26.7 C
Jakarta
12 September 2024, 19:33 PM WIB

Doakan Covid-19 Kabur, Warga Gianyar Gelar Tradisi Ngerebeg

GIANYAR – Tradisi Ngerebeg yang berlangsung tiap enam bulan sekali tetap digelar oleh masyarakat Desa Adat Tegalalang di Kecamatan Tegalalang.

Tradisi yang jatuh bertepatan rahinan Pegat Uwakan atau pada Rabu Pahang (19/5), kali ini memohon supaya wabah Covid-19 segera berlalu.

Bendesa Adat Tegallalang, I Made Kumara Jaya, menyatakan, tradisi Ngerbeg diawali dengan upacara di Pura Duwur Bingin. “Upacara berjalan seperti biasa, karena kami tidak berani meniadakan tradisi ini,” ujar Kumara Jaya.

Terlebih, upacara ini biasa dihelat dengan harapan menetralisir pengaruh negatif di desa. Tradisi ini tetap dilaksanakan karena pantang ditiadakan. Diyakini sebagai penetralisir wabah penyakit.

Yang membedakan kali ini, tradisi digelar di tengah pandemi Covid-19. “Bedanya prosesi tetap menggunakan protokol kesehatan,” jelasnya.

Usai upacara di pura, puluhan pemuda menghias diri. Tubuh mereka dicat warna-warni. Hiasan itu menyerupai wong samar atau mahluk halus.

Mengenakan masker dan jaga jarak, para pemuda yang berhias membawa hiasan. Kemudian mereka menggelar parade mengitari wilayah desa dan jalur sungai. 

Bendesa berharap, pelaksanaan Ngerebeg kali ini bisa mengusir Covid-19 yang sudah berlangsung setahun.

“Untuk prosesi Ngerebeg sekarang ini kami memohon agar alam kembali normal seperti sediakala. Dan bebas dari wabah penyakit, khususnya pandemi covid-19,” pintanya. 

GIANYAR – Tradisi Ngerebeg yang berlangsung tiap enam bulan sekali tetap digelar oleh masyarakat Desa Adat Tegalalang di Kecamatan Tegalalang.

Tradisi yang jatuh bertepatan rahinan Pegat Uwakan atau pada Rabu Pahang (19/5), kali ini memohon supaya wabah Covid-19 segera berlalu.

Bendesa Adat Tegallalang, I Made Kumara Jaya, menyatakan, tradisi Ngerbeg diawali dengan upacara di Pura Duwur Bingin. “Upacara berjalan seperti biasa, karena kami tidak berani meniadakan tradisi ini,” ujar Kumara Jaya.

Terlebih, upacara ini biasa dihelat dengan harapan menetralisir pengaruh negatif di desa. Tradisi ini tetap dilaksanakan karena pantang ditiadakan. Diyakini sebagai penetralisir wabah penyakit.

Yang membedakan kali ini, tradisi digelar di tengah pandemi Covid-19. “Bedanya prosesi tetap menggunakan protokol kesehatan,” jelasnya.

Usai upacara di pura, puluhan pemuda menghias diri. Tubuh mereka dicat warna-warni. Hiasan itu menyerupai wong samar atau mahluk halus.

Mengenakan masker dan jaga jarak, para pemuda yang berhias membawa hiasan. Kemudian mereka menggelar parade mengitari wilayah desa dan jalur sungai. 

Bendesa berharap, pelaksanaan Ngerebeg kali ini bisa mengusir Covid-19 yang sudah berlangsung setahun.

“Untuk prosesi Ngerebeg sekarang ini kami memohon agar alam kembali normal seperti sediakala. Dan bebas dari wabah penyakit, khususnya pandemi covid-19,” pintanya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/