34.7 C
Jakarta
30 April 2024, 13:16 PM WIB

Miris, KKP Catat Perairan Indonesia Sumbang 1,29 Juta Ton Sampah

DENPASAR – Hanya dalam waktu satu jam 643,94 kg sampah plastik plus ratusan puntung rokok terkumpul di Pantai Mertasari, Sanur, Jumat (10/5) pagi.

Kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya ternyata masih sangat mengkhawatirkan.

Mertasari Beach Clean Up yang diprakarsai Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Republik Indonesia menunjukkan

fakta bahwa Peraturan Wali Kota (Perwali) Nomor 36 Tahun 2018 tentang pengurangan penggunaan kantong platik saja tidak cukup.

Mental masyarakat Indonesia, khususnya manusia Bali mesti segera “dibenahi”.

Direktur Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan

Republik Indonesia Muhammad Yusuf mengatakan, gerakan bersih sampah pantai dan laut merupakan bagian dari gerakan cinta laut.

Terselenggara atas kerja sama Ocean Conservancy dan Brestling SA sekaligus bentuk dukungan pada acara Bali Surfing Pro Competition.

“Tujuan dari kegiatan ini adalah melakukan aksi nyata dalam membebaskan laut dari sampah, terutama sampah plastik,” ucap Yusuf ditemui di Pantai Mertasari, Sanur, Jumat (10/5) pagi.

Yusuf menyebut sampah plastik menjadi ancaman serius bagi kelestarian laut. Tercatat lebih dari 250 juta km persegi wilayah laut dunia tercemar dan Indonesia menyumbang 1,29 juta metrik ton sampah per tahun.

Bila gerakan nyata tak digalakkan, diprediksi pada 2050 jumlah sampah di laut akan lebih banyak dibanding ikan.

“Sudah banyak kerugian yang ditimbulkan akibat sampah di laut. Salah satunya kematian paus di Wakatobi. Dalam perut si paus ditemukan sampah plastik sebanyak 5,9 kg.

Kematian penyu di Pulau Pari ditengarai juga karena sampah yang masuk ke laut melalui sungai-sungai di Jakarta,” sambungnya.

Agar ekosistem pesisir tidak rusak, kesehatan manusia tidak terganggu, dan pariwisata Bali tetap lestari, kemarin ratusan siswa sekolah dasar di Denpasar dikenalkan konsep 5R.

Pertama, Re-think, yakni perubahan cara pikir bahwa laut bukan keranjang sampah. Kedua, Refuse, yaitu gerakan menghentikan penggunaan plastik sekali pakai.

Ketiga, Reduce, yaitu mengurangi jumlah penggunaan plastik. Keempat, Reuse, menggunakan plastik berulangkali. Kelima, Recycle, mengubah plastik yang masuk ke laut menjadi produk-produk bernilai ekonomis.

“Pemerintah tidak bisa melakukan kerja ini sendiri. Perlu kerja sama dengan LSM, dunia usaha, serta masyarakat. Laut adalah masa depan bangsa,” tegasnya. 

DENPASAR – Hanya dalam waktu satu jam 643,94 kg sampah plastik plus ratusan puntung rokok terkumpul di Pantai Mertasari, Sanur, Jumat (10/5) pagi.

Kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya ternyata masih sangat mengkhawatirkan.

Mertasari Beach Clean Up yang diprakarsai Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Republik Indonesia menunjukkan

fakta bahwa Peraturan Wali Kota (Perwali) Nomor 36 Tahun 2018 tentang pengurangan penggunaan kantong platik saja tidak cukup.

Mental masyarakat Indonesia, khususnya manusia Bali mesti segera “dibenahi”.

Direktur Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan

Republik Indonesia Muhammad Yusuf mengatakan, gerakan bersih sampah pantai dan laut merupakan bagian dari gerakan cinta laut.

Terselenggara atas kerja sama Ocean Conservancy dan Brestling SA sekaligus bentuk dukungan pada acara Bali Surfing Pro Competition.

“Tujuan dari kegiatan ini adalah melakukan aksi nyata dalam membebaskan laut dari sampah, terutama sampah plastik,” ucap Yusuf ditemui di Pantai Mertasari, Sanur, Jumat (10/5) pagi.

Yusuf menyebut sampah plastik menjadi ancaman serius bagi kelestarian laut. Tercatat lebih dari 250 juta km persegi wilayah laut dunia tercemar dan Indonesia menyumbang 1,29 juta metrik ton sampah per tahun.

Bila gerakan nyata tak digalakkan, diprediksi pada 2050 jumlah sampah di laut akan lebih banyak dibanding ikan.

“Sudah banyak kerugian yang ditimbulkan akibat sampah di laut. Salah satunya kematian paus di Wakatobi. Dalam perut si paus ditemukan sampah plastik sebanyak 5,9 kg.

Kematian penyu di Pulau Pari ditengarai juga karena sampah yang masuk ke laut melalui sungai-sungai di Jakarta,” sambungnya.

Agar ekosistem pesisir tidak rusak, kesehatan manusia tidak terganggu, dan pariwisata Bali tetap lestari, kemarin ratusan siswa sekolah dasar di Denpasar dikenalkan konsep 5R.

Pertama, Re-think, yakni perubahan cara pikir bahwa laut bukan keranjang sampah. Kedua, Refuse, yaitu gerakan menghentikan penggunaan plastik sekali pakai.

Ketiga, Reduce, yaitu mengurangi jumlah penggunaan plastik. Keempat, Reuse, menggunakan plastik berulangkali. Kelima, Recycle, mengubah plastik yang masuk ke laut menjadi produk-produk bernilai ekonomis.

“Pemerintah tidak bisa melakukan kerja ini sendiri. Perlu kerja sama dengan LSM, dunia usaha, serta masyarakat. Laut adalah masa depan bangsa,” tegasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/