RadarBali.com – Erupsi Gunung Agung membawa dampak luar biasa bagi perekonomian Karangasem. Pihak Bank Indonesia (BI) telah melakukan langkah koordinasi dengan para pihak.
Salah satunya melakukan koordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan juga Kadin. Koordinasi ini dilakukan untuk memfasilitasi kebijakan kredit bagi warga yang terkena dampak dan tidak bisa melakukan pembayaran kepada pihak bank.
Untuk kebijakan lain di sistem pembayaran, BI dan pihak perbankan telah melakukan simulasi jika kemungkinan terburuk terjadi.
Misalnya, terjadi hujan abu vulkanik di Kota Denpasar. Untuk proses kliring atau transfer uang antar bank ini akan ditiadakan dan akan diganti menjadi manual dengan memakai uang tunai.
“Kami sudah siapkan stoknya,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Causa Iman Karana kemarin.
Stok uang tunai BI Provinsi Bali hingga 28 November ini mencapai Rp 4,8 triliun. Sebetulnya dengan stok ini dipastikan cukup.
Namun, untuk berjaga-jaga ketika nantinya proses kliring ditiadakan akan melakukan penambahan stok uang tunai.
“Kalau memang tidak cukup kami pinjam di BI Jember, kalau tidak cukup juga kami pinjam ke BI Surabaya,” jelasnya.
Stok uang tunai di Bali meningkat jika dibanding sebelumnya yang mencapai Rp 3 triliun. Sementara itu, Regional CEO XI Bank Mandiri Wilayah Bali dan Nusa Tengggara
Erwan Djoko Hermawan mengatakan sesuai aturan OJK ada perhatian khusus bagi nasabah yang terkena dampak bencana nasional.
Karena bagaimanapun nasabah tidak bisa menjalankan usaha sehingga pembayaran macet karena tidak pemasukan.
Untuk itu pihaknya memberikan fasilitas kemudahan agar tidak bingung. “Kami tidak akan melakukan penagihan dulu. Jadi kami bantu dulu agar bisa eksis,” tandas