33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 14:11 PM WIB

Keren, Undang Nosstress? Cukup Sediakan Buku Novel Bekas, Ini Misinya?

DENPASAR – Bagi penikmat musik akustik di Bali, tentu tak asing lagi mendengar nama Nosstress. Trio Folk Bali yang digawangi Man Angga, Gunawarma Kupit dan Cok Bagus Pemayun tak henti-hentinya membuat inovasi baru.

Seperti live acoustic yang diunggah di Youtube, cover lagu Bali zaman dulu dan sebagainya.

Hal menarik lainnya, yang mungkin jarang diketahui publik adalah Nosstress saat diminta manggung dalam sebuah acara, yang diminta (riders) bukan minuman seperti bir atau lainnya. Justru yang diminta adalah buku.

“Kalau band, ada yang namanya riders. Biasanya ada yang minta minuman atau lainnya. Lalu kami pikir, kebetulan personil Nosstress suka membaca,

mengapa nggak kami ganti aja dengan buku,” ujar Kupit saat ditemui Jawa Pos Radar Bali beberapa waktu lalu.

Ide tersebut muncul, ketika dia melihat instastory (Instagram) penulis muda dari Bandung, namanya Fiersa Besari.

Dia juga seorang musisi. Dalam instastory tersebut, Fiersa mengaku punya banyak buku karena setiap manggung, ia minta buku ke panitia.

“Wih ini asyik. Saya obrolkan dengan personil yang lain. Daripada minta siapin yang lain-lain juga, toh cost nya sama, bahkan bisa lebih murah. Buku kan juga bisa jadi warisan,” jelasnya.

Dalam riders Nosstress, mereka hanya meminta 3 buku saja, namun katanya sering diberikan lebih. Terkait jenis buku yang diminta, dibebaskan asal tidak memberatkan panitia.

“Minta buku itu mulai tahun ini. Lumayan, karena kami suka membaca, jadi juga dapat buku gratis,” ujarnya lantas tertawa.

Di dalam riders Nosstress, disana ditulis kalau pihaknya meminta buku novel fiksi maupun non fiksi yang bekas. Jika panitia bingung, bisa ditanya ke para personil, tentang buku apa yang para personil ini inginkan.

“Harapan utamanya juga, kami ingin yang mengundang kami, ada hal yang mengerti, kok buku yang diminta? Apa pentingnya ini? siapa tau ada impact yang asyik dari itu,” ujarnya.

Lucunya, ada juga buku yang sesuai dan tidak seperti yang diharapkan. Seperti buku tentang riwayat atau biografi presiden RI sebelum Jokowi dan bukan novel tentunya.

Meski tak sesuai yang diharapkan, buku tersebut tetap disimpan oleh masing-masing personilnya.

“Jadi siapa personil yang duluan sampai di tempat acara, dia bisa milih duluan buku yang disediakan. Kalau yang belakangan, dapat sisanya. Jadi kami berburu untuk duluan sampai lokasi,” ujarnya lantas tertawa.

Pernah dapat buku yang sama? “Pernah. Tapi biasanya kami saling tukar. Kalau saya dapat buku yang sama, saya tukar ke personil lain yang tidak punya,” imbuhnya.

Hingga kini, hampir mencapai 100 buku yang sudah dimiliki oleh masing-masing para personil Nosstress ini.

“Siapa tau nanti, kalau sudah terkumpul banyak, Nosstress bikin tempat atau perpustakaan kecil dari buku-buku yang kami dapat selama kami manggung-manggung,” harapnya.

DENPASAR – Bagi penikmat musik akustik di Bali, tentu tak asing lagi mendengar nama Nosstress. Trio Folk Bali yang digawangi Man Angga, Gunawarma Kupit dan Cok Bagus Pemayun tak henti-hentinya membuat inovasi baru.

Seperti live acoustic yang diunggah di Youtube, cover lagu Bali zaman dulu dan sebagainya.

Hal menarik lainnya, yang mungkin jarang diketahui publik adalah Nosstress saat diminta manggung dalam sebuah acara, yang diminta (riders) bukan minuman seperti bir atau lainnya. Justru yang diminta adalah buku.

“Kalau band, ada yang namanya riders. Biasanya ada yang minta minuman atau lainnya. Lalu kami pikir, kebetulan personil Nosstress suka membaca,

mengapa nggak kami ganti aja dengan buku,” ujar Kupit saat ditemui Jawa Pos Radar Bali beberapa waktu lalu.

Ide tersebut muncul, ketika dia melihat instastory (Instagram) penulis muda dari Bandung, namanya Fiersa Besari.

Dia juga seorang musisi. Dalam instastory tersebut, Fiersa mengaku punya banyak buku karena setiap manggung, ia minta buku ke panitia.

“Wih ini asyik. Saya obrolkan dengan personil yang lain. Daripada minta siapin yang lain-lain juga, toh cost nya sama, bahkan bisa lebih murah. Buku kan juga bisa jadi warisan,” jelasnya.

Dalam riders Nosstress, mereka hanya meminta 3 buku saja, namun katanya sering diberikan lebih. Terkait jenis buku yang diminta, dibebaskan asal tidak memberatkan panitia.

“Minta buku itu mulai tahun ini. Lumayan, karena kami suka membaca, jadi juga dapat buku gratis,” ujarnya lantas tertawa.

Di dalam riders Nosstress, disana ditulis kalau pihaknya meminta buku novel fiksi maupun non fiksi yang bekas. Jika panitia bingung, bisa ditanya ke para personil, tentang buku apa yang para personil ini inginkan.

“Harapan utamanya juga, kami ingin yang mengundang kami, ada hal yang mengerti, kok buku yang diminta? Apa pentingnya ini? siapa tau ada impact yang asyik dari itu,” ujarnya.

Lucunya, ada juga buku yang sesuai dan tidak seperti yang diharapkan. Seperti buku tentang riwayat atau biografi presiden RI sebelum Jokowi dan bukan novel tentunya.

Meski tak sesuai yang diharapkan, buku tersebut tetap disimpan oleh masing-masing personilnya.

“Jadi siapa personil yang duluan sampai di tempat acara, dia bisa milih duluan buku yang disediakan. Kalau yang belakangan, dapat sisanya. Jadi kami berburu untuk duluan sampai lokasi,” ujarnya lantas tertawa.

Pernah dapat buku yang sama? “Pernah. Tapi biasanya kami saling tukar. Kalau saya dapat buku yang sama, saya tukar ke personil lain yang tidak punya,” imbuhnya.

Hingga kini, hampir mencapai 100 buku yang sudah dimiliki oleh masing-masing para personil Nosstress ini.

“Siapa tau nanti, kalau sudah terkumpul banyak, Nosstress bikin tempat atau perpustakaan kecil dari buku-buku yang kami dapat selama kami manggung-manggung,” harapnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/