RadarBali.com- Melalui Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Kesehatan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI kembali menggelar Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018.
Riskesdas ini merupakan survei lima tahunan yang hasilnya dapat digunakan untuk menilai perkembangan status kesehatan masyarakat, faktor risiko, dan perkembangan upaya pembangunan kesehatan di tingkat nasional.
Menurut Sugianto selaku Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Humaniora dan Manajemen Kesehatan Badan Litbang Kemenkes RI, Riskesdas ini dilakukan secara nasional pada 34 provinsi yang ada di seluruh Indonesia.
“Nah, di Bali ini merupakan salah satu provinsi yang mengadakan Riskesdas secara sangat spesifik. Karena Riskedas terintegrasi dengan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas).
Dengan terintegrasi ini akan lebih baik lagi terutama dalam pemanfaatan hasilnya. Nanti kami bisa menghubungkan hasil Susenas dengan Riskesdas,” tutur Sugianto saat Rapat Koordinasi Teknis (Rakornis) Riskesdas Tingkat Provinsi Bali, Rabu (7/2) lalu.
Secara spesifik, Riskesdas 2018 ini memiliki tujuan untuk menilai status kesehatan masyarakat dan determinan yang mempengaruhinya, menilai perubahan indikator status kesehatan masyarakat dan determinan yang mempengaruhinya, serta menilai perubahan Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) hasil pembangunan kesehatan di Kabupaten/Kota.
Riskesdas 2018 rencananya akan dilakukan pada bulan April-Mei 2018 mendatang. Desain penelitian yang digunakan merupakan potong lintang (cross sectional) dengan kerangka sampel blok sensus dari Susenas bulan Maret 2018 dari Badan Pusat Statistik (BPS). Di Bali sendiri, ada kurang lebih 576 blok sensus.
“Tentunya dari 576 ini, 1 blok sensus itu 10 rumah tangga. Ketika 576 blok sensus ini dikalikan 10 rumah tangga, jadi ada 5.760 rumah tangga. Kalau masing-masing rumah tangga itu diasumsikan 5 orang anggota rumah tangga, otomatis 5.760 kali lima anggota rumah tangga yang tersebar di sembilan kabupaten kota.
Tentunya dalam Riskesdas ini yang akan kami lihat adalah terkait bagaimana kami ingin juga membandingkan dengan indikator yang strategis,” imbuh Sugianto.