27.3 C
Jakarta
20 November 2024, 19:10 PM WIB

Kabupaten Gianyar Ajukan Tiga Tradisi jadi Warisan Budaya

GIANYAR — Dinas Kebudayaan Kabupaten Gianyar mendaftarkan tiga tradisi unik sebagai Warisan Budaya Tak Benda. Yakni tradisi Ngerebeg di Desa/Kecamatan Tegalalang; lontong Topod untuk upacara di Desa Peliatan, Kecamatan Ubud; dan tari Rejang Ilud di Desa Buahan Kaja, kecamatan Payangan.

Sekretaris Dinas Kebudayaan Kabupaten Gianyar, I Wayan Suwija, menyatakan tiga tradisi tersebut sedang proses pendataan. “Kami mau buatkan dokumentasi untuk kekayaan intelektual. Sekarang petugas kami masih proses turun, tahun ini supaya clear,” ujar Suwija, di kantornya, kemarin (2/10).

Di Gianyar, banyak menyimpan tradisi unik. Namun, dari hasil seleksi, tiga tradisi tersebut dianggap layak sebagai Warisan Budaya Tak Benda. “Dari sekian banyak, tiga kami nominasi. Yakni, Ngerebeg, Topod, dan Rejang Ilud, itu kami usulkan ke Pemprov sebagai Warisan Budaya Tak Benda,” jelasnya.

Suwija menjelaskan, tradisi Ngerebeg berlangsung tiap Piodalan enam bulan sekali di Pura Duwur Bingin Tegalalang. Usai Piodalan, masyarakat desa menghias diri menyerupai makhluk seram. Tujuannya untuk menetralisir pengaruh buruk yang masuk desa.

Kemudian, makanan khas Peliatan, Topod. Ini mirip lontong yang dikemas dengan daun bambu. Kemudian dikukus. Sekilas Topod ini mirip Entil khas Tabanan.

“Topod untuk upacara karya agung di Peliatan. Disajikan saat rangkaian upacara pesidakaryan dan nyenuk. Jadi gunakan sarana tetandingan tipat bantal ini dilengkapi Topod. Ditempati pada dulang,” jelasnya. Di Peliatan, Topod kini mulai langka.

Bahkan, perajin Topod hanya satu-satunya Wayan Sukra, asal Banjar Tengah Peliatan. Perajin Topod ini khusus memasak dan menjual. “Itu harus dimasak pakai saang (kayu bakar, red). Kalau pakai (panci) presto gak mau padat,” terangnya. 

Ketika disantap, penyajian Topod ini ditemani sambal. 

Yang ketiga adalah tari Rejang Ilud. Tari Rejang ini ditarikan tiap odalan di Buahan Kaja. Kalau odalan pakai sarana bebangkit, wajib ditarikan.

Dikatakan, untuk rejang memang banyak ragam.

“Tapi yang ini gerakannya tangan ngilud. Bagaimana orang ngilud (memutar, Red). Di samping itu gamelan (musik, red) beda,” pungkasnya. 

GIANYAR — Dinas Kebudayaan Kabupaten Gianyar mendaftarkan tiga tradisi unik sebagai Warisan Budaya Tak Benda. Yakni tradisi Ngerebeg di Desa/Kecamatan Tegalalang; lontong Topod untuk upacara di Desa Peliatan, Kecamatan Ubud; dan tari Rejang Ilud di Desa Buahan Kaja, kecamatan Payangan.

Sekretaris Dinas Kebudayaan Kabupaten Gianyar, I Wayan Suwija, menyatakan tiga tradisi tersebut sedang proses pendataan. “Kami mau buatkan dokumentasi untuk kekayaan intelektual. Sekarang petugas kami masih proses turun, tahun ini supaya clear,” ujar Suwija, di kantornya, kemarin (2/10).

Di Gianyar, banyak menyimpan tradisi unik. Namun, dari hasil seleksi, tiga tradisi tersebut dianggap layak sebagai Warisan Budaya Tak Benda. “Dari sekian banyak, tiga kami nominasi. Yakni, Ngerebeg, Topod, dan Rejang Ilud, itu kami usulkan ke Pemprov sebagai Warisan Budaya Tak Benda,” jelasnya.

Suwija menjelaskan, tradisi Ngerebeg berlangsung tiap Piodalan enam bulan sekali di Pura Duwur Bingin Tegalalang. Usai Piodalan, masyarakat desa menghias diri menyerupai makhluk seram. Tujuannya untuk menetralisir pengaruh buruk yang masuk desa.

Kemudian, makanan khas Peliatan, Topod. Ini mirip lontong yang dikemas dengan daun bambu. Kemudian dikukus. Sekilas Topod ini mirip Entil khas Tabanan.

“Topod untuk upacara karya agung di Peliatan. Disajikan saat rangkaian upacara pesidakaryan dan nyenuk. Jadi gunakan sarana tetandingan tipat bantal ini dilengkapi Topod. Ditempati pada dulang,” jelasnya. Di Peliatan, Topod kini mulai langka.

Bahkan, perajin Topod hanya satu-satunya Wayan Sukra, asal Banjar Tengah Peliatan. Perajin Topod ini khusus memasak dan menjual. “Itu harus dimasak pakai saang (kayu bakar, red). Kalau pakai (panci) presto gak mau padat,” terangnya. 

Ketika disantap, penyajian Topod ini ditemani sambal. 

Yang ketiga adalah tari Rejang Ilud. Tari Rejang ini ditarikan tiap odalan di Buahan Kaja. Kalau odalan pakai sarana bebangkit, wajib ditarikan.

Dikatakan, untuk rejang memang banyak ragam.

“Tapi yang ini gerakannya tangan ngilud. Bagaimana orang ngilud (memutar, Red). Di samping itu gamelan (musik, red) beda,” pungkasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/