Radar Bali-SETELAH merintis wahana aktualisasi hasil pembelajaran, kreasi, dan inovasi seni, desain, dan budaya tingkat nasional bernama Festival Bali Sangga Dwipantara dan tingkat internasional Festival Bali Padma Bhuwana, kini Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar menginisiasi kegiatan Bali Nata Bhuwana (BNB). BNB dirancang sebagai jawaban untuk mewujudkan ISI Denpasar sebagai hub kreativitas dan inovasi seni, desain, serta budaya tingkat global (Global-Bali Arts and Creativity Centre Hub). BNB 2022 hadir dengan sajian Waskita Rupa (Pameran), Kanda Wiku (Seminar), Sudhamala Kerthi (Workshop), Widya Yatra (Lampah Sekolah), dan Pergelaran Ekologis Pituning Pitu Indonesia Raya: Sujud Ibu. BNB pertama bertajuk Nuwur-Taksu-Kamulan ini, diselenggarakan serentak di Kota Surabaya dan Kabupaten Kediri, sejak Selasa (11/10) hingga Minggu (16/10).
Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. Wayan Kun Adnyana menerangkan, bahwa secara konseptual BNB mempertemukan insan kreatif ISI Denpasar, baik mahasiswa, tenaga kependidikan, dan dosen dengan lokus budaya, medan seni, dan jejaring bereputasi tingkat nasional dan global. “Pilihan penyelenggaraan di Kota Surabaya didasari pertimbangan, kota ini memiliki perguruan tinggi besar yang dikelola swasta, berikut ditopang masyarakat urban pencinta seni yang melimpah. Berikut pemilihan Kabupaten Kediri, utamanya situs Candi Tegowangi, karena memiliki talian sejarah yang sangat penting dengan Bali; Kabupaten Kediri dan Jawa Timur pada umumnya merupakan episentrum energi kepahlawanan nasional, sejak masa Kerajaan Kediri, Singosari, Majapahit, dan masa kemerdekaan”.
Kehadiran BNB disambut kolaborasi positif berbagai lembaga, baik pemerintahan maupun satuan pendidikan tinggi, seperti: Pemerintah Kabupaten Kediri, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Wilayah Jawa Timur, Universitas Ciputra, Universitas Kristen Petra, Universitas Telkom, dan Teh Villa Gallery Surabaya. Pameran seni lukis, patung, seni serat, keramik, desain interior, desain komunikasi visual, fotografi, desain mode, desain produk, dan pemutaran film diselenggarakan secara serentak di Teh Villa Gallery dan Galeri Seni Universitas Kristen Petra, Surabaya. Karya-karya yang dipamerkan merupakan karya mutakhir terpilih dari mahasiswa serta dosen ISI Denpasar, UK Petra, Univ. Ciputra, Univ. Telkom dengan kurator: Dr. A.A. Gede Bagus Udayana, Dr. Wayan Setem, Nyoman Dewi Pebriyani, Ph.D., Toddy Hendrawan Yupardhi, M.Ds., dan Dr. (kandidat) Made Bayu Pramana.
Koordinator BNB di Kota Surabaya Dr. Ketut Muka menyatakan, BNB merupakan wahana dedikasi seni ISI Denpasar untuk kedamaian dunia. ”Karya seni lintas bidang, media, dan medium ini dihadirkan merespon tajuk Nuwur-Taksu-Kamulan dalam segala sub-tematiknya, yaitu Dharma-Tirtha-Matra untuk Pameran Seni Rupa, Seminar bertema Cipta-Taksu-Rupa dan Reka-Taksu-Jenama, kegiatan Workshop Seni Virtual bertema Jantra-Reka-Citra dan Workshop Seni Lukis Medium Teh mengambil tema Rupa-Sangkan-Rempah. Seminar menghadirkan narasumber Ni Putu Aryani, Ph.D., Dr. Laksmi Kusuma Wardani, Dr. Fajar Ciptandi, Dr. Djuli Djati Prambudi, Christian Anggrianto, Ph.D., Deddi Duto Hartanto, M.Si, dan Dr. Ira Wirasari, serta unsur kurator. Sementara narasumber workshop menghadirkan Anggar Erdhiana Adi, M.Ds dan Amelinda Ayu Fairus”.
“BNB di Kabupaten Kediri, selain menyajikan pergelaran ekologis Candet Ding, juga digenapi dengan Sudhamala Waskita (Seminar) bertema Durga-Rakta-Samasta dengan narasumber Eko Priatno, S.S., Kuswanto, S.S., M.Hum, Sugeng, S.Sn, serta Sudhamala Kerthi (Workshop) dengan tema Sembah-Tembang-Kahyangan menghadirkan tokoh spiritual dan pelaku ritus: Muji Rahayu (Pandita Dharmika Sandi Kertajaya), Nurali, dan Alexander Bambang Setiadji”, sambung Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan.
Ketua LLDikti Wilayah VII, Prof. Dyah Sawitri, mewakili Dirjen Diktiristek, Kemendikbudristek RI, dalam sambutan jelang pergelaran Candet Ding di Candi Tegowangi, menyambut baik penyelenggaraan kegiatan BNB ISI Denpasar. “Kegiatan yang diselenggarakan secara khusus di Kota Surabaya dan Kabupaten Kediri ini sangat penting sebagai aktualisasi dan kerja pemajuan seni budaya bangsa. Hal ini tentu memberi dampak positif bagi Masyarakat Jawa Timur, dalam upaya meningkatkan posisi situs candi sebagai ruang pembelajaran, lokus penguatan spirit kebangsaan, dan destinasi pariwisata berbasis budaya. Pergelaran Candet Ding tentu dapat dijadikan model penguatan seni budaya Kabupaten Kediri,” urai guru besar Universitas Gajayana Malang.
Pada pembukaan Seminar Kanda Wiku, Rektor Universitas Ciputra, Yohannes Somawiharja, menyatakan menyambut baik kolaborasi dalam BNB yang diinisiasi ISI Denpasar. “Kegiatan ini tidak saja memperkuat jejaring inovasi antar perguruan tinggi, melainkan jauh lebih luas yakni membangun orientasi dan visi bersama dalam berkontribusi bagi masyarakat luas dan bangsa Indonesia. Seperti yang diteladani oleh Bapak Ciputra, bahwa ekspresi dan enterpreneur mesti berorientasi pada penumbuhan empati,” terang kolektor batik itu. (ken)