33.4 C
Jakarta
30 April 2024, 15:38 PM WIB

Gelar Pameran Tunggal, Made Bayak Pamerkan Sampah Plastik

DENPASAR – Dinding di ruangan berukuran sekitar 10×5 meter dipenuhi gambar dari bahan plastik. Tepatnya sampah plastik.

Plastik ini kemudian dirangkai sehingga memiliki nilai estetika oleh seniman gadungan, julukan dari pria bernama Made Bayak.

“Saya membawa 26 karya. Dua karya saya taruh di tempat berbeda. Semua karya ini saya garap dari 2020 lalu dan ada juga yang sekarang,” ujar Bayak saat ditemui dilokasi pamerannya di Galeri Sen1, Kesiman, Denpasar.

Ini menjadi pameran tunggal pertamanya semasa pandemi. Namun, sebelum pandemi, hampir setiap tahun Bayak membuat pameran tunggalnya.

Bahkan, hingga ke luar negeri dia membawa “sampah plastik” untuk dipamerkan dalam sebuah seni gambar.

Plasticologi. Iya, begitu juga dia dikenal, selain disebut seniman gadungan. Untuk pameran kali ini, dia sedikit membawa hal yang berbeda. Hal itu tertuang dari nama pamerannya, yakni Bhuta Kala Plastik Poleng.

“Bhuta kala itu nggak selamanya buruk. Makanya di Bali ada upacara yang namanya Nyomia (menetralisir) Bhuta Kala. Plastik ini ibarat bhuta kala, yang kalau kita manfaatkan dengan baik, akan berguna juga,” sebutnya.

Seperti halnya dengan pisau. Bila digunakan dengan benar, maka dia akan berfungsi dengan baik. Baik untuk memotong bahan masakan ataupun hal berguna lainnya.

Untuk itu, ia mengubah sampah plastik ini menjadi karya seni. Sedangkan, untuk kata Poleng, dia ambil karena teringat dengan masa kecilnya di Desa Guwang, Gianyar.

Ketika dia bermain di sungai, dia melihat banyak sekali sampah yang nyangkut di aliran sungai itu. “Tapi ingat, poleng itu tidak hanya hitam dan putih. Tapi, juga ada warna abu,” sebutnya.

Kembali ke karyanya, 26 karya yang dipamerkannya selama satu bulan, yakni dari 15 Mei – 13 Juni 2021 ini digarapnya dengan mengumpulkan sejumlah sampah dari berbagai tempat.

Ada yang ketemu di jalan, tong sampah minimarket, dan bahkan yang dia gunakan sendiri di rumahnya.

“Ternyata konsumsi daya (penggunaan plastik) tak bisa kita hindari. Tapi, sampah plastik itu bisa kok digunakan dengan baik. Seperti halnya dengan karya,” kata pria yang memiliki aliran lukis kontemporer ini.

Maka, pameran ini sekaligus dapat memberi pesan ke masyarakat kalau menggunakan kantong plastik, yang terpenting jangan sampah.

“Tidak boleh menyampah. Kita memang tida bisa menghindar, tapi yang bisa kita lakukan tidak membuang sembarangan,” tutupnya.

DENPASAR – Dinding di ruangan berukuran sekitar 10×5 meter dipenuhi gambar dari bahan plastik. Tepatnya sampah plastik.

Plastik ini kemudian dirangkai sehingga memiliki nilai estetika oleh seniman gadungan, julukan dari pria bernama Made Bayak.

“Saya membawa 26 karya. Dua karya saya taruh di tempat berbeda. Semua karya ini saya garap dari 2020 lalu dan ada juga yang sekarang,” ujar Bayak saat ditemui dilokasi pamerannya di Galeri Sen1, Kesiman, Denpasar.

Ini menjadi pameran tunggal pertamanya semasa pandemi. Namun, sebelum pandemi, hampir setiap tahun Bayak membuat pameran tunggalnya.

Bahkan, hingga ke luar negeri dia membawa “sampah plastik” untuk dipamerkan dalam sebuah seni gambar.

Plasticologi. Iya, begitu juga dia dikenal, selain disebut seniman gadungan. Untuk pameran kali ini, dia sedikit membawa hal yang berbeda. Hal itu tertuang dari nama pamerannya, yakni Bhuta Kala Plastik Poleng.

“Bhuta kala itu nggak selamanya buruk. Makanya di Bali ada upacara yang namanya Nyomia (menetralisir) Bhuta Kala. Plastik ini ibarat bhuta kala, yang kalau kita manfaatkan dengan baik, akan berguna juga,” sebutnya.

Seperti halnya dengan pisau. Bila digunakan dengan benar, maka dia akan berfungsi dengan baik. Baik untuk memotong bahan masakan ataupun hal berguna lainnya.

Untuk itu, ia mengubah sampah plastik ini menjadi karya seni. Sedangkan, untuk kata Poleng, dia ambil karena teringat dengan masa kecilnya di Desa Guwang, Gianyar.

Ketika dia bermain di sungai, dia melihat banyak sekali sampah yang nyangkut di aliran sungai itu. “Tapi ingat, poleng itu tidak hanya hitam dan putih. Tapi, juga ada warna abu,” sebutnya.

Kembali ke karyanya, 26 karya yang dipamerkannya selama satu bulan, yakni dari 15 Mei – 13 Juni 2021 ini digarapnya dengan mengumpulkan sejumlah sampah dari berbagai tempat.

Ada yang ketemu di jalan, tong sampah minimarket, dan bahkan yang dia gunakan sendiri di rumahnya.

“Ternyata konsumsi daya (penggunaan plastik) tak bisa kita hindari. Tapi, sampah plastik itu bisa kok digunakan dengan baik. Seperti halnya dengan karya,” kata pria yang memiliki aliran lukis kontemporer ini.

Maka, pameran ini sekaligus dapat memberi pesan ke masyarakat kalau menggunakan kantong plastik, yang terpenting jangan sampah.

“Tidak boleh menyampah. Kita memang tida bisa menghindar, tapi yang bisa kita lakukan tidak membuang sembarangan,” tutupnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/