26.2 C
Jakarta
22 November 2024, 5:28 AM WIB

Jadi Film Terbaik DDF, Ini Keunggulan Etanan Karya Sutradara Yudha…

DENPASAR – Denpasar Film Festival (DDF) 2018 resmi berakhir. Film dokumenter Etanan  karya Sutradara Riandhani Yudha Pamungkas (Jember) tampil sebagai Film Terbaik di DDF 2018 untuk kategori umum.

Film ini menyisihkan empat film unggulan lainnya yakni Children On The Street (Yogyakarta), Kerjakarta (Jakarta), Rita (Singaraja), dan Ojek Lusi (Tangerang).

Atas keberhasilannya tersebut Etanan berhak atas Tropi Cili DFF dan uang tunai sebesar Rp 20juta.

Hadiah diserahkan kepeda pemenang oleh Kepala Dinas Kebudayaan Kota Denpasar I Gusti Ngurah Bagus Mataram pada acara Malam Penganugerahan DFF 2018 di Youth Park Taman Kota, Lumintang, Minggu (23/9) lalu.

Dewan juri yang terdiri dari Rio Helmi, Panji Wibowo, I Wayan Juniartha, Prof. I Made Bandem, Tonny Trimarsanto, dan Bre Redana sepakat Etanan unggul

kerena gaya berceritanya berbeda dengan yang selama ini umum digunakan oleh para pembuat film dokumenter di Indonesia.

Etanan dibangun dengan konstruksi dramatik yang baik berdasar bahasa teknis mediumnya (film). “Etanan memperkuat barisan film yang merubuhkan anggapan banyak orang bahwa film dokumenter tidak mungkin disajikan dengan konstruksi dramatik sebagaimana yang disajikan film fiksi,” ujar Bre Redana selaku Ketua Dewan Juri.

 

DENPASAR – Denpasar Film Festival (DDF) 2018 resmi berakhir. Film dokumenter Etanan  karya Sutradara Riandhani Yudha Pamungkas (Jember) tampil sebagai Film Terbaik di DDF 2018 untuk kategori umum.

Film ini menyisihkan empat film unggulan lainnya yakni Children On The Street (Yogyakarta), Kerjakarta (Jakarta), Rita (Singaraja), dan Ojek Lusi (Tangerang).

Atas keberhasilannya tersebut Etanan berhak atas Tropi Cili DFF dan uang tunai sebesar Rp 20juta.

Hadiah diserahkan kepeda pemenang oleh Kepala Dinas Kebudayaan Kota Denpasar I Gusti Ngurah Bagus Mataram pada acara Malam Penganugerahan DFF 2018 di Youth Park Taman Kota, Lumintang, Minggu (23/9) lalu.

Dewan juri yang terdiri dari Rio Helmi, Panji Wibowo, I Wayan Juniartha, Prof. I Made Bandem, Tonny Trimarsanto, dan Bre Redana sepakat Etanan unggul

kerena gaya berceritanya berbeda dengan yang selama ini umum digunakan oleh para pembuat film dokumenter di Indonesia.

Etanan dibangun dengan konstruksi dramatik yang baik berdasar bahasa teknis mediumnya (film). “Etanan memperkuat barisan film yang merubuhkan anggapan banyak orang bahwa film dokumenter tidak mungkin disajikan dengan konstruksi dramatik sebagaimana yang disajikan film fiksi,” ujar Bre Redana selaku Ketua Dewan Juri.

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/