28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 6:25 AM WIB

Suka Saling Ejek, Sepakat Temuyuk Mekuris Jadi Nama Grup Lawak

Mencari partner untuk melawak di atas panggung bukan perkara mudah. Harus ada kecocokan dan satu pemahaman. Jika tidak, membuat kelucuan di atas panggung tentu akan jauh lebih sulit.

 

WAYAN WIDYANTARA, Denpasar

DALAM dunia lawak, mencari rekan untuk saling umpan lawak harus yang tepat dan kompak.

Di level nasional, kita mengetahui ada Andre dan Sule, ada juga Desta dan Vincent, atau Danang Darto dan sebagainya.

Hal itu juga berlaku di Bali. Dulu ada Petruk dan Dolar, atau Celekontong Mas yang sedang meroket belakangan ini di Bali.

Nah, inilah yang juga dilakukan oleh pelawak Bali lainnya bernama Temuyuk Mekuris. Temuyuk Mekuris digawangi oleh dua pelawak Bali, yakni Komang Ariyana,34 atau Lenju dan juga I Wayan Muliada, 34 atau Inguh.

Sebagai sebuah grup lawak, tentu mereka tidak seumur jagung. Grup lawak ini pun telah dibentuk pada pertengahan 2002 silam.

Artinya, sudah `16 tahun mereka bersama. Tentu segudang pengalaman panggung pun telah mereka berdua cicip.

“Kami sudah bersama cukup lama. Pengalaman panggung sudah pernah keliling seluruh Bali. Keluar Bali juga pernah, seperti ke Sulawesi, Lombok dan Tengger,” ujar Inguh.

Disinggung mengenai kisah terbentuk grup lawak ini, Inguh menerangkan, ia dan Lenju sama-sama memiliki basic sebagai penari topeng.

“Kami sama-sama suka mancing dan ada di dunia pertopengan. Suatu ketika, dapat job satu panggung. Lama-lama merasa cocok. Akhirnya kami membuat grup lawak. Belum ada nama grup saat itu,” kata Inguh.

Lalu nama Temuyuk Mekuris dari mana? “Kami ini kan suka bercanda. Saling walek (ejek). Keluarlah nama itu (temuyuk mekuris). Nah sekitar tahun 2004 atau tahun 2006, saya lupa,

ada yang nawarin kami manggung. Ditanya, nama grup lawaknya apa? Saya spontan bilang Temuyuk Mekuris. Eh akhirnya itu yang dipakai sampai sekarang,” bebernya.

Yang menarik, justru tentang konsep pentas yang dibawakan oleh Temuyuk Mekuris ini. Yakni membawakan konsep motivasi joke.

“Kami ingin menjadi pregina yang mengimplementasikan ajaran agama bukan hanya filsafat. Tapi, juga motivasi joke,” terangnya.

Temuyuk Mekuris juga kerap menyisipkan pesan-pesan save lingkungan dalam lawakannya. “Inilah perbedaan kami dengan pelawak lain.

Kalau yang lain, mungkin hanya sebatas job saja saat melawak, kalau kami memberikan pesan save lingkungan juga,”harapnya..

Terkait lingkungan, pihaknya kerap membawa lawakan tentang pengurangan sampah plastik dalam materinya.

Hal tersebut diharapkan dilakukan oleh pelawak lain di Bali, terutama pelawak-pelawak baru yang baru berkecimpung di dunia seni ini.

 “Sebelum tampil, kami tentu mempersiapkan skenario. Biasanya kami isinya tentang jangan  buang sampah plastik sembarangan.

Sampah adalah tanggung jawab masing-masing dan sebagainya. Sebab, penanaman mindset ini perlu disampaikan ke masyarakat,” tuturnya.

Sambari mengatakan akan pentas lagi dalam waktu dekat ini di Nusa Lembongan.

Mencari partner untuk melawak di atas panggung bukan perkara mudah. Harus ada kecocokan dan satu pemahaman. Jika tidak, membuat kelucuan di atas panggung tentu akan jauh lebih sulit.

 

WAYAN WIDYANTARA, Denpasar

DALAM dunia lawak, mencari rekan untuk saling umpan lawak harus yang tepat dan kompak.

Di level nasional, kita mengetahui ada Andre dan Sule, ada juga Desta dan Vincent, atau Danang Darto dan sebagainya.

Hal itu juga berlaku di Bali. Dulu ada Petruk dan Dolar, atau Celekontong Mas yang sedang meroket belakangan ini di Bali.

Nah, inilah yang juga dilakukan oleh pelawak Bali lainnya bernama Temuyuk Mekuris. Temuyuk Mekuris digawangi oleh dua pelawak Bali, yakni Komang Ariyana,34 atau Lenju dan juga I Wayan Muliada, 34 atau Inguh.

Sebagai sebuah grup lawak, tentu mereka tidak seumur jagung. Grup lawak ini pun telah dibentuk pada pertengahan 2002 silam.

Artinya, sudah `16 tahun mereka bersama. Tentu segudang pengalaman panggung pun telah mereka berdua cicip.

“Kami sudah bersama cukup lama. Pengalaman panggung sudah pernah keliling seluruh Bali. Keluar Bali juga pernah, seperti ke Sulawesi, Lombok dan Tengger,” ujar Inguh.

Disinggung mengenai kisah terbentuk grup lawak ini, Inguh menerangkan, ia dan Lenju sama-sama memiliki basic sebagai penari topeng.

“Kami sama-sama suka mancing dan ada di dunia pertopengan. Suatu ketika, dapat job satu panggung. Lama-lama merasa cocok. Akhirnya kami membuat grup lawak. Belum ada nama grup saat itu,” kata Inguh.

Lalu nama Temuyuk Mekuris dari mana? “Kami ini kan suka bercanda. Saling walek (ejek). Keluarlah nama itu (temuyuk mekuris). Nah sekitar tahun 2004 atau tahun 2006, saya lupa,

ada yang nawarin kami manggung. Ditanya, nama grup lawaknya apa? Saya spontan bilang Temuyuk Mekuris. Eh akhirnya itu yang dipakai sampai sekarang,” bebernya.

Yang menarik, justru tentang konsep pentas yang dibawakan oleh Temuyuk Mekuris ini. Yakni membawakan konsep motivasi joke.

“Kami ingin menjadi pregina yang mengimplementasikan ajaran agama bukan hanya filsafat. Tapi, juga motivasi joke,” terangnya.

Temuyuk Mekuris juga kerap menyisipkan pesan-pesan save lingkungan dalam lawakannya. “Inilah perbedaan kami dengan pelawak lain.

Kalau yang lain, mungkin hanya sebatas job saja saat melawak, kalau kami memberikan pesan save lingkungan juga,”harapnya..

Terkait lingkungan, pihaknya kerap membawa lawakan tentang pengurangan sampah plastik dalam materinya.

Hal tersebut diharapkan dilakukan oleh pelawak lain di Bali, terutama pelawak-pelawak baru yang baru berkecimpung di dunia seni ini.

 “Sebelum tampil, kami tentu mempersiapkan skenario. Biasanya kami isinya tentang jangan  buang sampah plastik sembarangan.

Sampah adalah tanggung jawab masing-masing dan sebagainya. Sebab, penanaman mindset ini perlu disampaikan ke masyarakat,” tuturnya.

Sambari mengatakan akan pentas lagi dalam waktu dekat ini di Nusa Lembongan.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/