25.9 C
Jakarta
25 April 2024, 3:18 AM WIB

Ungkap Sisi Lain Keindahan Borobudur di Bawah Purnama

Buku Borobudur Under The Full Moon, Jumat (26/6) resmi diluncurkan di 

Oracle Gallery Jalan Raya Sanggingan No.21, Kedewatan, Ubud, Gianyar. Seperti apa?

 

Marcell Pampur, UBUD

 

 

Meski banyak yang menulis tentang Borobudur, namun buku Borobudur Under The Full Moon nampaknya akan menjadi koleksi baru yang menyingkap sisi lain dari candi yang kini menjadi salah satu candi terbesar peninggalan Budha.

 

Buku dengan sampul berukuran besar yakni 42 x 30 cm dan mewah ini memiliki 196 halaman.

 

 Menariknya, meski buku ini berisikan tentang foto-foto keindahan candi Budha terbesar di dunia tersebut, di bawah cahaya bulan purnama, buku ini diterbitkan oleh Les Èditionns de l’Ouvert, Brussels, Belgium.

 

Tidak sampai di situ, foto-foto di dalam buku ini merupakan karya fotografi dari dua orang pasangan fotografer luar negeri bernama Caroline dan Hughes Dubois. 

 

Buku ini ditulis oleh seorang berkebangsaan Amerika bernama Bruce W. Carpenter, yang telah banyak menulis sejumlah buku sejarah, seni dan budaya di Indonesia.

 

Semua foto-foto di dalam buku Borobudur Under The Full Moon merupakan hasil karya dari Caroline dan Hughes Dubois yang bekerja di bawah sinar bulan purnama selama kurun waktu empat tahun lamanya.

 

Keindahan dari setiap gambar yang diambil dengan resolusi 450 juta pixels menghasilkan gambar-gambar menakjubkan, yang mumpuni untuk dicetak sesuai dengan ukuran aslinya hingga mampu menghidupkan seni monumen yang ikonik ini dengan cara yang belum pernah dilakukan sebelumnya.

 

“Borobudur Under the Full Moon lahir dari keinginan untuk berpartisipasi dalam penemuan kembali tempat simbolik ini yang merupakan Warisan Budaya Dunia.

 

Buku ini menampilkan koleksi lebih dari 160 foto dari candi Buddha terbesar di dunia,” kata sang penulis, Bruce W. Carpenter. 

 

Lanjut Bruce, buku ini buku ini menyajikan keindahan seni yang tak lekang oleh waktu. Bagaimana Caroline dan Hughes Dubois memperlihatkan seni  yang menghiasi candi dalam bentuk yang belum pernah dilihat sebelumnya, dengan bermandikan pantulan cahaya bulan yang  lembut menjadian mereka hidup.

 

Foto-foto di buku tersebut dilengkapi dengan teks kreatif dan menghibur yang menawarkan perspektif dan cerita baru tentang sejarah dan peran monumen sebagai ikon budaya dan inspirasi seni.

 

Di buku ini Bruce tidak menulis kembali sejarah, karena memang sudah ada banyak yang menulis. Ada beberapa sisi yang diceritakan.

 

“Seperti saya menceritakan Borobudur sebagai ikon nasional Indonesia,  yang juga bisa dikatakan sebagai ikon internasional, selain itu Borobudur merupakan satu benda seni rupa yang sangat luar biasa. Hal itu yang menjadikan Borobudur sebagai Warisan Budaya Dunia,” tandas Bruce.

 

Sementara itu, peluncuran buku tersebur juga ditandai dengan pameran sejumlah foto yang sebagaian besar sudah berada di dalam buku Borobudur Under The Full Moon.

Buku Borobudur Under The Full Moon, Jumat (26/6) resmi diluncurkan di 

Oracle Gallery Jalan Raya Sanggingan No.21, Kedewatan, Ubud, Gianyar. Seperti apa?

 

Marcell Pampur, UBUD

 

 

Meski banyak yang menulis tentang Borobudur, namun buku Borobudur Under The Full Moon nampaknya akan menjadi koleksi baru yang menyingkap sisi lain dari candi yang kini menjadi salah satu candi terbesar peninggalan Budha.

 

Buku dengan sampul berukuran besar yakni 42 x 30 cm dan mewah ini memiliki 196 halaman.

 

 Menariknya, meski buku ini berisikan tentang foto-foto keindahan candi Budha terbesar di dunia tersebut, di bawah cahaya bulan purnama, buku ini diterbitkan oleh Les Èditionns de l’Ouvert, Brussels, Belgium.

 

Tidak sampai di situ, foto-foto di dalam buku ini merupakan karya fotografi dari dua orang pasangan fotografer luar negeri bernama Caroline dan Hughes Dubois. 

 

Buku ini ditulis oleh seorang berkebangsaan Amerika bernama Bruce W. Carpenter, yang telah banyak menulis sejumlah buku sejarah, seni dan budaya di Indonesia.

 

Semua foto-foto di dalam buku Borobudur Under The Full Moon merupakan hasil karya dari Caroline dan Hughes Dubois yang bekerja di bawah sinar bulan purnama selama kurun waktu empat tahun lamanya.

 

Keindahan dari setiap gambar yang diambil dengan resolusi 450 juta pixels menghasilkan gambar-gambar menakjubkan, yang mumpuni untuk dicetak sesuai dengan ukuran aslinya hingga mampu menghidupkan seni monumen yang ikonik ini dengan cara yang belum pernah dilakukan sebelumnya.

 

“Borobudur Under the Full Moon lahir dari keinginan untuk berpartisipasi dalam penemuan kembali tempat simbolik ini yang merupakan Warisan Budaya Dunia.

 

Buku ini menampilkan koleksi lebih dari 160 foto dari candi Buddha terbesar di dunia,” kata sang penulis, Bruce W. Carpenter. 

 

Lanjut Bruce, buku ini buku ini menyajikan keindahan seni yang tak lekang oleh waktu. Bagaimana Caroline dan Hughes Dubois memperlihatkan seni  yang menghiasi candi dalam bentuk yang belum pernah dilihat sebelumnya, dengan bermandikan pantulan cahaya bulan yang  lembut menjadian mereka hidup.

 

Foto-foto di buku tersebut dilengkapi dengan teks kreatif dan menghibur yang menawarkan perspektif dan cerita baru tentang sejarah dan peran monumen sebagai ikon budaya dan inspirasi seni.

 

Di buku ini Bruce tidak menulis kembali sejarah, karena memang sudah ada banyak yang menulis. Ada beberapa sisi yang diceritakan.

 

“Seperti saya menceritakan Borobudur sebagai ikon nasional Indonesia,  yang juga bisa dikatakan sebagai ikon internasional, selain itu Borobudur merupakan satu benda seni rupa yang sangat luar biasa. Hal itu yang menjadikan Borobudur sebagai Warisan Budaya Dunia,” tandas Bruce.

 

Sementara itu, peluncuran buku tersebur juga ditandai dengan pameran sejumlah foto yang sebagaian besar sudah berada di dalam buku Borobudur Under The Full Moon.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/