29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 1:26 AM WIB

Seniman Berkolaborasi dalam Lagu tentang Kelaparan di saat Pandemi

KUTA – Sebuah kolaborasi apik sedang digarap oleh seniman di Bali dan Nasional. Mereka di antaranya Ras Muhammad, Octav Antrabes dan Voice Of Bali berkolaborasi dalam sebuah karya lagu berjudul Is’it tears or is’it blood.

 

Lagu ini bercerita tentang keadaan sosial yang terjadi di tengah pandemi Covid-19 ini, di mana kelaparan sudah menjadi persoalan utama di tengah masyarakat di Bali dan bahkan secara nasional.

 

Octav Antrabes membuat lagu ini sejatinya sebelum pandemi. Ia menulis dari dalam penjara karena ia sendiri masih berstatus narapidana. Karya mentah ini pun dikolaborasikan dengan penambahan lirik dari salah satu penyanyi reggae Indonesia, Ras Muhammad.

 

“Yang pasti lagu ini diciptakan sebelum pandemi. Saya melihat banyak kelaparan terjadi dan situasi ini ternyata relevan dengan situasi sekarang ini (pandemi Covid 19),” ujarnya di sela-sela syuting video klip di Jalan Poppies 2, Kuta, Badung pada Jumat (5/2).

 

Lalu bagaimana melihat sebuah kelaparan dari dalam penjara? “Saya melihat banyak narapidana yang masuk ke penjara karena sengaja. Yang penting mereka dapat makan. Mereka ini saya sebut orang kehilangan keluarga. Karena sengaja masuk agar dapat makan saja,” jawabnya.

 

Situasi ini membuatnya gelisah dan kemudian menulis lirik lagu ini. Untuk memperkuat lagu, ia mengajak musisi legenda Ras Muhammad dan juga anak-anak-anak Voice of Bali untuk berkolaborasi dalam karya ini.

 

“Karya ini sangat menarik. Genrenya banyak, ada blues, reggae dan RNB juga. Di lagu ini juga memiliki pesan yang dalam untuk melihat keadaan sosial saat ini,” ujar Ras Muhammad di sela syuting itu juga.

 

Yang menarik, mengambil tempat syuting di Kuta pun ternyata membuat Ras Muhammad membuat berwajah lesu karena melihat keadaan dimana Kuta yang dulunya begitu rame, kini kondisinya sepi.

 

“Saya sangat prihatin karena keadaan dunia ini sudah berubah. Semoga Bali lekas membaik,” sebutnya.

 

Dalam pengambilan video klip kali ini disutradarai oleh Erick EST. Sutradara yang sudah sangat lama berkarya di Bali ini. Dalam pandemi, Erick juga banyak melakukan kegiatan sosial, dan memang melihat banyak warga yang masih kelaparan sebagaimana tema di lagu ini.

 

“Secara konsep, ini sebuah refleksi keadaan sosial saat ini. Meski dalam suasana pandemi seperti ini, kita harus bisa berkreasi juga dan smeoga saja dapat menyentuh pemerintah melalui karya-karya tentang kehidupan masyarakat saat ini,” ujarnya.

 

Untuk video klip sendiri, juga mengajak seniman muda Bali, Ni Luh Ayu Feri Andani. Perempuan asal Buleleng ini sebagai sosok penari utama dalam setiap adegan.

 

Dalam adegannya, Ayu yang berhias layaknya sosok di Film Joker namun dalam gaya dan karakter berbeda ini menari dengan merefleksikan keadaan dari sebuah kebahagiaan hingga berubah menjadi kesedihan dan kemudian menggila karena keadaan.

 

Lagu ini berencana tayang di YouTube pada 14 Februari 2021. Entah sengaja atau tidak, itu bertepatan dengan Hari Valentine. Hari kasih sayang.

KUTA – Sebuah kolaborasi apik sedang digarap oleh seniman di Bali dan Nasional. Mereka di antaranya Ras Muhammad, Octav Antrabes dan Voice Of Bali berkolaborasi dalam sebuah karya lagu berjudul Is’it tears or is’it blood.

 

Lagu ini bercerita tentang keadaan sosial yang terjadi di tengah pandemi Covid-19 ini, di mana kelaparan sudah menjadi persoalan utama di tengah masyarakat di Bali dan bahkan secara nasional.

 

Octav Antrabes membuat lagu ini sejatinya sebelum pandemi. Ia menulis dari dalam penjara karena ia sendiri masih berstatus narapidana. Karya mentah ini pun dikolaborasikan dengan penambahan lirik dari salah satu penyanyi reggae Indonesia, Ras Muhammad.

 

“Yang pasti lagu ini diciptakan sebelum pandemi. Saya melihat banyak kelaparan terjadi dan situasi ini ternyata relevan dengan situasi sekarang ini (pandemi Covid 19),” ujarnya di sela-sela syuting video klip di Jalan Poppies 2, Kuta, Badung pada Jumat (5/2).

 

Lalu bagaimana melihat sebuah kelaparan dari dalam penjara? “Saya melihat banyak narapidana yang masuk ke penjara karena sengaja. Yang penting mereka dapat makan. Mereka ini saya sebut orang kehilangan keluarga. Karena sengaja masuk agar dapat makan saja,” jawabnya.

 

Situasi ini membuatnya gelisah dan kemudian menulis lirik lagu ini. Untuk memperkuat lagu, ia mengajak musisi legenda Ras Muhammad dan juga anak-anak-anak Voice of Bali untuk berkolaborasi dalam karya ini.

 

“Karya ini sangat menarik. Genrenya banyak, ada blues, reggae dan RNB juga. Di lagu ini juga memiliki pesan yang dalam untuk melihat keadaan sosial saat ini,” ujar Ras Muhammad di sela syuting itu juga.

 

Yang menarik, mengambil tempat syuting di Kuta pun ternyata membuat Ras Muhammad membuat berwajah lesu karena melihat keadaan dimana Kuta yang dulunya begitu rame, kini kondisinya sepi.

 

“Saya sangat prihatin karena keadaan dunia ini sudah berubah. Semoga Bali lekas membaik,” sebutnya.

 

Dalam pengambilan video klip kali ini disutradarai oleh Erick EST. Sutradara yang sudah sangat lama berkarya di Bali ini. Dalam pandemi, Erick juga banyak melakukan kegiatan sosial, dan memang melihat banyak warga yang masih kelaparan sebagaimana tema di lagu ini.

 

“Secara konsep, ini sebuah refleksi keadaan sosial saat ini. Meski dalam suasana pandemi seperti ini, kita harus bisa berkreasi juga dan smeoga saja dapat menyentuh pemerintah melalui karya-karya tentang kehidupan masyarakat saat ini,” ujarnya.

 

Untuk video klip sendiri, juga mengajak seniman muda Bali, Ni Luh Ayu Feri Andani. Perempuan asal Buleleng ini sebagai sosok penari utama dalam setiap adegan.

 

Dalam adegannya, Ayu yang berhias layaknya sosok di Film Joker namun dalam gaya dan karakter berbeda ini menari dengan merefleksikan keadaan dari sebuah kebahagiaan hingga berubah menjadi kesedihan dan kemudian menggila karena keadaan.

 

Lagu ini berencana tayang di YouTube pada 14 Februari 2021. Entah sengaja atau tidak, itu bertepatan dengan Hari Valentine. Hari kasih sayang.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/