengan tekanan air berembun. Biasanya dilakukan pagi dan siang hari,” jelasnya berbagi tips.

Ketika jamur tiram telah bermekaran, Putra Wijaya yang dibantu sang istri siap memanen jamur. Untuk sekali panen, dirinya bisa mendapatkan 5 hingga 15 kilogram jamur dari 500 baglog tersebut.

“Kemudian kita pasarkan di media online, dan dibawa ke warung-warung serta pasar dengan harga Rp 20.000 per kilogram,” tandas Putra. 

TABANAN – Pandemi Covid-19 tak berpengaruh banyak dengan budidaya jamur tiram. Bahkan, petani jamur tiram Tabanan mengalami peningkatan oder.

Salah satunya yang dialami petani jamur tiram asal Banjar Puluk-puluk, Desa Tengkudak, Penebel, Tabanan, I Made Putra Wijaya.

Putra Wijaya mengungkapkan, disaat bisnis lain mengalami kolaps bahkan cenderung gulung tikar akibat resesi ekonomi, bisnis jamur tiram yang dia geluti sejak dua tahun ini justru banjir pesanan.

 “Situasi saat ini saya justru bersyukur karena pandemi Covid-19 ini tidak ada pengaruhnya.  Justru permintaan meningkat,” tutur I Made Putra Wijaya.

Hal yang tetap ia jalankan yakni pemasaran. Ia memaksimalkan pemasaran dengan berbagai macam media, baik online maupun konvensional. “Intinya giat memasarkan,” imbuhnya.

Putra Wijaya sendiri mengembangkan usaha jamur yang memiliki nama latin Pleurotus ostreatus ini karena terinspirasi dari salah seorang tentangganya yang lebih dulu menggeluti usaha ini.

Saat itu, ia mencoba mengembangbiakan 500 bag log atau media tanam. “Oleh penjualnya juga diberikan pemahaman bagaimana cara yang benar menggeluti usaha budidaya jamur tiram ini,” katanya.

Alasan Putra Wijaya memilih budidaya jamur karena dari segi perawatan tidak terlalu ribet meski diakui modal yang dikeluarkan di awal juga lumayan banyak.

Dengan menyediakan rumah jamur berukuran 4 x 8 meter itu, dia mulai fokus menyelami budidaya jamur tiram.

“Untuk perawatan jamurnya hanya perlu mengawasi suhu ruangan saja, jangan sampai lebih dari 25 derajat celcius, karena akan menghambat pertumbuhan

jamur dan jamur yang sudah bermekaran akan cepat kering. Sehingga biasanya saya menggunakan metode penyemprotan dengan membasahi

lantai dan menyemprotkan air ke baglog jamur dengan tekanan air berembun. Biasanya dilakukan pagi dan siang hari,” jelasnya berbagi tips.

Ketika jamur tiram telah bermekaran, Putra Wijaya yang dibantu sang istri siap memanen jamur. Untuk sekali panen, dirinya bisa mendapatkan 5 hingga 15 kilogram jamur dari 500 baglog tersebut.

“Kemudian kita pasarkan di media online, dan dibawa ke warung-warung serta pasar dengan harga Rp 20.000 per kilogram,” tandas Putra. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/