25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 7:08 AM WIB

Seraya Festival Jadi Momen Kebangkitan Gebug Ende Khas Karangasem

AMLAPURA – Untuk kali pertama, Desa Adat Seraya bakal menggelar festival berbasis desa adat. Rencananya, festival itu akan dilangsungkan pada 14-16 Oktober mendatang. Kegiatan ini juga menjadi momen kebangkitan tradisi gebug ende yang menjadi tradisi endemik desa tersebut.

Ketua Panitia, I Nyoman Miasa mengatakan, pelaksanaan festival Seraya sendiri sebagai ajang untuk lebih mengenalkan berbagai keunikan dan tradisi yang dimiliki oleh Desa Adat Seraya kepada masyarakat luas. Salah satu yang akan dihelat dalam festival tersebut yakni tradisi gebug ende. “Ini juga jadi momen dari upaya untuk merevitalisasi tradisi ini. Karena selama ini ada tradisi gebug ende sering dilakukan diluar Desa Adat Seraya,” kata Miasa ditemui Selasa (11/10).

Nantinya imbuh dia, dalam tradisi gebug ende itu, diharapkan bisa menjadi kebanggaan masyarakat Seraya terutama generasi mudanya. Terlebih bagi masyarakat setempat, gebug ende merupakan tradisi sakral yang kerap digelar setahun sekali di Pura Desa. “Tradisi ini sangat disakralkan untuk memohon hujan, kesuburan lahan pertanian warga. Tradisi ini dilaksanakan setelah Usaba Kaja di Pure Puseh Desa Adat Seraya,” kata Miasa.

Rencananya festival Seraya akan digelar di Lapangan Ki Kopang Desa Seraya. Nantinya akan diperkenalkan juga beberapa kuliner khas Desa Adat Seraya. “Festival ini juga mengajak 20 pelaku UMKM. Selain menyajikan kuliner khas Seraya, para UMKM juga akan memperkenalkan hasil kerajinan setelah dihantam covid-19 dalam dua tahun ini,” terangnya.

Sementara itu, Bendesa Adat Seraya, I Made Salin menanbahkan, Seraya merupakan wilayah kering. Ketika musim kemarau, warga setempat cukup kesulitan mendapat pasokan air untuk kebutuhan sehari-hari maupun untuk kebutuhan pertanian. Bahkan kondisi ini terjadi hingga saat ini. “Warga kami percaya ketika melakukan tradisi gebug ende pada sasih purnama kapat hujan akan turun,” tandasnya. (zul/rid)

 

AMLAPURA – Untuk kali pertama, Desa Adat Seraya bakal menggelar festival berbasis desa adat. Rencananya, festival itu akan dilangsungkan pada 14-16 Oktober mendatang. Kegiatan ini juga menjadi momen kebangkitan tradisi gebug ende yang menjadi tradisi endemik desa tersebut.

Ketua Panitia, I Nyoman Miasa mengatakan, pelaksanaan festival Seraya sendiri sebagai ajang untuk lebih mengenalkan berbagai keunikan dan tradisi yang dimiliki oleh Desa Adat Seraya kepada masyarakat luas. Salah satu yang akan dihelat dalam festival tersebut yakni tradisi gebug ende. “Ini juga jadi momen dari upaya untuk merevitalisasi tradisi ini. Karena selama ini ada tradisi gebug ende sering dilakukan diluar Desa Adat Seraya,” kata Miasa ditemui Selasa (11/10).

Nantinya imbuh dia, dalam tradisi gebug ende itu, diharapkan bisa menjadi kebanggaan masyarakat Seraya terutama generasi mudanya. Terlebih bagi masyarakat setempat, gebug ende merupakan tradisi sakral yang kerap digelar setahun sekali di Pura Desa. “Tradisi ini sangat disakralkan untuk memohon hujan, kesuburan lahan pertanian warga. Tradisi ini dilaksanakan setelah Usaba Kaja di Pure Puseh Desa Adat Seraya,” kata Miasa.

Rencananya festival Seraya akan digelar di Lapangan Ki Kopang Desa Seraya. Nantinya akan diperkenalkan juga beberapa kuliner khas Desa Adat Seraya. “Festival ini juga mengajak 20 pelaku UMKM. Selain menyajikan kuliner khas Seraya, para UMKM juga akan memperkenalkan hasil kerajinan setelah dihantam covid-19 dalam dua tahun ini,” terangnya.

Sementara itu, Bendesa Adat Seraya, I Made Salin menanbahkan, Seraya merupakan wilayah kering. Ketika musim kemarau, warga setempat cukup kesulitan mendapat pasokan air untuk kebutuhan sehari-hari maupun untuk kebutuhan pertanian. Bahkan kondisi ini terjadi hingga saat ini. “Warga kami percaya ketika melakukan tradisi gebug ende pada sasih purnama kapat hujan akan turun,” tandasnya. (zul/rid)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/